Mika, Dongeng Inspiratif Dari Si Pengidap Aids



Indi (Velove Vexia) yaitu seorang gadis periang yang dunianya berubah total dikala ia didiagnosa mengidap penyakit scoliosis ketika di dingklik SMP. Karena kondisi kesehatannya ini, beliau harus mengenakan besi penyangga badan (brace) selama 23 jam setiap hari. Sebelum masuk SMA, beliau berlibur ke Jakarta dan di sinilah Indi berkenalan dengan Mika (Vino G. Bastian) lewat sebuah pertemuan tak terduga. Mereka kemudian menjadi sahabat dekat. Mika yang cuek, seru, berani, dan selalu memandang hidup dengan santai serta positif, perlahan sanggup membantu Indi untuk kembali jadi gadis periang dan berani untuk melawan penyakitnya. Mika selalu punya cara untuk menciptakan Indi merasa senang di tengah siksaan penyakit yang diidapnya.

Indi menutupi hubungannya dengan Mika dari Ibunya (Donna Harun) alasannya beliau tahu ibunya tidak suka dengan Mika yang jauh lebih renta dan bertato. Ketika kekerabatan mereka semakin dekat, Mika mengungkapkan satu belakang layar wacana dirinya yaitu ia mengidap penyakit AIDS.

Masalah mulai berdatangan ketika kondisi Mika yang semakin lemah dan masa lalunya mulai terungkap. Bapak Indi (Izur Muchtar) dan Ibu serta teman-teman Indi mulai mengetahui soal latar belakang Mika. Tetapi mereka tidak tahu hal-hal indah yang telah dilakukan Mika untuk Indi. Setelah kematian sahabatnya (Framly Nainggolan), Mika mundur dan meninggalkan Indi dengan penuh pertanyaan. Mika tahu waktunya telah bersahabat dan tidak mau Indi nanti merasa lebih sakit. Dibalik kesedihan Indi sehabis ditinggal Mika, beliau tahu Mika justru membuatnya semakin hidup dan berusaha untuk mengalahkan kondisi kesehatannya.


Sebelum diangkat ke layar lebar, kisah Mika sudah lebih dulu dikenal luas dalam bentuk novel karangan Indi berjudul 'Waktu Aku Sama Mika'. Tentu ada perbedaan ketika novel tersebut bertransformasi ke dalam bentuk film. Sang sutradara Lasja F. Susatyo, lebih menonjolkan semangat hidup Mika yang menderita Aids ketimbang dramanya. Namun bumbu-bumbu romantis juga akan tetap tersaji di film ini.

Jalinan asmara antara Indi dan Mika dibentuk dengan tidak berlebihan. Mereka berdua menjalin kekerabatan secara natural layaknya remaja biasa, yang masih memakai angkutan umum untuk bepergian. Meskipun demkian hal tersebut tidak mengurangi kesan romantis serta perilaku-perilaku anggun ketika mereka sedang bersama. 


Film Mika memang termasuk kedalam genre drama, tapi jangan salah scoring yang terdapat di layar lebar tersebut sangatlah cadas. Film Mika berafiliasi dengan beberapa band metal Indonesia salah satunya yaitu NOXA, yang diceritakan menjadi kelompok musik favorit Mika. Tentunya dalam mendalami tugas sebagai anak rock n roll bukanlah hal yang sulit bagi Vino melihat pengalamannya dari film Realita, Cinta dan Rock'n Roll (2006). 

Kualitas Velove Vexia juga tidak sanggup di 'anak tirikan' di film ini. Ia sukses memerankan abjad Indi mulai dari usia 15 tahun sampai masuk ke akademi tinggi. Velove berhasil beradaptasi dengan abjad Indi yang terus beranjak remaja mulai dari gaya bicara dan bersikap.

Secara keseluruhan, film Mika mempunyai banyak pesan kasatmata salah satunya yaitu tidak mendiskriminasi para penderita Aids, alasannya orang yang berpenyakit pun sanggup memberi masukan kasatmata bagi yang sehat. Selain itu, Lasja juga menegaskan sebagian penghasilan dari film ini nantinya akan didonasikan ke yayasan peduli Aids.

via: 21cineplex.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mika, Dongeng Inspiratif Dari Si Pengidap Aids"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel