Under The Skin (2014)



RottenTomatoes: 86%
IMDb: 6.3/10
Metacritic: 78/100
NikenBicaraFilm: 4,5/5

Genre: Science-Fiction, horror
Rated: R

Directed by Jonathan Glazer ; Produced by James Wilson, Nick Wechsler ; Screenplay by Walter Campbell, Jonathan Glazer ; Based on Under the Skin by Michel Faber ; Starring Scarlett Johansson Music by Mica Levi ; Cinematography Daniel Landin ; Edited by Paul Watts ; Production company Film4, BFI ; Distributed by StudioCanal (UK), A24 Films (US), Mongrel Media (CA) ; Release dates 29 August 2013 (Telluride Film Festival), 14 March 2014 (UK), 4 April 2014 (US) Running time 108 minutes ; Country United Kingdom, United States ; Language English

Story / Sinopsis / Cerita :
Seorang perempuan misterius, - dan rupanya alien, (Scarlett Johansson) datang di bumi dengan satu misi: memangsa pria-pria.

Review / Resensi:
Bayangkan sebuah ruangan kosong nan gelap, kemudian nampak Scarlet Johansson, hanya mengenakan bra dan celana dalam warna hitam, berdiri dengan senyum menggoda. Lalu ada seorang cowok - tidak sabar untuk segera begituan, berdiri dengan senyum gembira. Kamu mungkin menganggap cowok itu yaitu the luckiest bastard in the world, hingga kemudian nona Scarlet berbalik dan berjalan pelan, dan sang cowok mesum - sesudah melepas celananya - berjalan mengikutinya. Ruangan tetap gelap, kau tidak melihat ranjang, tepatnya kau tidak menemukan apapun. Kamu mendengar musik, sounds really haunting and creepy. Kamu segera tahu kisah ini tidak akan berakhir menyerupai lagu Daft Punk dan Pharrel William. Ini yaitu alien sedang memangsa insan di jebakan mautnya.

Yeah, alien. Cerita mengenai alien mungkin terdengar begitu cheesy, dan membaca sinopsis Under the Skin boleh jadi mengingatkanmu pada film tahun 1995 - Species (tentang seorang alien berwujud perempuan seksi yang mencari laki-laki bumi untuk dikawinin). Tema ini terbilang sudah klise dan murahan, namun di tangan Jonathan Glazer, yang feature film terakhirnya yaitu Birth di tahun 2004 yang kontroversial itu, dan merupakan sutradara video klip band-band abstrak macam Radiohead dan Massive Attack , Under the Skin menjelma semacam arthouse movie - atau bolehlah saya katakan sebuah experimental movie.

Menonton Under The Skin terang butuh sedikit perjuangan. Butuh mood ekstra sabar untuk menontonnya. Under The Skin terang tidak dinarasikan dengan cukup lugas. Kamu akan menemukan banyak kebingungan wacana apapun. Tentang siapa bekerjsama perempuan misterius yang diperankan Scarlett Johansson, wacana sedang apa beliau di bumi, wacana kenapa beliau memangsa insan - dan naskah yang digarap oleh Jonathan Glazer dan Walter Campbell yang diubahsuaikan bebas dari novel Under The Skin oleh Michael Faber tidak menawarkan clue-clue yang gamblang. Semuanya absurd- bahkan hingga selesai film. Dari sini saja sudah terang bahwa film ini memang bukan film semua orang. Mungkin hanya beberapa orang saja yang akan cukup menyukainya. Sebagian besar akan merasa film ini membosankan, dan hanya menikmati adegan naked-nya Scarlett Johansson saja.

Under The Skin bergerak dengan cukup lambat. Jonathan Glazer dengan tekun mengajak kita untuk mengikuti alien yang sedang semacam travelling ke bumi. Ada banyak adegan yang diulang, dan adegan - adegan yang tidak menarik (adegan - adegan ini cukup penting, tapi mungkin memang tidak terlalu menarik). Tidak akan ada banyak percakapan dan tidak ada adegan aksi, separuh film hanya wacana si alien berputar-putar dengan kendaraan beroda empat vannya. Dalam adegan misi hunting si alien, Jonathan Glazer memakai hidden camera di dalam van, dan kabarnya aktor-aktor di film ini semuanya orang biasa dan percakapannya nyata, menciptakan efek realistisnya makin terasa. Opening scene-nya mengingatkan saya pada 2001: A Space Odyssey-nya Stanley Kubrick - yang artinya cukup abstrak dan gag jelas, but epic! Film ini sendiri begitu kaku, sunyi dan cuek dengan sinematografi yang cantik. Tapi itu semualah yang menciptakan kesan yang didapatkan begitu besar lengan berkuasa dalam membangun ketegangan yang mencekam bagi penonton. For me, the most memorable scene adalah adegan si alien "memanen" pria- laki-laki di semacam killing nest-nya. So thrilling and artistic!

Saya sendiri tidak akan menyampaikan bahwa Under The Skin diisi simbolisme-simbolisme tertentu. Hal yang berbeda sebagai pola dengan apa yang dilakukan David Lynch di Blue Velvet - yang sanggup saya maknai dan gali lebih dalam. Under The Skin  memang cukup sureal, tapi saya rasa apa yang dilakukan Jonathan Glazer yaitu sekedar menawarkan semacam experimental experience mengenai sebuah tema science-fiction yang klise, tanpa dipenuhi metafora-metafora mengenai "kemanusiaan" atau apalah. Atau saya saja yang kesulitan memaknainya.

Scarlett Johansson melaksanakan tugas yang berkebalikan dengan apa yang dilakukannya di film Her. Jika sebelumnya doski yang di Her berperan sebagai Samantha, yang sepanjang film hanya menampilkan suaranya tanpa muncul sedikit pun, di Under The Skin ia berwujud - tapi jarang bicara. I never take Scarlett Johansson seriously (I mean she's blonde, and she's hot), akan tetapi mungkin ini yaitu salah satu akting terbaiknya (but I like her bitchy attitude in Don Jon more). Ekspresinya dingin, bagaikan killing robot yang tidak manusiawi. Karakternya mengalami transformasi yang cukup baik - di bab awal kau mungkin akan membencinya, tapi di bab selesai kau akan mengasihaninya.

Salah satu hal lain yang paling menarik di film ini scoring music-nya yang begitu AWESOME! Scoring music-nya dikerjakan oleh Mica Levi, musisi perempuan yang juga membentuk grup musik Micachu & The Shapes. Musik-musik eksperimentalnya begitu sesuai dengan mood film secara keseluruhan, menyerupai mendengar bunyi-bunyian dari luar bumi (walaupun terdengar juga menyerupai bunyi-bunyian dari mesin fotokopi). Sulit untuk tidak merasa terhantui oleh musik di Under The Skin, bahkan saya merasa terganggu dan terhantui hingga beberapa hari sesudah menonton.

Overview:
Audience Under The Skin terang begitu segmented, alasannya sebagian orang mungkin akan merasa film ini membosankan dan tidak menghibur. Saya sendiri menyebut Under The Skin adalah experimental movie, dan menontonya bagaikan mengalami experimental experience. Kekuatan Under The Skin ada pada Scarlett Johansson yang menawarkan salah satu performa terbaiknya, scoring music yang begitu creepy dan absurd, dan isi kepala Jonathan Glazer yang jenius. Terlepas dari kau akan menyukainya atau tidak, menonton Under The Skin yaitu pengalaman yang tidak akan gampang dilupakan!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Under The Skin (2014)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel