47 Ronin (2013)


  
Rotten Tomatoes: 10% (4.1/10)
Imdb: 6.7/10
MetaScore: 29/100
NikenBicaraFilm: 2/5 

Rated: PG-13
Genre:  Action, Adventure, Fantasy

Directed by Carl Erik Rinsch ; Produced by Pamela Abdy, Eric McLeod ; Screenplay by Chris Morgan, Hossein Amini ; Story by Chris Morgan, Walter Hamada ; Starring Keanu Reeves, Hiroyuki Sanada, Tadanobu Asano, Rinko Kikuchi, Kou Shibasaki, Jin Akanishi, Min Tanaka ; Music by Ilan Eshkeri ; Cinematography John Mathieson ; Editing by Craig Wood ; Studio H2F Entertainment, Mid Atlantic Films, Moving Picture Company. Stuber Productions ; Distributed by Universal Pictures ; Release dates December 6, 2013 (Japan), December 25, 2013 (United States) ; Running time 119 minutes ; Country United States, United Kingdom, Hungary ; Language English, Japanese ; Budget $175 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Kai (Keanu Reeves), seorang anak dari perempuan Jepang dan pelaut Inggris, membantu Oishi (Hiroyuki Sanada) menjadi bab dari 47 ronin (samurai tanpa tuan) untuk membalaskan dendam sesudah tuan mereka Asano (Min Tanaka) mati dieksekusi dengan cara seppuku jawaban melukai Kira (Tadanobu Asano).

Review / Resensi :
Membaca review sebelum menonton filmnya kadang sedikit menjebak, terutama buat movie blogger yang seharusnya menulis review sebuah film dengan perspektif netral. Sebaiknya kita memang tidak simpel mempercayai review orang, alasannya yaitu tiap orang punya selera dan jam terbang nonton film yang berbeda. Pada kenyataannya, tidak semua film yang diulas buruk ternyata benar-benar buruk, begitu pula sebaliknya. Ada film yang orang-orang bilang jelek, ternyata kau cukup terhibur ketika menontonnya, dan ada film yang mereka bilang bagus, ternyata justru menciptakan ekspektasimu berlebihan sehingga sesudah menonton membuatmu merasa film itu tidak sebagus yang orang-orang katakan (happened to me after I watched Gravity and The Cabin in The Woods). Sayangnya, hal itu tidak terjadi pada film 47 Ronin. Review buruk perihal film ini (hanya memperoleh skor 10% dari Rotten Tomatoes) rupanya benar-benar kejadian. Sigh. (FYI, saya menonton film ini hanya menemani bapak saya yang ngebet nonton – mungkin ia pikir akan menonton kisah kepahlawanan yang dramatis ala Last Samurai. Oh pap, you really did not have an idea about what the crap movie you gonna watch).

47 Ronin merupakan kisah legendaris di Jepang, yang memuat nilai moral “kesetiaan dan kehormatan”. Berkisah mengenai kesetiaan 47 samurai yang membalaskan dendam sesudah terhukumnya tuan mereka jawaban suatu perkelahian. Kisah 47 ronin ini sendiri telah dibentuk dalam banyak literatur dan versi.  Demikian epiknya kisah ini sehingga Hollywood memutuskan untuk menciptakan filmnya - dengan penafsiran bebasnya yang ngawur. Mungkin tim produksi 47 Ronin berkumpul di satu meja, then some idiot-guys came out with these stupid ideas: “Let’s make this story as a fantasy version!”. Maka brainstorming itu menepikan kisah otentiknya dan menambahkan elemen-elemen yang menjadi kesukaan Hollywood : penyihir cantik, kisah cinta si putri dan orang terbuang, naga, troll, weird creature that looks like an alien, monster, dan serigala jadi-jadian yang membuatmu teringat serigala di music video Yivis – What the Fox Says. Seriously, these stupid ideas really ruined the story.

Cerita 47 Ronin bersama-sama sudah merupakan kisah epik nan heroik yang menggetarkan jiwa siapa saja yang mendengar kisah kepahlawanan ini. Dan tentu saja saya berharap bahwa kisah ini sanggup digambarkan seakurat mungkin, bukan dirusak dengan fantasi-fantasi yang konyol. Seandainya memang 47 Ronin hendak diceritakan bebas dengan nuansa fantasi, eksekusinya begitu buruk, saya merasa bahwa “makhluk-makhluk” absurd di film ini tidak nyambung. Antara satu aksara dengan aksara lainnya tidak ada korelasi yang terhubung, dan sejujurnya, saya merasa makhluk-makhluk absurd di film ini tidak ada nuansa Jepangnya sama sekali. Sejak kemunculan makhluk monster-nggak-jelas di menit-menit pertama, saya sudah tahu film ini sudah gagal dalam mengemas kisah ini dengan pendekatan fantasi. Belum lagi aksara makhluk absurd yang merawat Kai ketika kecil dan memperlihatkan senjata berupa pedang kepada Oishi dan kawan-kawannya – that creature reminds you to an alien or just some creepy-lizard creature. And the worse thing is, if I may said, yaitu Rick Genest, pria bertato tengkorak yang ada di poster film – yang rupanya cuma nampang lima detik di film dan gag punya tugas apa-apa. Oh man, then why do you put him on the movie poster?

Kemudian, untuk mengakibatkan film ini sanggup sukses di pasaran, maka dipasanglah Keanu Reeves yang berdarah Hawaii (mungkin ini salah satu alasan kenapa Keanu dipilih, secara typical face Keanu boleh dibilang ada nuansa indo bule-Jepang) sebagai bintang film utama. Yap, keputusan ini sepertinya menjadi salah satu major failure film ini, dimana Keanu Reeves sepertinya hanyalah mengulang kiprahnya sebagai si-muka-datar Neo dalam film the Matrix (minus kacamata hitam) dan tidak mengalami pengembangan karakter. Naskah yang disusun oleh Chris Morgan dan Hossein Amini mengakibatkan aksara Kai yang seharusnya tokoh utama justru tidak begitu penting – sedemikian tidak pentingnya sehingga hingga final film saya merasa bahwa Oishi tetaplah tokoh utama, dan Keanu hanyalah “figuran-bule” yang dengan talenta magic-nya yang “janggal” membantu Oishi dan para samurai lainnya.

Belum cukup segala kekecewaan yang mendera hati ini kala menonton, film ini sendiri berjalan anti-klimaks. Adegan-adegan tabrak yang kau harapkan sangat seru dan cool, rupanya berjalan tidak seimbang antara si antagonis dan protagonisnya - dan belum apa-apa kau sudah melihat musuh tergeletak mati dengan simpel (ini spoiler ya? whatever..). Kisah roman antara Kai dan putri Mika (Kō Shibasaki) juga menyerupai tidak bernyawa, membosankan, dan lebih garing dari popcorn yang saya makan.

Di luar segala review buruk yang saya ceritakan panjang lebar di atas, budget film yang konon mencapai 175 juta dollar US sepertinya berhasil diterapkan dengan setting dan properti yang cukup megah. Kostum-kostum samurai tampak begitu gagah, dengan pallete warna yang indah. Kimono-kimono sang Putri dan penyihir juga tampak anggun dan elegan. But that’s all. Di luar desain kostum, this movie is still wasting your time and money.

Overview:
Well, dangkalkan logikamu kalau kau memang ingin menonton film ini. Elemen fantasi pada kisah heroik perihal 47 Ronin yang berjuang untuk membela nama baik tuannya yaitu satu keputusan buruk – dan eksekusinya jauh lebih buruk lagi. Plot berjalan membosankan (dan ada banyak plot hole yang menggantung), editing film dan musik juga kurang baik, serta tokoh utama tidak sanggup menonjol. Semua itu menciptakan film ini menjadi film yang kurang berkelas. So here I am, try to save your time and money, affirm you to not watch this movie.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "47 Ronin (2013)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel