Lady Bird (2017) (5/5)


"The only exciting thing about 2002 is that it's a palindrome," 


RottenTomatoes : 99% | IMDb: 7,5/10 | Metascore: 94/100 | NikenBicaraFilm: 5/5

Rated: R | Genre : Drama, Comedy

Directed by Greta Gerwig ; Produced by Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O'Neill ; Written by Greta Gerwig ; Starring Saoirse Ronan, Laurie Metcalf, Tracy Letts, Lucas Hedges, Timothée Chalamet, Beanie Feldstein, Stephen McKinley, Henderson Lois Smith ; Music by Jon Brion ; Cinematography Sam Levy ; Edited by Nick Houy ; Production company Scott Rudin Productions, A24 Management, 360 IAC Films ; Distributed by A24 (United States), Universal Pictures (International) ; Release date September 1, 2017 (Telluride), November 3, 2017 (United States) ; Running time 93 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $10 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Sacramento, 2002. Christine "Lady Bird" McPherson (Saoirse Ronan) ialah cukup umur kelas 3 Sekolah Menengan Atas yang mendambakan sanggup melanjutkan kuliah di Ivy League. Sayangnya, orangtuanya bukanlah keluarga kaya dan ia juga bukan murid yang pinter-pinter banget.  

Review / Resensi :
I love Greta Gerwig, and I love Saoirse Ronan. Pertemukanlah keduanya, dan jadilah salah satu film terbaik tahun kemudian : Lady Bird (yang berhasil meraih nominasi di 5 kategori Oscar walaupun sayangnya kalah di semua kategori). Greta Gerwig mungkin nama yang agak aneh bagi pecinta film mainstream, namun namanya cukup dikenal buat pecinta film-film indie mumblecore. Greta Gerwig mendapat atensi berkat kolaborasinya lewat beberapa film dengan sutradara (yang sekaligus juga kekasihnya) Noah Baumbach. Memulai sebagai aktris, belakangan Greta Gerwig juga aktif sebagai penulis naskah. Salah satunya Frances Ha (2012) dan Mistress America (2015) - yang disutradarai oleh Noah Baumbach. Di Lady Bird, Greta Gerwig kemudian tidak hanya menulis naskahnya - namun juga menjadi sutradara, dan mengantarkannya sebagai sutradara wanita kelima yang berhasil masuk jajaran nominasi Best Director di piala Oscar. Wow, sebuah debut yang manis.

*Anwyay, Greta Gerwig ialah icon role model cewek yang aku idamkan. Saya pengen pencitraan aku sanggup sekeren Greta Gerwig gitu: indie, artsy, smart, dan..... ayu. Dan sanggup macarin sutradara keren.  

Konon awalnya film ini mau diberi judul Mothers and Daughters - sebuah pemilihan judul yang generik, sebelum kesudahannya diberi judul Lady Bird. Siapakah Lady Bird? Lady Bird ialah nama julukan yang diberikan oleh Christine McPherson (Saoirse Ronan) untuk dirinya sendiri ("I gave it to myself, it’s given to me by me,"). Lady Bird ialah cukup umur rebel yang merasa "salah tempat" alasannya ialah tinggal di Sacramento, California, dan mendambakan sanggup tinggal di kota yang lebih "berbudaya" ibarat New York, atau minimal Connecticut dan New Hampshire. Ia berharap sanggup kuliah di sana, biarpun ia tidak punya prestasi apa-apa untuk mendapat beasiswa dan orangtuanya juga bukan orang kaya. Ia keras kepala, penuh kepercayaan diri, walaupun sebetulnya ia tipikal cewek biasa-biasa saja: ga kaya, ga pinter, dan ga anggun banget. Saya rasa banyak orang akan feel-related dengan huruf ibarat ini. Lewat film ini, kita diajak mengikuti kisah satu tahun Lady Bird dikala kelas 3 SMA: perjuangannya untuk sanggup lanjut kuliah, menjalin korelasi romantis dengan teman sekolahnya, persahabatannya dengan Julie (Beannie Feldstein), sampai pertengkarannya dengan sang ibu, Marion (Laurie Metcalf). 

Salah satu teman pembaca blog aku pernah berujar, "Mbak belum nonton Lady Bird? Ini niscaya film mbak banget,". And yeah he's damn right!  Saya selalu suka drama-drama ringan tapi dalem dengan sisipan komedi ibarat ini. Sebut saja film-film Jason Reitman: Juno (2007) dan Up in The Air (2009), The Squid and The Whale (2005)-nya Noah Baumbach, atau Little Miss Sunshine (2006). Sebenarnya film dengan tema coming-of-age yang bagus-bagus udah banyak banget, tapi Lady Bird tetap punya keistimewaannya tersendiri. Saya rasa banyak yang tidak hanya ngerasa feel-related dengan huruf Lady Bird, tapi juga ceritanya sendiri. Kerasa sekali ada sentuhan personal yang ditampilkan Greta Gerwig lewat naskahnya, dan ini yang menciptakan film ini sangat heartwarming, genuine, dan relatable banget. Dialog-dialognya begitu ringan, natural, dan kocak, tapi tetap cerdas dan sama sekali nggak kacangan kayak sinetron FTV Indonesia yang bikin kau frustasi. Film ini hanya berdurasi 93 menit, tapi sanggup merangkum semua konflik dengan sangat detail, menarik, dan feel-nya dapet banget. Kepribadian Lady Bird, persahabatan, korelasi ibu-anak, ayah-anak, murid-guru, korelasi cinta, pencarian jati diri, kehilangan keperawanan....  semuanya tersaji sempurna. Konflik-konfliknya kan generik banget ya, tapi sangat real dan sanggup ditampilkan dengan sangat menarik dan gag membosankan sama sekali. Tidak ada scene yang terasa intens dan full-emotional, tapi justru kesederhanaannya malah bikin film ini kerasa sweet. 

Saya juga menyukai betapa setiap korelasi yang dimiliki Lady Bird dengan orang-orang di sekitarnya ditampilkan dengan sangat baik dan menyentuh. Persahabatan Lady Bird dan Julie yang naik turun dan kocak, mengingatkan aku dengan persahabatan aku dengan teman baik aku (dan scene pas mereka ke prom bareng bikin mata aku berkaca-kaca). Hubungan Lady Bird dengan sang ayah (Tracy Letts) juga sangat manis. Namun tentu yang paling Istimewa ialah hubungannya dengan sang ibu, Marion (Laurie Metcalf): sebuah korelasi pasif-agresif yang hampir selalu berantem tapi membaik juga dengan sama cepatnya. Lady Bird stress alasannya ialah ibunya selalu mengkritiknya, sedangkan ibunya stress alasannya ialah Lady Bird dianggap sebagai anak yang nggak pernah berterima kasih. Lady Bird sering complain perihal ibunya, tapi nggak terima jika ada orang lain yang bilang jelek soal ibunya (she's upset when Danny (Lucas Hedges) said that her mother is scary). Ya Allaaaah... ini kayak korelasi aku dengan mama aku yang hobi banget laga argumen pagi-pagi dengan nada tinggi. But hey, I can complaining about my mother all the time - but I love her. 

Hal paling menarik dari Lady Bird terang ialah huruf Lady Bird ini sendiri. Ia tipikal mediocre-girl yang hidup di kota yang biasa-biasa aja, namun dengan jiwa rebel yang membuatnya bercita-cita tinggi dan merasa bahwa dirinya bukan "gadis biasa-biasa saja". Di balik kepercayaan diri dan ke-"snob"-annya, Lady Bird sebetulnya masihlah cukup umur yang labil yang mencari jati diri. Kita melihatnya melalui aneka macam problematika khas remaja: jatuh cinta, persahabatan, berusaha menjadi seseorang yang bukan dirinya alasannya ialah ingin fit-in, sampai pertengkarannya dengan sang ibu. Dan huruf ini kerasa real dan hidup berkat performa luar biasa dari Saoirse Ronan, yang aslinya orang Irlandia. Saya biasanya praktis sebel sama cewe-cewe cukup umur labil yang jadi tokoh utama di coming-of-age movie, sebut saja huruf Bel Powley di The Diary of a Teenage Girl (2015) atau huruf Lindsay Lohan di Mean Girls (2004), but I totally in love with Lady Bird. Setiap keputusan buruknya terasa sangat naif dan sanggup dimaklumi. Mungkin alasannya ialah aku uda kadung suka dan ga sirik sama Saoirse Ronan. And yes Greta Gerwig bisa memunculkan Saoirse Ronan senatural mungkin, termasuk bare face dan sedikit abuh alami di muka Lady Bird. 

Selain akting Saoirse Ronan, yang tentu saja juga paling mengesankan ialah akting Laurie Metcalf sebagai Marion. Kita percaya bahwa karakternya ialah ibu yang sangat mengasihi keluarganya, namun karakternya juga keras kepala sebagaimana sifat itu sepertinya menurun ke anak perempuannya. Sedikit banyak aktingnya mengingatkan aku dengan kiprahnya sebagai ibunya Sheldon di serial The Big Bang Theory: sama - sama punya anak yang menyusahkan. Chemistry antara dua huruf ibu dan anak ini juga tampil sangat natural. Dialog yang terjalin antara Laurie Metcalf dan Saoirse Ronan tampak sangat real dan alami, ibarat kita diajak mendengarkan obrolan (atau pertengkaran) antara ibu dan anak sungguhan. Ga heran kalo keduanya sanggup nominasi Oscar di kategori Best Actress dan Best Supporting Actress.

Biarpun Lady Bird adalah perihal Lady Bird, tapi Greta Gerwig tidak mengucilkan huruf para pemain lainnya. Bahkan sekecil apapun perannya, setiap huruf tampil mengesankan. Saya rasa kita cukup praktis untuk menjelaskan karakterisasi setiap tokoh yang muncul. Sahabat Lady Bird, Julie yang loveable, sang ayah yang penyayang dan sensitif, abang Lady Bird yang vegan dan sok aktivis, pacar pertama Lady Bird si Danny yang "anak-anak baik" banget, sampai pacar kedua Lady Bird, Kyle yang sok emo dan anarkis tapi menjalani gaya hidup hedon. Bahkan, peran-peran kecil ibarat guru-guru di sekolah Lady Bird juga sanggup tampil dengan baik. Saya rasa selain ini didukung oleh pemilihan cast yang tepat, tapi juga kuatnya chemistry yang terjalin di antara setiap karakter. Satu-satunya chemistry yang kurang cocok hanyalah chemistry Lady Bird dan Kyle (Timothee Chalamet), dimana hal ini memang dimaksudkan demikian!

Overview :
Funny, genuine, heartwarming, and relatable. Lady Bird adalah salah satu film coming-of-age terbaik yang pernah aku tonton. Ini bikin aku tersenyum, tertawa dan terharu di dikala yang bersamaan - tanpa bumbu-bumbu drama emosional yang berlebihan. Greta Gerwig melaksanakan hal yang baik sebagai sutradara, tapi lebih baik lagi sebagai screenwriter. Senang sekali melihat akting Saoirse Ronan yang luar biasa sebagai Lady Bird dengan huruf quirky-nya yang tetap loveable. Cast lain juga bermain sama baiknya, terutama Laurie Metcalf sebagai "tandem" Ronan. Chemistry antar setiap pemain juga baik dan terasa natural, dan Gerwig menciptakan setiap huruf yang muncul punya karakterisasi yang besar lengan berkuasa dan berkesan. Skor? Perfecto 5/5.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Lady Bird (2017) (5/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel