Legend (2015) (3/5)

"What is that? I come here for a PROPER shootout! What you gonna do with that rollin pin? You gonna bake me a cake? What I want is a shootout, a SHOOTOUT IS A SHOOTOUT... like a Western!" - Ronnie Kray 

RottenTomatoes: 60% | IMDb: 7,4/10 | Metascore: 55/100 | NikenBicaraFilm: 3/5

Genre: Action, Drama
Rated: R

Directed by Brian Helgeland ; Produced by Tim Bevan, Eric Fellner, Chris Clark, Quentin Curtis, Brian Oliver ; Screenplay by Brian Helgeland ; Based on The Profession of Violence by John Pearson ; Starring Tom Hardy, Emily Browning, David Thewlis, Duffy Christopher Eccleston, Chazz Palminteri ; Music by Carter Burwell ; Cinematography Dick Pope ; Edited by Peter McNulty ; Production companies Anton Capital Entertainment, Cross Creek Pictures. StudioCanal, Working Title Films ; Distributed by Universal Pictures ; Release dates 9 September 2015 (United Kingdom) ; Running time 131 minutes ; Country United Kingdom ; Language English ; Budget $25 million

Story / Cerita / Sinopsis:
Sebuah biopik yang diangkat dari The Profession of Violence oleh John Pearson, menceritakan kebangkitan hingga kejatuhan dua saudara kembar Ronnie Kray dan Reggie Kray (keduanya diperankan Tom Hardy), pemimpin gangster di East End, London.

Review / Resensi:
Resensi ini ditulis oleh saya, yang tidak pernah nonton film-film gangster terkenal menyerupai The Godfather dan Goodfellas. Well, even tough I'm okay with violence movie, I'm not really into gangster movie, but still I know for sure that Legend isn't legend at all. Filmnya.... agak garing! Legend berkisah mengenai dua bersaudara kembar Ronnie dan Reggie Kray yang sedikit eksentrik, yang menjadi pemimpin gang kriminal di London di kala 60-an. Berkisah mengenai gangster, apalagi ini kisah nyata, harusnya Legend punya daya pesona tinggi untuk menarik penonton, namun sayangnya kisah ini ditutupi oleh sanksi yang jelek dan mengecewakan.

Sebelumnya, mari kita bicarakan dulu mengenai salah satu dari sedikit hal yang membantu Legend untuk tidak terjerembab ke dalam kategori film sangat buruk. Pertama, film ini punya Tom Hardy. Memerankan dua saudara kembar, walau dengan ciri wajah yang berbeda signifikan (Ronnie berkacamata, dan Reggie tidak), Tom Hardy berhasil membawakan huruf keduanya dengan sangat baik. Reggie yang licik dan percaya diri, dan Ronnie yang lebih eksentrik dan psycho. Gestur badan keduanya berhasil ditampilkan dengan berbeda oleh Tom Hardy, dan menciptakan perlahan kita menyerupai merasa bahwa keduanya diperankan oleh pemain drama yang berbeda. (Sebenarnya, saya merasa akting Tom Hardy sedikit berlebihan, terutama aksen inggrisnya, hingga saya sadar bahwa Tom Hardy beneran orang London. Haha. Mungkin emang cara ngomongnya yang aneh...) Kedua, film ini punya desain set yang total. Legend bisa membawamu ke suasana tahun 60-an yang glamour dan menawan, dengan suasana swinging sixties-nya yang indah. Legend, cukup glamor dalam menampilkan ini, dan menjadi suguhan visual yang memanjakan mata.

Oke, kini mari kita bicarakan kenapa Legend kemudian menjadi film medioker yang gampang dilupakan. Kesalahan bahu-membahu sudah terlihat dari adegan awal. Sebelum judul muncul, adegan awal menampilkan dua bersaudara Kray dalam sebuah kendaraan beroda empat mewah, dengan dandanan klimis, cool dan necis, dan kemudian terdengar sang narator berbicara. Jadi, ternyata naratornya yaitu tokoh perempuan Frances (Emilia Browning) yang kelak menjadi kekasih Reggie Kray. Bagi saya, narator sebuah film gangster yaitu perempuan terperinci menjadi sebuah kesalahan. Oh, jadi ini film drama atau action? (Am I being sexist by asking this?) Brian Helgeland, yang menjadi penulis naskah dan sutradara, rupanya tidak punya visi yang benar-benar konsisten dan berpengaruh dalam membangun kisahnya. Itulah kenapa kemudian film ini terasa amburadul.

Tampaknya, Brian Helgeland memang ingin menampilkan secara utuh mulai dari kebangkitan Kray Brothers sebagai penguasa gang, hingga kejatuhan mereka. Tentu saja, selama kebangkitan hingga kejatuhan itu ada banyak hal yang terjadi: kudeta dengan genk sebelah, kedekatan mereka dengan politikus, kerjasama mereka dengan durjana lainnya, hingga kehidupan langsung mereka: Reggie dan sang kekasih Frances, serta kegilaan Ronnie mengaku gay ("I'm a giver, not a receiver!). Ada banyak kisah yang terjadi, namun naskah Legend menyerupai tidak bisa fokus pada satu tema berpengaruh yang mengikat. Apakah kisah ini wacana percintaan, persaudaraan, loyalitas, atau kejahatan? Tidak adanya fokus ini justru menciptakan narasi Legend terlalu meluber kemana-mana tanpa satu pesan moral yang kuat. Dan, terperinci ini sebuah kesalahan fatal bagi sebuah film drama. Selain itu, biarpun tidak ada fokus kisah yang kuat, harusnya sanksi adegannya bisa lebih maksimal. Namun sayangnya Legend tidak punya adegan yang benar-benar pecah, bahkan adegan berantemnya pun tidak terlalu seru. Mungkin akan lebih asyik bila ada sedikit nuansa rock and roll ala Guy Pearce, atau adegan thriller cuek nan mencekam. Tapi adegam berantemnya malah terasa komedik, walau adegan berantem antara Ronnie dan Reggie - which is basically play by same actor - is pretty awesome in technical aspect. 

Kesalahan berikutnya, dan ini yang menciptakan saya merasa Legend makin cheesy. The romance non-sense. Dengan narasi yang dibawakan oleh Frances, kekasih Reggie, maka porsi percintaan memegang tugas penting dalam jalinan kisah Legend, terutama dalam membentuk huruf Reggie Kray. Namun sayangnya adegan percintaan Frances dan Reggie terasa kosong. Kesalahannya, yaitu bagaimana huruf Frances menyerupai karakter sweet angel yang membosankan, dan mencoba mempengaruhi Reggie ke jalan yang lurus. Reggie is alpha male type, karismatik, dan cerdik bertarung - secara daya tarik seksual ia menciptakan perempuan manapun mengejarnya, namun ketika ia benar-benar jatuh cinta kepada Frances, I feel this movie brings a bullshit love story to gangster movie. This is sooo lame. And Frances, to be honest, is just a pretty face without any depth level, and I'm not really sure why Reggie falls for her. Karakternya tidak dikembangkan dengan baik, people said she is fragile - but Frances never shows that she is fragile as people said she is. Dan hal ini menciptakan saya secara subyektif jadi tidak menyukai Emily Browning. And oh my God, naskahnya ketika adegan percintaan ini menciptakan saya ingin melempar sandal ke layar bioskop. 

Overview:
Walaupun didukung oleh akting prima dari Tom Hardy serta desain set dan properti yang mewah, Legend tidak berhasil menjadi sebuah film gangster yang baik (dan benar). Legend gagal fokus membangun legendanya sendiri, dengan fokus kisah yang tidak jelas, narasi yang bertele-tele, serta subplot romantis yang payah. One movie to waste your time. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Legend (2015) (3/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel