I Saw The Devil / 악마를 보았다 (Angmareul Boatda) (2010)


"I will kill you when you are in the most pain. When you're in the most pain, shivering out of fear, then I will kill you. That's a real revenge. A real complete revenge," - Soo-Hyeon


RottenTomatoes: 80%
IMDb: 7,8/10
Metacritic: 67/100
NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: R
Genre: Mystery & Suspense

Directed by Kim Ji-woon ; Produced by Kim Hyung-woo, Jo Sung-won, Kim Jae-young, Kim Jung-hwa ; Written by Park Hoon-jung ; Starring Choi Min-sik, Lee Byung-hun ; Music by Mowg ; Cinematography Lee Mo-gae ; Edited by Nam Na-yeong ; Distributed by Showbox/Mediaplex ; Release dates 12 August 2010 ; Running time 144 minutes ; Country South Korea ; Language Korean ; Budget US$6 million ; Box office US$12,773,990

Story / Cerita / Sinopsis: 
Kyung-Chul (Choi Min-Sik) yaitu seorang pembunuh sadis berdarah cuek yang membunuh dan memutilasi tunangan Kim Soo-Hyeon (Lee Byung-Hun). Dipenuhi dendam, Soo-Hyeon lalu mencari Kyung-Chul untuk membalaskan dendam janjkematian kekasihnya.

Review / Resensi:
Sejujurnya aku lebih familiar dengan boyband & girlband K-Pop dibandingkan dengan film-film Korea Selatan. Sejauh ini film asal negeri Ginseng yang aku tonton gres beberapa - salah satunya Oldboy (2003) yang juga dibintangi oleh Choi Min-Sik yang lalu menjadi salah satu film favorit saya. Akhirnya aku berkesempatan menonton I Saw The Devil, sebuah persembahan kontroversial dari sutradara Kim Ji-Woon yang sebelumnya menggarap A Tale Of Two Sisters - yang disebut-sebut sebagai film horror terbaik yang pernah ada di Korea Selatan. I Saw The Devil yang dipenuhi dengan adegan brutal nan sadis ini sempat harus memotong banyak adegannya demi bisa lolos sensor dan bisa tayang di bioskop negaranya. Bagi yang tidak terbiasa (atau benci) dengan genre gore movie, sebaiknya kau tidak usah memaksakan diri menontonnya.

Bertemakan pembalasan dendam, premis I Saw The Devil mungkin terdengar cukup standar. Namun di tangan Kim Ji-Woon, I Saw The Devil berubah dari sekedar film gore yang brutal dan penuh darah, menjadi film sadis dengan sentuhan artistik yang stylish. I Saw The Devil yaitu No Country for Old Men dengan sedikit rasa Saw. Adegan kejar-kejaran ala anjing-kucing namun dalam versi biadab yang niscaya membuatmu tidak nyaman duduk manis kala menyaksikannya. Kim Ji-Woon tidak sungkan untuk mempertontonkan adegan sadis menyerupai pukulan di kepala (dengan barbel, tongkat, dan lain-lain), bacokan, tusukan pisau, pelecehan seksual sampai yang paling menyakitkan untuk ditonton: mutilasi. Bloods is everywhere. Bersiaplah untuk merasa mual.

Terlepas dari adegannya yang dipenuhi dengan kesadisan luar biasa yang menyesakkan (entah beberapa kali aku teriak-teriak sendiri ketika menyaksikan adegan-adegan tidak beradab itu), sesungguhnya I Saw The Devil yaitu tontonan yang sangat berkelas. I Saw The Devil tidak terjebak untuk menjadi sebuah film kelas B yang murahan, dimana adegan bacok-bacokannya sekedar adegan berdarah yang konyol. Setiap adegan sadisnya dirancang dengan efek yang begitu realistis - dan itu yang menciptakan aku merasa menemukan ketidaknyamanan kala menontonnya. Bahkan adegan sadis itu sudah dimulai dari 10 menit pertama. Setiap frame adegannya, ironisnya, dirancang dengan cukup indah dengan sentuhan artistik - mengakibatkan I Saw The Devil di lain sisi begitu cantik. Uniknya, Kim Ji-Woon juga masih bisa menyisipkan elemen sedikit humor dalam filmnya, misalnya kala rekan Kyung-Chul yang mencoba menarik obeng yang ditancapkan ke telapak tangannya, menyerupai sebuah selingan black comedy. 

Satu hal lain yang juga menjadi kekuatan I Saw The Devil adalah bagaimana Kim Ji-Woon bisa meramu sebuah film dengan unsur suspense yang begitu menegangkan. Memang jadinya film lalu bergerak begitu perlahan dan berpotensi membosankan, namun justru itulah yang menciptakan kita akan dibentuk deg-degan sepanjang menonton filmnya. Kim Ji-Woon tidak pernah terburu-buru dalam mengeksekusi setiap adegan, dan masih bisa menciptakan kejutan tidak terduga di banyak adegannya. Clearly, I Saw The Devil is a clever suspense. 

Ada pertentangan yang menarik mengenai tema besar dari film ini sendiri. Bagaimana seorang monster yang kejam (Kyung-Chul) lalu melahirkan monster lain yang hidup dari kondisi yang terluka begitu dalam (Soo-Hyeon). Kita tahu siapa yang antagonis di awal film ini, namun ketika sang protagonis lalu berubah juga menjadi sama kejamnya, kita tidak tahu siapa monster bergotong-royong di sini. Setiap tindakan balas dendam Soo-Hyeon lalu mendobrak batas moral kita, sampai menjadi legal di mata kita. I Saw The Devil lalu ditutup dengan sebuah ending yang tragis dan terasa menyesakkan, dan memberikan kita pada sebuah kesimpulan bahwa sesudah balas dendampun kita masih orang yang terluka dan kehilangan. But at least, penonton masih terpuaskan. 

I Saw The Devil yaitu panggung besar milik Choi Min-Sik yang berperan sebagai sang penjahat. Ia bisa menampilkan mulut cuek dan kejam dalam setiap perbuatannya. Sebuah pembuktian bahwa Choi Min-Sik yang sebelumnya berperan sebagai protagonis di Oldboy (2003) memang yaitu salah satu pemain drama tabiat terbaik yang pernah dimiliki Korea Selatan. Lee Byung-Hun yang karir internasionalnya terangkat ketika bermain di G.I Joe juga bisa dengan baik menawarkan mulut campur aduk: kemarahan yang terbalut perasaan yang sedih.

Akan tetapi, salah satu kelemahan yang dimiliki oleh I Saw The Devil ada pada durasinya yang terbilang panjang untuk sebuah film thriller. Mencapai 2 jam lebih. Saya sempat merasa intensitas yang begitu tinggi di kepingan awalnya sedikit menjadi longgar di kepingan tengahnya (ketika aku lalu agak dibikin bosan dengan agresi kucing-kucingan kedua tokoh), untungnya intensitas di kepingan akhirnya kembali mencapai titik titik puncak yang memuaskan. Selain itu, kelemahan lain ada pada tidak ada latar belakang yang cukup bagi kita untuk bisa mengenal kedua tokoh, terutama abjad Kyung-Chul yang terasa satu dimensi. Ia yaitu monster pembunuh, yang entah membunuh sebab alasan apa. Sehingga tidak ada emosi yang cukup bertentangan ketika melihat Kyung-Chul dihajar oleh Soo-Hyeon. Kita cuma berpikir, hajar saja terus! Mungkin akan menjadi lebih menarik bila ada dimensi emosi yang lebih manusawi dari sosok Kyung-Chul, alih-alih menjadikannya sekedar mesin pembunuh psycho.

Overview:
 I Saw The Devil is an uncomfortable ride, kau akan mengalami movie-experience yang menciptakan mual dan ngilu. Adegannya secara frontal begitu brutal dan keji, namun dengan pengemasan visual yang stylish. Kekuatan lain juga ada pada bagaimana Kim Ji-Woon bisa menghadirkan sebuah film dengan unsur suspense yang luar biasa menegangkan, serta didukung oleh agresi maksimal dari Choi Min-Sik dan Lee Byung-Hun sebagak dua abjad sentral. Satu film lagi yang menawarkan bahwa Korea Selatan yaitu salah satu produsen film di dunia yang patut diperhitungkan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "I Saw The Devil / 악마를 보았다 (Angmareul Boatda) (2010)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel