Creep (2015) (4/5)


RottenTomatoes: 94% | IMDb: 6,2/10 | Metascore: 74/100 | NikenBicaraFilm: 4/5

Rated: R
Genre: Horror, Comedy

Directed by Patrick Brice ; Produced by Mark Duplass, Jason Blum ; Story by Patrick Brice, Mark Duplass ; Starring Mark Duplass, Patrick Brice ; Music by Kyle Field, Eric Andrew Kuhn ; Edited by Christopher Donlon ; Production company Blumhouse Productions ; Distributed by The Orchard ; Release dates March 8, 2014 (SXSW), June 23, 2015 (iTunes) ; Running time 78 minutes ; Country United States ; Language English

Story / Cerita / Sinopsis :
Berhubung lagi butuh uang, Aaron (Patrick Brice) mendapatkan pekerjaan untuk mendokumentasikan keseharian kehidupan Josef (Mark Duplass) yang mengaku menderita penyakit tumor otak yang akan meninggal dalam beberapa bulan. Ternyata, Josef ini gila dan creepy, dan sanggup jadi ia tidak menyampaikan yang bergotong-royong wacana dirinya... 

Review / Resensi:
Dipopulerkan The Blair Witch Project (1999), subgenre Found Footage / Mockumentary (teknik film dimana kita seakan-akan menonton dokumenter yang disyuting dengan handy-cam biasa) belakangan boleh dibilang cukup populer. Walaupun ada beberapa film science-fiction yang mengambil teknik found-footage menyerupai Cloverfield (2008) dan Chronicles (2012), kebanyakan teknik ini sih diaplikasikan ke film-film horror. Sebut saja yang paling populer: Paranormal Activity (2007) dan sekuel-sekuelnya (yang ngomong-ngomong belum saya tonton, dan gag kepengen nonton juga), ada juga V/H/S (2012), The Last Exorcism (2008), Rec (2008), hingga garapan Night Shyamalan teranyar The Visit (2015). Selain alasannya yaitu teknik ini tidak makan biaya banyak sehingga cocok buat para filmmaker berbudget rendah, teknik found footage juga terasa cocok di genre horror alasannya yaitu unsur realistisnya yang begitu dekat. Tapi, publik sepertinya sudah agak-agak jenuh dengan subgenre ini, sehingga hype-nya sudah ga seheboh dulu lagi. Lantas, apakah Creep masih berhasil sebagai film horror found-footage? Oh well, it works.

Apa yang dilakukan Patrick Brice selaku sutradara, dengan dibantu Mark Duplass sebagai penulis naskahnya bergotong-royong tidak terlalu unik. Seorang laki-laki naif (atau bodoh, beda-beda tipis yak), pergi ke sebuah pondok terpencil, menemui seorang laki-laki yang gila dan misterius. Ceritanya sih garing, dan niscaya sudah sering kita temui di film-film lainnya. Separuh perjalanan Creep bergotong-royong juga agak terasa membosankan, alasannya yaitu horror ekstrimnya memang belum muncul. Namun bab awalnya ini memang bertujuan untuk memperkenalkan Aaron (dan kita sebagai penonton) kepada huruf Josef. Pada awalnya, Josef ini dirasa dekat dan ramah, namun lama-lama kita jadi makin serem sendiri alasannya yaitu Josef ini kelewat dekat dan ramah, sehingga kita eksklusif tahu bahwa orang ini agak-agak nggak beres. Tanda-tanda bahwa Josef ini gila ditunjukkan dengan halus, namun insting siapapun (kecuali si Aaron kalik ya) akan menangkap sinyal-sinyal bahwa ada yang tidak benar dari Josef. Josef menyerupai orang gila gres kenal yang mungkin sering kita temui: sok ramah, gila dan kalau ngomong nggak nyambung. Pelan-pelan, di ketika kita menebak-nebak permainan apa yang sesungguhnya terjadi, maka horror Creep kemudian gres akan terasa menggigit.

Kehebatan utama Creep yaitu bagaimana Creep sanggup secara efektif menyajikan sisi horror dan ketegangannya yang super-intense. Tidak ada banyak adegan jump-scare di Creep (adegan prank di awal ga sanggup dibilang jump-scare), namun beberapa scene (saya hitung cuma ada tiga) benar-benar efektif dalam memberikan sisi horrornya yang bener-bener serem. Gag cuma cerdas menampilkan adegan-adegan tegang dan ngagetin, entah bagaimana ada sisipan black-comedy yang menciptakan Creep layak juga disebut film komedi. Endingnya, ga cuma serem, tapi juga bikin ketawa (getir). Creep layaknya parodi film-film horror psycho lainnya. Tapi saya rasa tidak semua orang sanggup menangkap maksud "komedi"-nya. Pokoknya, kalau kau merasa Creep ini 'aneh' dan 'nyeleneh', maka di situlah harusnya kau ketawa.

Dengan sebuah kisah yang agak sederhana, apalagi durasinya cuma 72 menit, huruf film Creep ini dari awal hingga simpulan cuma 2 orang. Pertama, Aaron - diperankan oleh Patrick Brice sendiri yang juga bertindak sebagai sutradara, dan kedua si Josef - diperankan Mark Duplass. Since I saw him on The One I Love (2014), and HBO series Togetherness (2015), boleh dibilang saya semi-ngefans ama Mark Duplass, dan separuh alasan saya nonton ini juga alasannya yaitu doi. Dan akting Mark Duplass sebagai Josef ini benar-bener..... weird. Senyumnya itu lho, tampak ramah tapi juga annoying dan creepy. Clearly, he puts a wonderful acting (and improvisation) as Josef. 

 Overview:
Creep benar-benar mewakili subgenre found-footage / mockumentary dengan baik. Memadukan horror (yang benar-benar bikin tegang) dengan black-comedy yang tidak disangka. Bagian awalnya agak bikin bosen (walaupun si Josef sudah keliatan banget anehnya), namun separuh kesannya unsur horrornya disampaikan dengan efektif. Mark Duplass juga berhasil memperlihatkan performa meyakinkan sebagai Josef yang aneh, annoying dan creepy. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Creep (2015) (4/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel