Kisah Cerpen Romantis Islami : Cinta Dalam Membisu | By Nesya Puspita Putri

Islam memang sungguh luar biasa, bahkan dari sisi mana pun islam ialah agama yang tepat yang tidak mengekang tapi juga tidak melepaskan. Seperti dalam kisah pendek berikut yang mana kita bisa berkaca dari Putri yang mengasihi dalam dia, padahal ia bisa saja mengungkapkan.

Namun semua itu tidak bisa dipaksakan sehingga ia menentukan untuk mengasihi dalam membisu dan sesuai dengan islam. Mungkin ia ialah wanita yang biasa namun juga sangat luar biasa dalam usahanya dalam mengasihi seseorang.

Tidak panjang lagi mungkin ini bisa kita jadikan suri tauladan atau sebuah pola untuk diri kita, bahwa cinta tidak harus bisa disampaikan melalui kata-kata namun bisa juga diberikan melalui perbuatan yang membawa manfaat.

Baikla buat kau yang suka dengan cerpen cinta romantis maka ini ialah salah satu yang akan jadi favorit kamu.

Cerpen Romantis Islami


Cinta Dalam Diam


Namaku Putri, saya biasa dipanggil Puput. Aku masuk salah satu universitas islam di Bandung. Walau basic ku dari SMA. Hehehe. Hari pertama masuk kuliah, di kelas ku melihat sosok laki-laki yg misterius. Dia tampan, sangat pendiam, putih, tinggi dan cukup menarik perhatianku juga rasa penasaranku. Hari demi hari ku lalui, rasa keingintahuanku tentangnya pun terjawab. Pria itu berjulukan Hilman, beliau pandai dan aktif dikelas, saya kira beliau orang yang pendiam, tapi ternyata tidak juga. Lama kelamaan lincahnya terlihat, beliau bawel, gokil pula, dan yang paling saya terkaget itu beliau seorang pemain biola. Hmmm... waw.

Dengan berjalannya waktu kitapun saling mengenal satu sama lain, yang awalnya saya dan Hilman sangat kaku sampe kemudian kami menjadi sobat dekat, bahkan lebih dekat dari sahabat. Aku selalu menceritakan semua kejadian yang menimpaku, dari kisah susah, senang, sedih, dan sebagainya begitu pula dengannya. Dia laki-laki yang sangat baik dan mengerti aku. Dia daerah curhat yang asik, daerah sharing pelajaran yang menyenangkan. Dan laki-laki yang penuh dengan kharisma, sehingga banyak wanita lain yang kagum padanya.
Cerpen Cinta Islami
Cinta Dalam Diam
Aku ibarat buntut baginya, kemanapun beliau pergi, saya selalu mengikutinya. Dari mulai beliau futsal, main dengan sobat temanya dan mereka juga temanku, hingga satu organisasi pun bersama. Dia yang selalu ada dikala saya membutuhkan bantuan. Dari mulai meminta santunan menuntaskan tugasku, mengantarku pulang, hingga menemaniku jalan jalan. Seakan akan beliau itu ambulan yang pada dikala saya keluar dari pintu gawat darurat, beliau selalu ada. Banyak orang yang menyangka kita pacaran. Oh... itu tidak mungkin. Hahahah


Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi padaku? Ketika saya melihatnya bermain biola di taman kampus, hatiku berdegup kencang, tanganku berkeringat, lidahku kelu, bahkan kakiku hingga gemetar, tak bisa ku melangkahkan kaki untuk berpaling darinya. Ku tutup mataku biar saya mendapat ketenangan. Tapi dikala ku terpejam.....
“Put, lagi apa berdiri disini?” serentak saya terkaget mendengar suaranya.
“Panas tau. Sini temenin saya latihan biola!” hilman mengagetkanku, kemudian kubuka mataku.

“eh... heheheh Hilman. Lagi diem aja, nyari tukang dagang nih laper.” Sanggahanku
“hahaha put... put... semenjak kapan ada tukang dagang keliling masuk kampus? Ngaco nih kamu, saking laparnya ya? Kamu mah lapar mulu deh perasaan. Yuk, saya traktir makan. Hari ini saya jadi pemadam kelaparan kamu. Hahaha” ledeknya padaku
“eh... iya. Lupa. Hehehe asik.... makan.....” jawabku

Aku berusaha bersikap ibarat biasa dihadapannya, entah hingga kapan saya harus berpura-pura dan berperang dengan hatiku sendiri. Oh... rasanya sangat tersiksa. Aku wanita yang memang agak sedikit tomboy, saya yang dingin akan keadaan sekitarku, saya yang kadang memalukan diriku sendiri dengan tidak sadar, dan saya yang selalu bersikap paling heboh dan gokil diantara sobat temanku termasuk juga hilman.Tapi sesaat kemudian, saya menjadi sosok yang pendiam, jaga image, salah tingkah, dan lain lain bila berhadapan dengannya. Oh.... itu sangat menyebalkan ketika secara tidak sadar saya menjadi orang lain yang amat sangat jauh berbeda dari kepribadianku bila ada beliau dihadapanku. Somebody help me

Apa ini yang dinamakan cinta? Apa ini yang dinamakan kasih sayang? Apa ini....??? ssstttt.... sudah cukup hingga disitu pertanyaanku. Rasanya perutku lapar bila saya selalu berpikiran hal itu. Oh... tidak..... Aku mencoba berpositive thinking akan keadaanku ini. Ya, biar semuanya berjalan ibarat biasanya. Hari demi hari ku lalui ibarat biasanya, kiprah kuliah yang menumpuk, pekerjaan rumah ibarat pembantu rumah tangga, menjadi pembisnis coklat online, dan tentunya have fun dengan sahabatku Hilman walau saya harus mencicipi perang batin bila harus berhadapan dengannya.


Suatu hari, dikala kami sedang kerja kelompok salah satu sobat perempuanku mendekati Hilman. Dia bertanya ini itu, ini itu, hingga bosan saya melihatnya bulak balik dihadapan Hilman. Geram rasanya melihat dia, ingin sekali saya menyingkirkannya. Rasa kesal melandaku dikala itu, ibarat masuk kedalam lubang yang berisi kantung pasir tinju yang siap ku hantam satu persatu. Aduh, perasaan ini timbul kembali. Aku benci.

Malam hari ku menulis puisi untuknya....

CINTA DALAM DIAM
Kumencintaimu dalam diam
Karena diamku tersimpan kekuatan harapan
Dan cintaku hingga dikala ini masih terjaga
Mungkin Allah akan menciptakan impian ini menjadi nyata
Ku ingin cintaku sanggup berkata
Dikehidupan yang nyata
Namun bila tak mempunyai kesempatan berkata
Biar semua in i tetap membisu bila kau bukan untukku
Aku yakin Allah akan menghapus cintaku
Dengan berjalannya waktu
Dan memberi rasa yang lebih indah untukku
Yang menjadi jalan takdirku
Biar cinta dalam diamku ini
Menjadi memori tersendiri
Dan relung hatiku menjadi daerah rahasia
Kau dan perasaan cintaku ini

Puisi ini mewakili semua perasaanku padanya. Aku hanya sanggup berkata melalui tinta, sanggup berbicara melalui irama, dan sanggup bercerita melalui karya. Satu satunya yang membuatku ibarat orang bisu yaitu perasaanku ini. Aku tidak ingin terobsesi memilikinya, alasannya ialah itu akan membuatnya pergi dariku. Cinta dalam membisu yang memang tepat untukku. Dia tidak tahu akan perasaanku, sikapnya yang menunjukkanku bahwa beliau hanya menganggapku sahabat.
Itu tidak persoalan untukku, alasannya ialah berada didekatnya sudah lebih dari cukup, melihat tawanya, mendengar suaranya, dan mencicipi kehadirannya sudah membuatku bahagia. Aku mencintainya dalam diam, alasannya ialah saya tak mau merusak semua ini.


Pada suatu hari di kampus, Hilman memintaku untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Ternyata ada sesuatu yang ingin beliau beli, kita pergi ke pasar bunga dan membeli 1 rangkaian bunga mawar yang akan beliau berikan untuk hari ulang tahu ibunya. Setelah beliau mendapatkannya, beliau petik satu bunga mawar merah untukku.
“ini buat kau put.” Sambil memperlihatkan bunga mawar merah itu
“lah? Buat aku? Untuk apa?” tanyaku terheran heran
“tanda terimakasih, alasannya ialah udah temenin kesini” jawab hilman
“oh... ya, makasih” ku tersipu malu

Sungguh hari yang amat sangat luar biasa untukku.hahahaha saya mendapat satu bungan mawar dari seorang Hilman? Rasanya ibarat melayang ke udara dersama awan awan putih selembut salju yang menjadi bantalanku, dan turun kembali ke bumi dengan pelang indah warna warni yang menjadi perosotanku. ihihihihi WAW... its amazing  ya walau ku tau itu tak ada arti apa apa untuknya. Tapi untukku? Itu sangat berarti. Kusimpan bunga mawar itu diatas meja belajarku, disamping fotoku dan Hilman. Rasanya itu sangat serasi. Meja belajarku ialah daerah gres yang menyenangka ke 2 sehabis daerah tempat menyenangkan yang ku lalaui dengan Hilman. Karena meja belajarku ialah saksi bisu dari semua legalisasi atas perasaanku. Setiap hari kutuliskan diary atas namanya, tak pernah ku bosan menulis nama Hilman dalam diary ku walau berjuta kali banyaknya. Dan fotoku dengan Hilman yang bersender bunga mawar merah menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Hehehe 

Tutup pintu hatimu untukku
Jika semua yang ku lakukan
Karena ingin memilikimu
Buka pintu kebencianmu
Jika semua yang ku lakukan
Hanya ingin mempermainkanmu


Aku masih bingung, apa yang harus ku lakukan? Sungguh ini sangat menyiksa batinku. Ketika pada suatu sore, sehabis pulang kampu kami pulang bersama. Seperti biasa, jalur taman kota yang kami lewati. Karena suasana sore hari di taman kota sangat menyenangka. Ku berfikir disitu daerah yang tepat untuk mengutarakan perasaanku. Walau ku cegah adanya pertanyaan padanya seperti: apa pendampat Hilman tentangku? Bagaimana perasaan Hilman ke aku? Apa Hilman mau menjalin kekerabatan denganku? Tidak ingin ku lontarkan pertanyaan itu. Kami tertawa sepanjang perjalanan, dan beliau memang talenta menjadi pelawak. Hahaha. Saat kami sedang berjalan santai di taman, datang tiba.....
“aaaaa........” ku menjerit dikala hilman mendorongku ke pinggir jalan.
Ternyata sebuah motor hampir menabrakku, dan Hilman melindungiku. Tapi dikala ku lihat dia, ternyata motor itu menabrak Hilman. Betapa shocknya saya melihat beliau tergeletak tak berdaya dijalan, dengan mata yang terpejam, dan tak sadarkan diri. Aku yang terjatuh dijalan kemudian bergegas lari menghampirinya, tak peduli betapa sakitnya kakiku terbentur batu. Dengan jalan yang terpincang pincang, ku kuatkan diri menghampiri Hilman.
“Hilman.... Hilman.....” teriakku padanya, sambil menolongnya.
Ingin ku berkata sesuatu, tapi lidahku terlalu kelu. Seakan hanya namanya yang sanggup ku panggil dengan terperinci dan lancarnya. Ya, hanya namanya saja.  air mataku meleleh membentuk anak sungai di pipiku. Ini ialah kejadian yang sangat membuatku terpukul.
“Ya Alloh, tolong aku. Jangan kau ambil beliau pergi dari sisiku dan hingga kau ambil beliau ke sisimu. Apa yang harus ku lakukan tanpanya? Aku akan merasa bersalah, dan penyesalan yang amat sangat mendalam alasannya ialah perasaanku tak sanggup berkata dikehidupan nyata.”

Serentak ku panggil ambulan untuk membawanya kerumah sakit. Dia yang jadi ambulanku dikala saya keluar dari pintu gawat darurat, kini saya yang memanggil ambulan untuknya? Sungguh menyedihkan. Aku termangu sepanjang perjalanan menuju kerumah sakit. Entah apa yang harus saya lakukan untuk membantunya berdiri kembali?apa canda tawa tadi ialah hal terakhir yang kulakukan dengan Hilman? Apa tadi ialah terakhir kalinya saya mendengar suaranya? Dan melihat nya? Aku mengingat semua kenangan bersama Hilman, kenangan anggun yang tak akan bisa terlupakan.

Setiba dirumah sakit, kegelisahanku makin menjadi jadi. Setelah ku hubungi keluarganya. Aku menangis dalam dekapan ibunya, ya kami memang sudah bersahabat satu sama lain. Bahkan ibarat anak dan ibu sendiri. Di luar pintu GAWAT DARURAT ku menunggu dengan kegelisahan, tatapan yang penuh dengan sejuta impian pada satu orang yang keluar dari pintu itu. Semoga saya sanggup menjadi ambulan dikala Hilman keluar dari pintu gawat darurat, alasannya ialah biasanya beliau yang melaksanakan itu. Tapi kali ini, saya yang harus menggantikan tugasnya. Saat ada seseorang keluar.....
“dokter, bagaimana keadaan temanku? Apa beliau baik baik saja? Apa beliau selamat? Apa beliau sehat sehat saja?” tanyaku pada dokter itu
“Maaf, kami tidak sanggup menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, tak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal banyak diotaknya.”

Serentak hal itu menciptakan harapanku menjadi hancur berkeping keping.
“Kami ingin melaksanakan pembedahan, tapi waktu yang tidak memungkinkan, beliau menghembuskan nafas terakhir dan membaca dua kalimat sahadat dan memanggil nama “Put”. Siapa itu?” terperinci dokter padaku
“ Put? Namaku Putri dok” hingga tersedu sedu ku berkata.
“ sungguh beliau laki-laki yang mengagumkan. Saat keadaannya sekarat, beliau masih mengingat Alloh dan kamu”.
Lekas ku berlari menghampiri hilman yang sudah terbaring tak bernyawa. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. Aku tak sanggup berkata apapun lagi. Langsung keluarganya membawa beliau kerumah, dan mengurus jenazahnya. Sungguh, saya tak ingin melihatnya dalam posisi di balut kain putih dan wajah yang pucat. Aku penakut, dan tak ingin melihatnya. Tapi ku kuatkan diri untuk selalu mendampingi disisinya hingga tanah terakhir menutupi kuburnya.

Hanya do’a yang bisa kulantunkan
Keikhlasan yang selalu ku genggam
Kekuatan yang jadi tumpuan
Dan kenangan yang menjadi senyuman


Perubahan kepribadianku serentak berubah, saya menjadi sosok yang pendiam, cuek, dingin, dan menjauh dari apa yang ada hubungannya denganku dan Hilman. Rasanya itu sangat menyiksa. Dan penyesalan terbesarku yaitu alasannya ialah saya belum sempat mengutarakan persaanku hingga beliau menutup mata. Teman temanku berkata padaku, bahwa Hilman sangat mencintaiku. Tapi beliau tak mau mengatakannya alasannya ialah takut merusak persahabat kita, dan yang paling ia tidak mau yaitu menjalin kekerabatan terlarang yang sanggup merusak izzah dan iffahku. Hilman yang selalu hadir dalam mimpiku dan membuatku semakin bersedih.
Teman sobat yang silih berganti menghiburku bahkan tak sanggup membuatku tersenyum. Bunga mawar merah dan foto yang terletak dikamarku menjadi daerah pelamunanku mengingat kenangan anggun bersamanya. Semakin lama, semakin layu. Tapi tak ku buang, bunga itu ku simpan baik baik.

Ku jalani hari dengan kesendirian
Tanpa seorang sahabat yang mengisi ruang dan waktu
Rasanya ku ternanam menahan luka yang dalam
Hampir saja ku mati rasa padamu
Dan hilangkan relung hatiku

“ketika kau mengasihi seseorang, katakan padanya. Tak usah takut akan apapun resikonya. Tapi ingat, janganlah kau memberinya pertanyaan apapun. Itu akan membuatmu gelisah. Cukup dengan kau jujur atas perasaanmu, itu sudah sangat mengurangi beban hatimu.”


Satu tahun kemudian, tetap tak ada perubahan padaku. Aku belum kembali ibarat dulu, tak ada saya yang ceria, tak ada saya yang bawel, tak ada saya yang gila. Seakan semuanya terkubur bersama kenangan anggun disisinya. Pada pagi hari, 14 februari 2013 dikala pergi kuliah saya melihat sosok laki-laki yang sedang memegang biola. Aku terkaget dikala sosok Hilman yang ada dihadapanku. Tapi kulihat kembali dengan kesadaranku, ternyata bukan. Aku melewat dihadapannya dengan sedikit tersenyum, diapun membalas senyumanku. Pria itu membuatku penasaran. Pada sore hari dikala pulang kuliah, hal yang memalukan terjadi. Pada dikala itu saya sedang asik sms-an dengan temanku. Tiba datang dikala ku berjalan....
“ awas.....” teriak seorang laki-laki di hadapanku
Sejenak ku termangu dan melihat kedepan. Hampir saja saya terjatuh pada kubangan air. Hahaha  itu sangat memalukan. Saat kulihat laki-laki itu, ternyata beliau laki-laki yang tadi pagi ku temui.
“hati hati ya jalannya” dengan lembut beliau memperingatkanku

Rasanya sangat memalukan, kejadian yang tak kulupakan. Rasa penasaranku padawa makin menjadi. Aku cari tahu tentangnya. Dia berjulukan Adit, beliau ialah abang tingkatku. Dan ternyata kami satu jurusan. Rasanya saya belum pernah melihatnya. Ya, bagaimana saya tahu, sehabis kuliah saja saya pulang kerumah alasannya ialah tidak ada daerah lagi yang kutuju. Dulu selagi Hilman ada, banyak daerah yang terjelajahi bersamanya. Seakan akan, semua daerah itu menjadi neraka untukku, dan saya tak ingin pergi kesana lagi.

Hari demi hari ku lalaui ibarat biasa, sedikit ada perubahan. Aku mulai tersenyum, sehabis kejadian memalukan itu. Teman sobat sekelasku senang akan adanya perubahanku. Aku selalu memata matai Adit, dikala beliau di kampus, di kelas, bahkan dikala bermain biola. Rasanya sosok hilman masuk kedalam dirinya. Oh.... tidak mungkin, tak ada yang bisa menandingi Hilman dimataku. Tempat favorit Hilman main biola itu di taman kampus, suasana yang sejuk sangat mendukung. Tapi mengapa Adit juga sering berlatih disitu? Apa benar Adit ialah jelmaan dari Hilman? Oh.... sungguh mengherankan.

Makin kesini, saya makin mencari tahu tentangnya. Dari mulai daerah tinggalnya, jadwal kuilahnya, daerah favoritnya, hobinya, hingga masakan kesukaanya. Nah loh? Ko ibarat Hilman ya? Tidak mungki itu Hilman, tapi semuanya ada hubungannya dengan hilman. Ku yakinkan bahwa Hilman ialah Hilman, tak ada orang yang menyamainya. Dan Adit ialah Adit, orang yang kebetulan, ya ibarat itu adanya. Rasa kagumku pada Adit semakin besar, tapi bukan berarti ku melupakan Hilman. Tidak sama sekali. Karena beliau abadi tersimpan disisi lain relung hatiku. Aku yang selalu menguntupi Adit kemana ia pergi. Kejadian yang sama dikala dulu bersama Hilman, tapi perbedaannya saya menguntip Adit membisu diam. Hehehe


Selalu saja begitu setiap hari. Ku luangkan waktu untuk mengikutinya pergi. Sampai ku berpikir saya akan memperlihatkan satu bunga mawar merah untuknya. Aku tak ingin perasaanku ini menyiksa diriku seorang diri. Mungkin bila ku utarakan padanya, beliau bisa sedikit mengerti saya dan mengurang bebanku. Dan balasannya kuputuskan untuk mengutaraknnya, saya mebawa satu tangkai bunga mawar yang menjadi kekutanku yang mengingatkanku pada Hilman. tapi dikala ku berjalan di depan rumahnya, saya melihatnya bersama wanita lain. Dia mengajak perempuam itu kerumahnya. Apa wanita itu.....? tak sanggu ku lanjutkan kalimatku. Bunga mawar yang ku genggam, serntak jatuh bersama semua anganku. Hancur lebur, membentuk butiran debu.
“apa ini takdirku? Apa Alloh memang menahan perasaanku hanya untuk Hilman. Dan sengaja membuatku hancur alasannya ialah Adit.” Ku duduk termangu memetik kelopak bunga mawar.

Memang benar, cintaku pada Hilman tak mempunyai kesempatan untuk berkata. Bukan berarti beliau bukan untukku, tapi memang Alloh mencegahku untuk menyampaikan dikehidupan yang nyata. Dan mungkin memberi kesempatanku berkata di kehidupan yang abadi, selamanya. Bunuh diri? Hahaha bodoh. Itu ialah kata yang ku benci. Mungkin Alloh merencanakan sesuatau dengan Hilman. Dia yang tak ingin saya menjalin kekerabatan terlarang (pacaran) dengan lelaki lain, alasannya ialah beliau mencintaiku. Dan hanya ingin bersamaku di ikatan yang halal bagiku.
Biarlah dikala ini ku mencar ilmu jauh darinya di dunia ini, beliau mengajarkanku kesabaran dan keikhlasan. Mungkin beliau sedang menguji cintaku, beliau sengaja membiarkanku hidup biar rasa rinduku semakin dalam untuknya. Dan suatu dikala nanti bila kita bertemu, rindu itu akan lenyap dan berkembang menjadi butiran cinta juga kehidupan yang baru.
“ Jangan takut, saya akan mencintaimu seribu tahun, dan akan mencintaimu seribu tahun lebih ”
THE END

Sumber http://sidikul.blogspot.com/

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kisah Cerpen Romantis Islami : Cinta Dalam Membisu | By Nesya Puspita Putri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel