Anomalisa (2015) (4,5/5)


Look for what is special about each individual, focus on that.

RottenTomatoes: 93% | IMDb: 7,3/10 | Metascore: 88/100 | NikenBicaraFilm : 4/5

Rated : R
Genre : Animation, Drama

Directed by Charlie Kaufman, Duke Johnson ; Produced by Rosa Tran, Duke Johnson, Charlie Kaufman, Dino Stamatopoulos ; Screenplay by Charlie Kaufman ; Based on Anomalisa by Charlie Kaufman (credited as Francis Fregoli) ; Starring David Thewlis, Jennifer Jason Leigh, Tom Noonan ; Music by Carter Burwell ; Cinematography Joe Passarelli ; Edited by Garret Elkins ; Production company HanWay Films, Starburns Industries, Snoot Films ; Distributed by Paramount Pictures ; Release date 4 September 2015 (Telluride Film Festival), 30 December 2015 (United States) ; Running time 90 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $8 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Michael (David Thewlis) ialah spesialis customer service yang merasa terjebak pada kebosanan dalam hidupnya. Lebih buruknya: ia merasa setiap orang di sekitarnya monoton dan bahkan mempunyai wajah nyaris serupa (semua bunyi bintang film lain selain Michael dan Lisa juga diisi oleh orang yang sama, Tom Noonan). Sampai kemudian di sebuah hotel Michael mendengar bunyi perempuan yang menarik perhatiannya, Lisa (Jennifer Jason Leigh).

Review / Resensi :
Kelihatannya menyerupai film kartun, tapi yang terang ini bukan film animasi untuk anak kecil. Pertama, biarpun memakai teknik stop-motion animation, Anomalisa lebih cenderung realistis dibanding film-film animasi lainnya yang ceria dan berwarna warni. Kedua, film ini mempunyai dongeng yang sangat dewasa. Ketiga, ada nama Charlie Kaufman (writer Eternal Sunshine of The Spotless Mind (2004) dan Being John Malkovich (1999)) yang menjadi sutradara dan penulis naskahnya. Keempat, film ini menampilkan nude scene dan sex scene. Yeah.. damn right. 

Being John Malkovich, Adaptation, Eternal Sunshine of The Spotless Mind, dan Synecdoche, New York - ialah sederet film yang naskahnya dikerjakan Charlie Kaufman. Jadi, sudah niscaya kita akan menyaksikan film yang aneh, sureal, dan tidak gampang dicerna. Demikian dengan Anomalisa - film yang menjadi nominasi pertama dengan rated R di kategori Best Animated Feature ajang Oscar tahun 2016. Anomalisa mengatakan keganjilan yang sama: wacana orang dengan sindrom Fregoli (yang dijadikan nama hotelnya) - yaitu orang yang mengalami ilusi bahwa setiap orang di sekitarnya ialah orang sama yang sedang menyamar. Dalam film hal itu diwakili dengan pengisi bunyi yang sama (Tom Noonan) untuk setiap orang kecuali aksara Michael dan Lisa. 

Mungkin, alasannya memang ingin serupa dengan kehidupan Michael yang digambarkan tampak jenuh dengan kehidupannya, bab pertama film ini juga terasa membosankan. Kita diajak melihat Michael naik pesawat, naik taksi, hingga datang ke di kamar hotel dan menelpon istri dan selingkuhannya di masa lalu. Percakapan-percakapannya dibangun basa-basi, normal, dan yaaaa... membosankan. Sampai Michael kemudian mendengar bunyi perempuan yang menggugah dirinya, bunyi yang berbeda dari suara-suara lainnya. Suara Lisa (Jennifer Jason Leigh). Lisa kemudian menjadi titik semangat gres dalam hidup Michael yang monoton. Lisa, biarpun tidak sempurna, ialah anomali dalam hidupnya. Sebuah perbedaan, yang terasa sangat menyenangkan dan menggairahkan.

Bagian awalnya memang ngebosenin dan dingin banget, tetapi ketika Michael hasilnya menemukan Lisa - film berkembang menjadi sangat menarik dan emosional buat saya. Saya menyerupai diseret kedalam suasana jatuh cinta dan keintiman yang sama. Lisa bukanlah aksara yang menarik, ia punya kepercayaan diri rendah dan nggak cantik-cantik banget, namun di balik kesederhanaan itu Lisa mengatakan anomali: sesuatu yang berbeda. Dan itu yang membuatnya menarik. Saya yang nggak terlalu suka nonton film animasi tiba-tiba bisa lupa kalo lagi nonton film animasi, hingga ikutan baper pada dialog-dialog yang tercipta antara Michael dan Lisa. And even that intimate scene... feel so real and sweet. 

Saya merasa animation technique yang dipakai memang tepat alasannya toh filmnya sendiri sangat sureal dan absurd. Orang-orang selain Michael dan Lisa yang mempunyai wajah nyaris serupa dengan pengisi bunyi yang sama, sepertinya cuma bisa tepat kalau memakai teknik animasi. Namun biarpun nggak memakai insan sama sekali, film ini terasa sangat manusiawi. Saya melihat sindrom Fregoli yang menimpa Michael bisa diartikan lebih luas daripada sekedar delusional alasannya kelainan mental. Saya melihat Michael mewakili sosok laki-laki yang jenuh dengan kehidupannya, dan merasa terasing dan tidak terkoneksi dengan orang-orang di sekitarnya. Kehadiran Lisa ialah sebuah katalis: serupa ketika kita jatuh cinta. Mendadak, dunia tidak lagi membosankan.

*spoiler* maka itulah, ketika Lisa kemudian "berubah" di mata Michael menjadi "orang biasa", saya bisa mencicipi kesedihan dan ketakutan yang sama. Yaaa... perasaan jatuh cinta itu memang tidak abadi. Kemampuan pembiasaan insan punya efek samping menghasiilkan rasa bosan. Kesempurnaan pasanganmu ketika kau sedang fase jatuh cinta mendadak mengabur, dan kau akan melihat orang yang dulu pernah kau cintai menjadi tidak lebih dari annoying people, atau bahkan orang yang "asing". Sama menyerupai yang Michael rasakan pada Lisa pada akhirnya. Dan ini.... menakutkan. *spoiler ends*

Overview:
Charlie Kaufman sekali lagi memperlihatkan kemampuannya sebagai seorang penulis naskah yang handal.... dan aneh. But weird in a very good way. Saya yang nggak terlalu suka film animasi sejenak bisa melupakan fakta bahwa saya sedang nonton film animasi. The script is well-written, the movie itself is very emotional. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Anomalisa (2015) (4,5/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel