Pitch Perfect 2 (3/5)


"You are one of us, you paid the registration fee," - Fat Amy

RottenTomatoes: 67% | IMDb: 6,6/10 | Metascore: 63/100 | NikenBicaraFilm: 3/5

Rated: PG-13
Genre: Comedy, Musical, Drama

Directed by Elizabeth Banks ; Produced by Paul Brooks, Max Handelman, Elizabeth Banks ; Written by Kay Cannon ; Based on Characters created by Kay Cannon, Pitch Perfect: The Quest for Collegiate A Cappella Glory by Mickey Rapkin ; Starring Anna Kendrick, Rebel Wilson, Hailee Steinfeld, Brittany Snow, Skylar Astin, Adam DeVine, Katey Sagal, Anna Camp, John Michael Higgins, Elizabeth Banks ; Music by Mark Mothersbaugh ; Cinematography Jim Denault ; Edited by Craig Alpert ; Production company Gold Circle Films ; Distributed by Universal Pictures ; Release dates April 20, 2015 (Las Vegas premiere), May 15, 2015 (United States) ; Running time 115 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $29 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Setelah sebuah bencana memalukan yang terjadi, Barden Bellas yang sekarang dipimpin oleh Beca (Anna Kendrick) terancam dihentikan tampil di pertunjukan a capella manapun. Untuk mencabut larangan itu, Barden Bellas harus dapat memenangkan kompetisi a capella dunia, melawan tentangan terberat mereka D.S.M dari Jerman.

Review / Resensi :
Boleh dibilang saya termasuk yang ngefans dengan film pertama Pitch Perfect. Pitch Perfect memang tidak mempunyai kisah yang terlalu spesial, namun ramuan komedi dan musikalnya masih tetap berhasil. Ketika tahu bahwa Pitch Perfect akan dibuatkan sekuelnya dengan Kay Cannon yang menulis naskah film pertamanya juga akan tetap duduk sebagai penulis naskah, dan hampir sebagian besar cast Pitch Perfect dibawa kembali, saya termasuk yang antusias dan kegirangan. Sempat sedikit ragu ketika tahu Elizabeth Banks bertindak sebagai sutradaranya, tapi saya masih tetap optimis. Bisa sekonyol apa lagi perjalanan Beca, Fat Amy, dan teman-temannya? Ah, pada kesudahannya sayangnya saya termasuk yang kecewa berat dengan hasilnya. Sebagaimana mungkin yang dialami sebagian besar fans film pertamanya. 

Kelemahan paling vital dari Pitch Perfect 2 yaitu lemahnya narasi dan bagaimana usahanya untuk membangun konflik dan menyelesaikannya. Okelah, film pertamanya memang tidak mempunyai narasi yang sangat gres dengan ceritanya agak klise: tim underdog yang berusaha mencapai impian, dengan segala bumbu persahabatan dan cintanya. Tapi harus diakui Pitch Perfect masih mempunyai naskah yang berpengaruh dan solid, dengan segala porsi subplotnya masih tetap menyatu dengan konflik utamanya. Hal inilah yang kemudian tidak lagi dilakukan di Pitch Perfect 2, ketika subplot yang ada cenderung melebar kemana-mana. Buruknya lagi, kita tidak pernah dibentuk merasa bahwa benar-benar menyemami konflik di Pitch Perfect 2 ini, sampai menciptakan saya bosan dan menontonnya sambil bolak-balik ngecek handphone. Terlalu banyak adegan tidak penting, serta sebagian adegannya melompat-lompat dengan konflik-konflik yang sama sekali gag signifikan dengan keseluruhan kisah (I even don't care with Hailee Stainfield's character). Dan mau tidak mau saya terpaksa menyalahkan Elizabeth Banks sebagai sutradara yang tidak dapat membawa Pitch Perfect 2 dengan lebih dinamis.

Salah satu kekuatan utama dari Pitch Perfect adalah aksara tokoh-tokohnya yang aneh. Dengan sebagian besar cast yang berasal dari film pertamanya, maka tidak susah bagi kita untuk dapat menikmati komedinya yang sebagian besar memang berasal dari karakterisasi tokohnya yang gila. Salah satu misalnya yaitu porsi Fat Amy (Rebeca Wilson) yang sekarang diperbesar. Karakter Fat Amy memang masih tetap yang paling badass, kocak dan menjual, tapi sebagaimana blunder yang dialami oleh film-film sekuel pada umumnya (salah satu referensi lainnya aksara Brick (Steve Carrell) di Anchorman 2), porsi tokoh pendukung yang diperbesar justru kadang terasa tidak tepat. Karakter Beca (Anna Kendrick) yang harusnya berlaku sebagai tokoh utama, nyatanya justru karam di antara karakter-karakter lainnya. Dan saya sulit percaya bahwa ia pemimpin Barden Bellas, because to be honest she is pointless. Yang paling mengganggu juga kemunculan aksara Emily (Hailee Stainfield) yang bagi saya terlalu normal, dan tidak memperlihatkan imbas apa-apa bagi film ini sendiri, kecuali tentu saja bahwa ia yang "ngarang" lagu Flashlight (yang to be honest, ga terlalu enak)

Hal lain yang mengecewakan tentu saja yaitu romansa cinta yang ada. Saya termasuk yang jatuh cinta dengan kisah asmara Beca dan Jesse, dan bagaimana kemudian saya tidak protes ketika pada Pitch Perfect 2 aksara Jesse (Skylar Astin) menyerupai sekedar hiasan belaka? He exist or not, it doesn't important at all. Dan bukankah di film sebelumnya Jesse yaitu salah satu aksara penting? Kehadirannya di sini bahkan menyerupai sekedar dipaksakan muncul sebab sebelumnya ia ada di film pertamanya. Kemudian, Pitch Perfect 2 memperlihatkan ruang lebih bagi perkembangan cinta Fat Amy dan Bamper serta Emily dan Benji yang malah terkesan terlalu dipaksakan dan membuang-buang waktu. Nuansa kompetitif yang ada Pitch Perfect antara The Treblemaker dan Barden Bellas (yang boleh dibilang pemuda versus cewek) juga jauh lebih seru jikalau dibandingkan persaingan Barden Bellas dengan D.S.M, grup a capella dari Jerman di film keduanya ini.

Ah, satu-satunya yang kemudian menghibur saya cuma tentu saja dari segi musikalitasnya yang masih yummy di telinga. Memang sebagian besar lagu Top 40 yang ada Pitch Perfect 2 (maupun film sebelumnya) bukanlah tipe lagu favorit saya, namun mendengarkannya dalam format a capella masih tetap menawan dan asyik. Unsur komedinya masih cukup lucu di beberapa pecahan (Fat Amy, anggota Barden Bellas yang lain, serta tentu saja Snoop Dogg yang belagu) - namun secara keseluruhan Pitch Perfect 2 ini sangat membosankan dan mengecewakan. And I know I'm not alone stand in this opinion. 

Overview:
Sebuah sekuel yang gagal dan membuang-buang waktu. Pengembangan ceritanya harusnya dapat dieksplor dengan lebih baik dan dalam lagi. Elizabeth Banks kesulitan dalam mewujudkan sebuah tontonan yang solid dengan naskah Kay Cannon yang juga tidak sama kuatnya. Masih menghibur dari segi komedi dan lagu-lagunya, namun kesan wow-nya sudah tidak sekeren film pertamanya (masih terbayang Anna Kendrick dengan cangkirnya bernyanyi Cups ketika babak audisi). Cukup menyenangkan ditonton sekali, namun buat para A-cabitches, Pitch Perfect 2 ini yaitu sekuel yang mengecewakan. (And they say they want to make Pitch Perfect 3? Oh, good luck :|)


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pitch Perfect 2 (3/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel