Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)


"I can't beat it. I can't beat it. I'm sorry," 

RottenTomatoes: 96% | IMDb: 8/10 | Metacritic: 96/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: R
Genre: Drama

Directed by Kenneth Lonergan ; Produced by Matt Damon, Kimberly Steward, Chris Moore, Kevin J. Walsh, Lauren Beck ; Written by Kenneth Lonergan ; Starring Casey Affleck, Michelle Williams, Kyle Chandler, Lucas Hedges ; Music by Lesley Barber ; Cinematography Jody Lee Lipes ; Edited by Jennifer Lame ; Production companies K Period Media, B Story, CMP, Pearl Street Films ; Distributed by Roadside Attractions, Amazon Studios ; Release date January 23, 2016 (Sundance),  November 18, 2016 (United States) ; Running time 137 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $8.5 million

Story / Cerita / Sinopsis :

Lee Chandler (Casey Affleck) yaitu seorang handyman yang getir, pendiam dan emosional, tinggal di Quincy, Massachusetts. Suatu hari ia menerima kabar bahwa abang laki-lakinya meninggal, dan ia harus kembali ke kota asalnya Manchester untuk mengurus pemakaman kakaknya dan menjaga anak pria kakaknya Patrick (Lucas Hedges). Lee pun terpaksa harus kembali berjuang mengatasi persoalan dan masa lalunya di kota asalnya tersebut.

Review / Resensi : 

Film berkualitas Oscar belum tentu cocok untuk dinikmati kalangan awam, dan Manchester By The Sea ini mungkin yaitu salah satu contohnya. Dengan durasi 137 menit dan dongeng yang cenderung datar dalam mengungkap konflik-konfliknya, sebagian besar orang akan menganggap Manchester By The Sea adalam film yang membosankan dan bikin ketiduran. Sangat berbeda mungkin dengan La La Land yang tampil mewah dan menawan, atau kandidat berpengaruh Oscar lainnya Moonlight yang mempunyai dongeng yang jauh lebih dramatis. Manchester By The Sea adalah sebuah real-life tragedy yang bisa dialami oleh siapa saja, suatu personal struggling seseorang dalam menghadapi rasa duka, perasaan bersalah, dan kehilangan. Ceritanya sendiri terasa "sederhana", namun Kenneth Lonergan bisa menghadirkannya dalam sebuah naskah dongeng yang ringan namun menghanyutkan, menghantarkan dongeng yang heartbreaking sekaligus heartwarming. But again, this is maybe not everyone's favorite.


Dalam 20 menit pertama, kita diajak mengenali huruf dan kehidupan sang tokoh utama, Lee Chandler (Casey Afflleck) yang pendiam dan muram. Kehidupannya begitu monoton dan nyaris kesepian, tampak menyerupai antisosial dan nggak punya gairah kehidupan, dan sesekali ia menjadi pemarah dan emosional. Lewat flashback adegan yang ditampilkan dengan mulus, kita kemudian bisa melihat bagaimana Lee di masa kemudian yang jauh berbeda: ia ceria dan menyenangkan. Apa yang sebetulnya menimpa Lee kemudian perlahan bertahap diungkap kepada penonton, seiring dengan kepergian Lee kembali ke kota asalnya Manchester (yang kemudian mengantarkan aku kepada titik puncak emosional yang menciptakan aku mewek). 

Apa yang menarik dari Manchester By The Sea? Kekuatan utamanya terperinci hadir melalui naskah yang juga dikerjakan sang sutradara Kenneth Lonergan. Manchester By The Sea begitu kental dengan nuansa realisnya, menyerupai menciptakan aku gampang untuk berempati pada permasalahan sang tokoh sebab kita menyerupai diajak untuk menonton kehidupan aktual seseorang. Kita semua niscaya pernah (atau akan) kehilangan seseorang yang kita cintai kan? Manchester By The Sea juga tidak berusaha untuk menjadi sebuah film dengan naskah dramatis yang maksa ala-ala film drakor yang sok-sokan melankolis itu, sebaliknya kisahnya dituturkan dengan sederhana - nyaris datar tanpa banyak tangisan cengeng, dengan sisipan humor-humor satir ironi yang kadang menciptakan kita tersenyum. 

Manchester By The Sea yaitu sebuah film perihal hidup itu sendiri: bagaimana kita berusaha menghadapi realita hidup yang terkadang tragis namun tidak bisa dihindari. Juga, aku menangkap kesan bahwa sebab Manchester By The Sea adalah sebuah kisah sederhana perihal "hidup", maka Kenneth Lonergan tidak berusaha menunjukkan ending atau kesimpulan berupa pesan-pesan susila yang muluk-muluk. Sebaliknya, konflik demi konflik dihadirkan begitu saja sekedar sebagai sebuah realita kehidupan. Watching this movie like give me a conclusion: life is bittersweet, and sometimes you can't beat the past.. and it's okay. 

Manchester By The Sea juga dibuat oleh jalinan kisah kedua karakternya: Lee (Casey Affleck) dan keponakannya Patrick (Lucas Hedges). Keduanya sama-sama mengalami persoalan hidup, namun menghadapinya dengan (berusaha) tegar sambil masing-masing berusaha menyesuaikan diri. Interaksi keduanya begitu natural dan real, terimakasih berkat chemistry mengagumkan antara kedua aktornya. Casey Affleck tampil natural - menyerupai sebuah huruf real, dan aku berharap bahwa ia akan bisa memenangkan Oscar pertamanya semoga bisa terlepas dari bayang-bayang kakaknya Ben Affleck (dan gantengan Casey daripada Ben!). Walaupun aku tidak terlalu yakin akan kemenangan itu sebab belakangan mencuat rumor doi melaksanakan sexual abuse. Lucas Hedges menjadi tandem yang bisa mengimbangi pesona Casey Affleck. Michelle Williams tampil sekilas, namun menunjukkan kualitas akting yang menawan.

Overview:
Kurang lebih, Manchester By The Sea yaitu sebuah kisah perihal hidup. Tentang bagaimana kita harus berjuang berdamai dengan masa lalu, mengatasi rasa kehilangan dan perasaan bersalah. Keneth Lonergan menuturkan Manchester By The Sea dengan cara yang cenderung sederhana, namun masih tetap memikat dan menghanyutkan kita kepada kisah hidup tokohnya. Walaupun terasa datar (saya yakin nggak semua orang suka film tipikal begini), sisipan humornya dan beberapa momen emosionalnya dihadirkan dengan cara efektif. Casey Affleck menghadirkan performa Oscar-worthy, interaksi dan chemistrynya dengan Lucas Hedges juga begitu natural. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel