Batman V Superman : Dawn Of Justice (2016)

"We know better now, don't we? Devils don't come from hell beneath us. No, they come from the sky," - Lex Luthor.

RottenTomatoes: 29% | IMDb: 7,4/10 | NikenBicaraFilm: 3,5/5

Rated:
Genre: Action, Adventure,

Directed by Zack Snyder ; Produced by Charles Roven, Deborah Snyder ; Written by Chris Terrio, David S. Goyer ; Based on Characters published by DC Comics ; Starring Ben Affleck, Henry Cavill, Amy Adams, Jesse Eisenberg, Diane Lane, Laurence Fishburne, Jeremy Irons, Holly Hunter, Gal Gadot ; Music by Hans Zimmer, Junkie XL ; Cinematography Larry Fong ; Edited by David Brenner ; Production companies DC Entertainment, RatPac Entertainment, Atlas Entertainment, Cruel and Unusual Films ; Distributed by Warner Bros. Pictures ; Release dates March 19, 2016 (Auditorio Nacional), March 25, 2016 (United States) ; Running time 151 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $250 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Pada tamat film Man of Steel (2013), diketahui Superman/Clark Kent (Henry Cavill) bertarung melawan General Zod. Perkelahian dua makhluk abnormal ini menghancurkan kota dan tidak sengaja membunuh banyak orang, menciptakan Batman/Bruce Wayne (Ben Affleck) merasa bahwa Superman yaitu insan yang berpotensi berbahaya. Ia kemudian memutuskan untuk mengalahkan Superman. Di sisi lain, milyarder Lex Luthor (Jesse Eisenberg) juga mempunyai agenda lain tersembunyi. 

Review / Resensi:
Sejak diputar tamat Maret kemudian Batman v Superman (Dawn of Justice) (selanjutnya saya singkat BvS) pribadi menerima kritikan pedas dari para kritikus. Untungnya, kebanyakan penonton awam tidak pernah mempedulikan pendapat kritikus, sehingga BvS tetap sanggup di puncak box office sampai dikala ini. Pertanyaan mendasarnya ketika saya menonton film ini kemudian adalah: "Is it THAT bad?". Hmmm.. mau nggak mau saya harus mengakui bahwa BvS memang buruk. Dengan ekspektasi tinggi dari penonton yang ingin melihat pertarungan epik antara dua jagoan Batman versus Superman, ditambah standar tinggi dari pesaingnya Marvel yang membangun cinematic universe-nya dengan solid - tentu saja BvS ini membawa beban berat. Dan sayangnya sanksi yang dilakukan Zack Snyder gagal (wrong move, DC. Wrong move). Sebagai sebuah film, BvS ini memang kacau, namun DC dengan dunianya sendiri memperlihatkan kompleksitas dan warna lain yang sesungguhnya menarik juga. Sehingga BvS tetap saya layak menguras duitmu untuk ditonton. Sejujurnya, waktu keluar bioskop saya kecewa dan menemukan a bunch of crap untuk dinyinyirin, tapi waktu membaca fakta-fakta di balik DC universe ini, saya kok jadi tertarik buat ngikutin..... memang kok Hollywood ahlinya nguras duit penonton.  

Oke, mari kita bagi review ini menjadi dua bagian. The good and The bad. 

THE GOOD

Ini film Zack Snyder. Saya benci-benci cinta sama sutradara satu ini. Dulu waktu jamannya doi nggarap 300 saya ngefans, tapi sesudah ditonton ulang saya sadar 300 ini over-dramatic dan nggak jadi ngefans lagi. Tapi harus diakui Zack Snyder ini punya pesona sendiri dalam membangun film-film yang diangkat dari komik. Ada kesan kelam, realistis dan sedikit filosofis jikalau dibandingkan dengan film-film superhero lainnya, ibarat film-film Marvel misalnya. Nah itulah yang doi lakukan lewat BvS ini. 

Terlihat terang sekali signature-style Zack Snyder yang menciptakan BvS ini sangat kelam. Bagi yang familiar dengan film-film doi (fans Watchmen?) niscaya sadar betul bagaimana at least sebagai sutradara Zack Snyder punya signature-style. Signature style ini harga mati yang harus dimiliki seorang sutradara berdasarkan saya. Namun, buat sebagian penonton sanggup jadi BvS mungkin rasanya terlalu muram, apalagi buat penonton anak-anak. Tapi memang BvS bukan dibentuk untuk menjadi film superhero yang "ringan dan menyenangkan", sebagaimana The Dark Knight trilogy milik Nolan yang memang serius itu - dan saya sih cukup suka film-film suram model begini (kalo ga salah bukannya DC memang lebih populer dengan aura dark-nya jikalau dibandingkan Marvel? Saya bukan fans komik btw). Ada banyak dampak visual dan momen-momen dramatis khas Snyder yang tetap saja stylish dan keren (contoh adegan waktu Superman nyelametin wanita dan dikerubungi orang-orang berkostum). Fans DC saya rasa cukup terpuaskan lah. 

BvS ini juga sepertinya mencoba menjadi film superhero yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Bukan alasannya yaitu konten remaja sebagaimana Deadpool (2016), namun dari segi ceritanya. Apa yang BvS coba sampaikan yaitu bahwa seorang superhero sanggup jadi mempunyai sisi jelek yang tidak sanggup dipisahkah. Dalam hal ini, maksudnya yaitu Superman. Betapa baik dan naifnya Superman, namun setiap kali laga Superman sanggup jadi tidak sengaja membunuh orang tidak berdosa. Ini sangat realistis. Naskah BvS yang digarap Chris Terrio dan Davis S. Goyer juga memuat simbol-simbol filosofis yang menarik untuk dibahas off-screen. Saya cukup excited waktu denger Lex Luthor ngomongin "God" yang tidak sanggup Maha-Baik dan Maha-Kuasa sekaligus, sebagaimana ada pada paradoks yang dikemukakan filsuf Epicurus (oh ya saya akhir-akhir cukup tertarik dengan dunia filsafat). Selain itu, alasannya yaitu BvS ini memang ditujukan sebagai opening gong buat DC Universe yang akan mempertemukan jagoan-jagoan lewat Justice League, tentu banyak klip-klip yang menjadi sneak peek dan bocoran film-film berikutnya. Dan bocoran-bocoran itu disampaikan dengan cukup misterius (dan agak-agak absurd) yang tentu saja bakal bikin penonton ingin tau sekaligus bingung. 

Another good part is the cast. Sempat diprotes banyak orang sesudah penunjukan Ben Affleck sebagai sosok Batman menggantikan Christian Bale, tapi alhamdulillah rupanya Ben Affleck nggak mengecewakan. Walaupun dibilang apakah beliau sosok Batman yang lebih baiklah daripada Bale saya harus jawab enggak (Bale is the best!). Demikian juga Henry Cavill yang kayaknya tepat menjadi the new masa of Superman. Yang tentu juga mencuri perhatian yaitu kehadiran Gal Gadot sebagai Ms. Prince (alias Wonder Woman). Kemunculannya pertama kali sebagai Wonder Woman memang menjadi scene-stealer buat penonton laki-laki, apalagi diiringi backsound music Is She With You dari Hans Zimmer dan Junkie XL (clearly musiknya ada aura rock-electronic Junkie XL - terdengar sangat "Mad Max: Fury Road". It's epic!). Ga biasanya saya suka jagoan cewek, tapi Gal Gadot ini badass banget sebagai Wonder Woman. Dalam kostum Wonder Womannya pun doi sanggup so sexy tanpa kelihatan sexist. And then, biarpun banyak juga yang mengkritik Jesse Eisenberg sebagai Lex Luthor, I think he nailed it! Tentu beliau tipikal Lex Luthor modern yang jenius, psychotic, annoying tapi tipikal villain begini yaitu villain idaman hati saya. (Moviemaker, please stop make villain so hot!). 

Oke, lanjut kini ke cuilan nggak enaknya. The bad part. 

 THE BAD

Saya rasa semua sepakat bahwa masalah terburuk dari BvS yaitu dari segi ceritanya. Kacau! Memang, sebagai pembuka dari seri-seri selanjutnya Zack Snyder dan timnya harus berupaya memadatkan ceritanya. Okelah ceritanya padat, tapi tidak berisi. Durasi dua jam lebih kerasa melompong. Belum lagi bagaimana banyak adegan yang terasa melompat-lompat dan menciptakan penonton sanggup jadi merasa "kok ujug-ujug begini". Buat yang nggak ngikutin komiknya, dijamin niscaya bingung-bingung sendiri. Entah dari mana tiba-tiba sanggup muncul tokoh-tokoh macam Bruce Wayne (versi gres pula dari film The Dark Knight sebelumnya), Lex Luthor dan Wonder Woman di jagat kehidupan Superman. Pemilihan dialognya yang berupaya terlalu "high-intellectual" alasannya yaitu pilihan kata-katanya yang sok puitis dan penuh metafora, menciptakan kita juga jadi putus asa alasannya yaitu kurang lugasnya film ini bertutur. Belum lagi adegan-adegan mimpi Bruce Wayne yang abstrak - makin bikin bingung. Walaupun menarik sesudah dibahas off-screen (iya lho saya ga bohong kalau saya jadi nungguin Justice League. Apalagi tahu castnya ada Ezra Miller).

BvS ini dibangun oleh dua konflik utama. Satu, bagaimana Batman berusaha menjatuhkan Superman alasannya yaitu menganggap Superman berbahaya. Kedua, agenda tersembunyi Lex Luthor. Sayangnya, kedua konflik ini dibangun dengan sangat lemah dan penuh plot-hole! Saya tidak merasa teryakinkan dengan alasan-alasan Batman bermusuhan dengan Superman. Batman uda keburu suudzon sih. Belum lagi bagaimana penyelesaian konflik Batman dan Superman ini yang terkesan begitu lempeng dan praktis hingga menciptakan saya pengen ngelempar sepatu ke layar bioskop. Yang fatal juga yaitu bahwa sebagai villain Lex Luthor juga tidak diberikan citra yang memuaskan mengenai kenapa beliau berbuat jahat. Saya bahkan nggak paham banget sesungguhnya agenda si Lex ini apa sih. Kacaunya membangun dan menuntaskan konflik ini yaitu kesalahan terbesar bagi sebuah film yang berupaya membangun kompleksitas yang besar lengan berkuasa dan serius. 

Buruknya lagi yaitu alasannya yaitu entah mungkin kebanyakan tokoh, BvS ini kebingungan dalam menampilkan karakter-karakternya. Kita tidak diberikan klarifikasi yang detail mengenai masing-masing karakter, sehingga karakter-karakter yang hadir terasa kosong. Termasuk Batman dan Superman, juga si Lex Luthor (kalau Wonder Woman kayaknya cuma sebagai gimmick awal aja dimana DC ingin show-off kalau mereka lagi mau bikin DC universe, alasannya yaitu tahun depan film Wonder Woman gres dirilis sehingga secara utuh dongeng Wonder Woman gres akan dibuka di film tersebut). Selain itu, walaupun visualnya cukup stunning, tapi action scene-nya kurang, dan tidak ada yang benar-benar mantap, padahal kan harusnya pertarungan Batman dan Superman menjadi pertarungan legendaris yang epik. And oh yeah, saya sedikit terganggu dengan kostum Batman yang too bulky. Superman dan Batman rasanya badannya terlalu kekar untuk saya idamkan..... 

Overview:
Sebagai sebuah film yang berniat menjadi film superhero yang kompleks, realistis dan serius - Batman v Superman : Dawn of Justice termasuk gagal. Konflik utamanya yang sesungguhnya punya potensi menarik kenyataannya dihukum dengan sangat jelek dan penuh plot-hole. Action scene-nya minimal, karakternya kurang besar lengan berkuasa - mungkin DC kelewat ambisius untuk mengakibatkan BvS sebagai film pembuka bagi dunia DC. Namun, saya tidak memungkiri bahwa saya masih merasa BvS ini tidak seburuk itu. Castnya oke, soundtracknya mantap, juga harus diakui visual style ala Zack Snyder masih tetap keren. Saya masih setia nungguin kok film-film selanjutnya dari DC (padahal saya bukan fans berat film superhero lho!). 


......
Anyway, kalo ditanya siapa yang saya pilih: Batman atau Superman?
Saya jawab: Lex Luthor! Jelas Lex Luthor biarpun gag punya kekuatan apa-apa tapi punya otak jahat yang brilian dan jenius. Jauh lebih jenius daripada Batman dan Superman yang berantem-berantem sendiri nggak jelas. Man with brain is more powerful!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Batman V Superman : Dawn Of Justice (2016)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel