Mengenal Tipe Orang Bau Tanah Tukang Kayu Dan Orang Bau Tanah Tukang Kebun
Tidak ada habisnya membahas wacana orang renta dan pola asuh anak. (Depositphotos)
TABLOIDBINTANG.COM - Tidak ada habisnya membahas wacana orang renta dan pola asuh anak. Setelah tipe orang renta macan vs orang renta lumba-lumba, orang renta helikopter vs orang renta pesawat nirawak, muncul lagi istilah lain untuk mengelompokkan orang renta menurut pola asuh yang diterapkan pada anak: orang renta tukang kayu dan orang renta tukang kebun. Istilah ini dicetuskan Alison Gopnik, psikolog dan profesor psikologi di Universitas California, Berkeley, AS. Apa maksud dan apa perbedaan di antara mereka?
Tukang Kayu: Membentuk Masa Depan Anak
Dalam buku berjudul The Gardener and The Carpenter yang dirilis pada Agustus 2017, Gopnik mengutarakan bahwa kebanyakan orang renta dikala ini mengalami tekanan yang besar, begitu pula anak-anak. Lewat penelitian yang dilakukan selama satu dekade Gopnik menyimpulkan, orang renta generasi milenial memandang anak sebagai entitas yang sanggup mereka bentuk sesuai yang mereka inginkan.
Penyebabnya, kebanyakan dari mereka kewalahan menyerap dan menyaring aneka macam teori membesarkan anak. Sehingga, mereka memaksakan teori-teori itu pada anak. Tipe orang renta ibarat ini yang ia sebut sebagai orang renta tukang kayu.
Orang renta tipe tukang kayu berpikir, anak bisa dipahat dan dibuat sesuai keinginan. “Idenya, kalau Anda melaksanakan hal yang benar, punya kemampuan yang sempurna (dalam mengasuh), membaca buku yang benar, Anda akan bisa membentuk anak menjadi orang tertentu ketika mereka cendekia balig cukup akal kelak,” urai Gopnik.
Orang renta tipe tukang kayu gemar memperkaya pengetahuan soal mengasuh anak, membaca buku terbaik, mengikuti komunitas pengasuhan anak hingga aneka macam pembinaan demi mendapat kemampuan terbaik dalam mengasuh anak. Mereka sudah tahu ke mana akan mengarahkan anak-anak, mempersiapkan rencana pendidikan semenjak dini, bahkan memprediksi karier anak kelak.
Masalahnya, orang renta tipe ini terlalu fokus memikirkan akan jadi apa belum dewasa mereka ketika dewasa, sehingga mengabaikan harapan anak. Mereka berpikir rencana yang sudah dipersiapkan yaitu yang terbaik untuk anak, sehingga ketika dalam perjalanannya anak punya rencana sendiri, mereka akan kecewa dan mengganggap diri gagal dalam membesarkan anak. “Kita terlalu berkonsentrasi wacana akan menjadi apa belum dewasa ini kelak, tetapi tidak ada harapan memperlihatkan apa yang diperlukan anak—untuk mengambil risiko dan membiarkan mereka mengeksplorasi dunia,” kata Gopnik.
Tukang Kebun: Menciptakan Ekosistem untuk Tumbuh
Di sisi lain, Gopnik menjabarkan tipe orang renta tukang kebun sebagai orang renta yang membiarkan belum dewasa tumbuh sesuai intuisi dan minat masing-masing. Peran orang tua, membuat ekosistem yang terbaik untuk anak tumbuh. “Mereka membuat ekosistem yang kaya, subur, serta bermacam-macam dan dinamis sebagai daerah belum dewasa bertumbuh,” terang Gopnik.
Anak-anak juga manusia, yang hidup dengan mengikuti naluri alami. “Atas semua perbedaan kecil yang sering diperdebatkan dalam teori pengasuhan anak—seperti tidur bersama atau tidur terpisah hingga seberapa banyak kiprah sekolah yang pantas diberikan untuk anak—ternyata data menunjukkan, tidak ada satu pun dari teori itu yang membuat perbedaan besar dalam bagaimana anak akan tumbuh dalam jangka waktu panjang,” beber Gopnik.
Orang renta tukang kebun membuat lingkungan keluarga yang serasi sebagai daerah anak tumbuh, menyekolahkan anak di sekolah terbaik, memantau lingkungan pergaulan anak tetapi tidak mencampuri. “Membiarkan mereka tumbuh sendiri (sesuai intuisi) bukanlah wangsit buruk. Kita tahu belum dewasa akan menemukan cara mereka sendiri. Ketika mereka bermain sesuatu, sepak bola misalnya, mereka tidak hanya berguru cara menendang bola, tetapi secara alami mereka mempelajari cara memimpin tim, cara membagi kelompok,” Gopnik memberi contoh.
Membekali diri dengan ilmu demi menjadi orang renta yang baik, perlu. Namun jangan jadikan semua ilmu dan teori yang Anda telan sebagai pembatas kebebasan anak. Sebaliknya, manfaatkan untuk membuat ekosistem terbaik bagi anak semoga mereka bisa tumbuh sesuai naluri. “Tugas kita bukan membentuk pikiran anak-anak. Melainkan membiarkan pikiran mereka mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan di dunia ini,” pungkasnya.
(riz/bin)
Rekomendasi
from Berita Gosip Terbaru Hari ini, Kabar Artis Terkini - Tabloidbintang.com kurang lengkap baca artikel nya di samping https://ift.tt/2xYo3GS
0 Response to "Mengenal Tipe Orang Bau Tanah Tukang Kayu Dan Orang Bau Tanah Tukang Kebun"
Post a Comment