Philomena (2013)


Martin Sixmith: "I'm angry,"
Philomena: "Must be exhausting,"

RottenTomatoes: 92%
IMDb: 7.7/10
Metacritic: 76/100
NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: PG-13
Genre: Drama, Comedy

Directed by Stephen Frears ; Produced by Gabrielle Tana, Steve Coogan,Tracey Seaward ; Screenplay by Steve Coogan, Jeff Pope ; Based on The Lost Child of Philomena Lee by Martin Sixsmith ; Starring Judi Dench, Steve Coogan ; Music by Alexandre Desplat ; Cinematography Robbie Ryan ; Edited by Valerio Bonelli ; Distributed by Pathé (United Kingdom), The Weinstein Company (United States) ; Release dates 31 August 2013 (Venice) 1 November 2013 (United Kingdom), 22 November 2013 (United States) ; Running time 98 minutes ; Country United Kingdom, United States ; Language English ; Budget $12 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Based on true story, Philomena yaitu dongeng mengenai Philomena Lee (Judi Dench), seorang perempuan Irlandia religius yang hendak mencari anak laki-lakinya yang terpisah darinya sehabis hampir 50 tahun. Dalam misi pencariannya, ia kemudian dibantu oleh seorang jurnalis Martin Sixmith (Steeve Coogan).

Review / Resensi:
I know I'm such a cry-baby. I cried a lot. Tapi tidak banyak film yang sanggup menciptakan aku menangis sampai sesenggukan parah - salah satu film yang sanggup buat aku menangis parah yaitu Hachiko, dan itu bahkan aku cuma nonton trailer-nya! Premis Philomena memang terbilang sangat sederhana, wacana seorang ibu yang hendak mencari anaknya yang hilang, dan film ini sendiri bukanlah sebuah film dengan momen dramatis yang mendayu-dayu ala fillm Korea. But beyond my expectation, seandainya saja aku menonton ini sendirian, Philomena - in a good way - make me cry so hard. 

Materinya sendiri terdengar sangat kelam, sebuah human interest story harus berakhir dengan sangat senang atau sangat menyedihkan, dan kita sepertinya sudah sanggup menebak bagaimana dongeng ini nantinya berakhir. Namun Stephen Frears (High Fidelity, The Queen) membawakan Philomena dengan kelembutan dan sederhana, dan ini yang menciptakan Philomena justru menjadi film yang sangat indah dan manusiawi. Momen dramatis yang ada tidak akan pernah terasa berlebihan, namun melihat bagaimana aku dibikin nangis parah, kau akan paham bagaimana Stephen Frears sanggup membawakan maksudnya tanpa perlu memperlihatkan adegan yang overdramatic. Jika kau tidak pernah mengetahui dongeng mengenai Philomena Lee, sebaiknya kau tidak perlu cari tahu sebelum menonton filmnya, alasannya yaitu itu akan merusak twist di belahan akhirnya. Anyway, bagaimana aku menangis parah bukanlah indikasi spoiler wacana menyerupai apa film ini berakhir, aku tidak bilang aku menangis alasannya yaitu apa, duka atau terharu.

Dalam durasi yang terbilang cukup singkat, 98 menit, Philomena bukanlah sebuah film yang hanya sekedar mengisahkan mengenai misi pencarian itu sendiri, tapi juga sebuah road-movie mengenai pencarian jati diri dari dua aksara utamanya. Kedua karakter, Philomena dan Martin yaitu dua eksklusif dengan pandangan yang sangat berlawanan. Philomena yaitu seorang religius taat, yang biarpun kenyataan hidupnya sangat menyakitkan, masih sanggup menemukan imannya. Sedangkan Martin yaitu seorang pesimis yang atheis. Dan melalui naskah yang dikerjakan oleh Steve Coogan dan Jeff Pope, pandangan keduanya kemudian dibenturkan melalui percakapan-percakapan cerdas antara keduanya - dan film ini sendiri tidak bermaksud menciptakan kita akan memijak pada sisi manapun. Walaupun warta anti-katolik mengemuka saat film ini dirilis, alasannya yaitu memang isinya - yang seakan-akan mengakibatkan para suster sebagai antagonis - sanggup dikatakan cukup menyinggung.

Kepolosan aksara Philomena yang berhadapan dengan kesinisan Martin juga menjadi daya tarik sendiri yang menciptakan Philomena cukup lucu dengan caranya sendiri. Saya tertawa cukup keras saat Philomena yang sudah bau tanah dengan santainya bicara persoalan seks, dan menciptakan Martin merasa tidak nyaman. Di usianya yang hampir 80 tahun, Judi Dench memperlihatkan salah satu akting terbaiknya sebagai Philomena Lee. Ia tidak akan banyak menangis di film ini, namun melalui seluruh bahasa tubuhnya, matanya yang berkaca-kaca, kita sanggup melihat beban yang berat dibawakannya. Steeve Coogan yang sebelumnya dikenal sebagai komedian, juga membawakan kiprahnya dengan baik. Lansekap-lansekap pedesaan Irlandia menjadi daya tarik sendiri yang menciptakan film ini makin indah untuk disaksikan, ditambah pula iringan musik dari Alexander Desplat menciptakan atmosfer menjadi semakin mengharukan.

Overview:
Keunggulan utama Philomena yaitu pada naskahnya yang cerdas, dan aksara kedua tokoh utama yang dibawakan dengan sangat baik oleh Judi Dench dan Steve Coogan. Ceritanya yang dramatis sangat gampang untuk dibentuk menjadi tear-jerker film, namun Stephen Frears memperlihatkan sentuhan lain yang cenderung sederhana dan lembut, yang justru mengakibatkan Philomena menjadi makin indah dan berkesan. Don't forget the tissue if you want to watch it!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Philomena (2013)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel