Oldboy (2003) / 올드보이 (2003)


"Remember this: "Be it a rock or a grain of sand, in water they sink as the same."  Lee Wo-Jin.

RottenTomatoes: 80%
Imdb: 8.4/10
NikenBicaraFilm: 5/5
(yes, 5!!)

Rated : R
Genre : Action, Drama

Directed by Park Chan-wook ; Produced by Im Seung-yong, Kim Dong-joo ; Written by Hwang Jo-yoon, Im Joon-hyeong, Park Chan-wook ; Based on Old Boy by Garon Tsuchiya, Nobuaki Minegishi ; Starring Choi Min-sik, Yoo Ji-tae, Kang Hye-jung ; Music by Jo Yeong-wook ; Cinematography Chung Chung-hoon ; Edited by Kim Sang-beom ; Production company Show East Egg Films ; Distributed by Show East (KR), Tartan Films (US/UK) ; Release date(s) 21 November 2003 (South Korea), 15 May 2004 (Cannes Film Festival) ; Running time 120 minutes ; Country South Korea ; Language Korean ; Budget US$3 million ; Box office $14,980,005

Story / Cerita  / Sinopsis :
Oh Dae-Su (Choi Min-Sik), seorang pegawai kantoran yang suka mabuk, diculik dan dipenjara secara misterius selama 15 tahun tanpa pernah mengetahui siapa penculiknya dan apa motifnya. Hingga kemudian suatu hari ia tiba-tiba saja dibebaskan. Dibantu seorang gadis berjulukan Mi-do (Kang Hye-jung) Dae Su memutuskan untuk membalaskan dendamnya sambil mencari tahu alasan mengapa dirinya dipenjara. 

Resensi / Review :
Mulanya aku berencana menciptakan artikel yang membandingkan head to head antara Oldboy (2003) versi Korea dengan Oldboy (2013) versi Hollywood. Kebetulan dalam sehari aku memang eksklusif menonton film original dan remake-nya sekaligus. Namun sesudah dipikir-pikir, aku merasa berdosa kalau tidak menciptakan artikel review khusus menghormati betapa awesome-nya Oldboy (2003) versi Park Chan-Wook ini! That's why for this time, aku memutuskan untuk membuat review khusus Oldboy versi Korea, dan maybe later saya bikin artikel khusus yang membandingkan original dengan remake-nya - yang by the way, sedikit bocoran, remake-nya gagal total.

Oldboy sendiri sesungguhnya yakni bab kedua dari trilogi Vengeance milik Park Chan-Wook sesudah Sympathy for Mr. Vengeance dan sebelum Sympathy for Lady Vengeance. Bukan berarti bahwa menonton Oldboy harus menonton seri pertamanya, alasannya bahwasanya trilogi itu tidak berkaitan selain tema yang serupa: pembalasan dendam. Oldboy merupakan penyesuaian bebas dari manga karya Garon Tsuchiya dan Nobuaki Minegishi berjudul sama, walaupun banyak bab yang berbeda dari filmnya - termasuk bab selesai kisah ini. Meraih Grand Prix pada 2004 Cannes Film Festival, Oldboy disebut-sebut sebagai salah satu film Korea terbaik sepanjang masa. And I can't more agree! Tapi ralat: tidak hanya sebagai salah satu film Korea terbaik sepanjang masa, but seriously juga salah satu film terbaik di dunia!

Walaupun bertemakan pembalasan dendam, tapi kau jangan terlalu gampang mengira bahwa Oldboy kolam The Raid yang berupa sekedar parade action yang sadis - Oldboy is more complicated than that. Yeah, Oldboy memang bukan film untuk semua orang - namun Oldboy tidak melulu sekedar action movie, tapi juga menawarkan drama-thriller yang menegangkan sekaligus menyayat hati. Saya jamin sesudah kau menonton film ini kau akan merasa hidupmu tidak akan sama lagi. Porsi action-nya yang berdarah-darah bahkan tidak terlalu dominan. Semuanya ada dalam porsi sempurna yang cukup manusiawi dan tidak berlebihan. Namun one-take scene perkelahian antara aksara Dae-Su dengan pasukan Mr.Park yakni salah satu adegan perkelahian terbaik yang pernah aku tonton.

Karya Park Chan-Wook sebelumnya yang pernah aku tonton yakni Stoker (2011) - yang merupakan debut penyutradaraan doi di Hollywood (tentang anak gadis eksentrik yang kedatangan paman misterius, dibintangi Mia Wasikowka, Nicole Kidman & Michael Goode. Review bisa dibaca disini). Menonton Stoker dan kemudian flashback menonton Oldboy menciptakan aku sedikit mempelajari style penyutradaraan Chan-Wook yang sering menambahkan elemen-elemen berkesan abstrak bernuansa gloomy. Oldboy boleh dikatakan sebuah film thriller, namun Park Chan-Wook membuatnya menjadi lebih dari sekedar film action-thriller melalui visual sinematografinya yang cantik, didukung dengan scoring music yang berirama sendu.

Selain itu yang menarik bagi aku yakni bagaimana Chan-Wook bisa menyisipkan elemen-elemen pemancing tawa tanpa menjatuhkan mood film. Ada sedikit pertentangan yang diberikan Chan-Wook melalui aksara Dae-Su yang tidak hanya bergairah ketika menghajar musuh-musuhnya, namun karakternya di lain sisi tampak sedikit polos, lugu dan konyol. Lihat saja bagaimana tampang Dae-Su pada gambar di atas yang rambutnya menyerupai orang tersengat listrik. Hal ini tentu saja sia-sia belaka kalau tanpa kehadiran Choi Min-Sik yang bisa menghidupkan aksara Dae-Su dengan baik. Karakter protagonisnya yakni sentral kisah ini, dan aktingnya bisa menjadikan simpati bagi penonton. Pendewasaan karakternya juga begitu terasa, bagaimana Oh Dae-Su bisa bertransformasi dari laki-laki paruh baya yang tampak tolol dan seenaknya sendiri menjadi laki-laki dengan penuh dendam (yang ngomong-ngomong, sekedar informasi, adegan mabuk Dae - Su sebelum dipenjara justru disyuting pada selesai masa syuting). Saya juga begitu menyukai aksara Mi-do yang tampak polos dan loveable. Karakternya begitu gampang untuk disukai penonton, bukan tipe aksara wanita yang sekedar embel-embel bagi sebuah film agresi - dan Kang Hye-Jung bisa dengan baik menampilkannya. Sementara itu karakter villain Lee Woo-Jin yang diperankan dengan brilian oleh Yoo Ji-Tae yakni tipe villain idaman saya: tampan, flamboyan dan bergelimangan harta. Kalau kau mengira karakternya satu dimensi, menjelang selesai film kau akan mencicipi emosi lain yang tidak pernah kau kira akan kau rasakan kepada aksara yang jahatnya cukup ngawur ini. Sayang tampang "muda" Ji-Tae kalau dibandingkan dengan Choi Min-Sik sedikit janggal bagi keseluruhan dongeng film ini.

Kekuatan utama Oldboy terperinci ada pada twistnya, yang ancuuuur parahnya. Di sinilah bagaimana Chan-Wook bisa dengan baik dan rapi menyingkap segala tabir misteri Oldboy. Chan-Wook tidak pernah terburu-buru memamerkan petunjuk yang menjadi dasar kisah Oldboy, dan segala petunjuknya hanya justru menciptakan penonton makin ingin tau - dan baaaaammm! Paruh selesai film yakni puncak titik puncak terparah (baca: terbaik) yang pernah aku saksikan. Segala tebakan aku akan dengan seenaknya diporak-porandakan. I must admit it, selain Memento karya Nolan yang twistnya juga sialan banget, Oldboy yakni salah satu film dengan twist terancur yang pernah aku tonton. Paruh selesai film ini juga menciptakan aku mencicipi emosi yang depresif dan putus asa - dan adegan Dae-Su yang mengiba-ngiba menirukan anjing bahkan terlalu menyakitkan buat aku ketika menyaksikannya.

Overview:
Oldboy is a masterpiece, one of best cult-movie that I've ever seen. Oldboy yakni sebuah drama-thriller dengan visual menawan dan scoring musik sendu yang akan membuatmu segala emosimu membaur jadi satu. Twist Oldboy mungkin yakni twist terancur yang pernah kau saksikan, dan paruh selesai film yakni puncak titik puncak film paling brilian yang pernah aku tonton. Dan menonton ini menciptakan aku mendapat pelajaran berharga untuk tidak terlalu suka bergosip.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Oldboy (2003) / 올드보이 (2003)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel