Assassin's Creed (2016) (2,5/5)


"We work in the dark to serve the light. We are assassins."

RottenTomatoes: 17% | Metacritic: 34/100 | NikenBicaraFilm: 2,5/5

Rated: PG-13
Genre: Action & Adventure, Drama

Directed by Justin Kurzel ; Produced by Jean-Julien Baronnet, Gérard Guillemot, Frank Marshall, Patrick Crowley, Michael Fassbender, Conor McCaughan, Arnon Milchan ; Screenplay by Michael Lesslie, Adam Cooper, Bill Collage ; Based on Assassin's Creed by Ubisoft ; Starring Michael Fassbender, Marion Cotillard, Jeremy Irons, Brendan Gleeson, Charlotte Rampling, Michael K. Williams ; Music by Jed Kurzel ; Cinematography Adam Arkapaw ; Edited by Christopher Tellefsen ; Production companies Regency Enterprises, Ubisoft Entertainment, New Regency Pictures, Ubisoft Motion Pictures, DMC Film, The Kennedy/Marshall Company ; Distributed by 20th Century Fox ; Release dates December 21, 2016 (United States) ; Running time 116 minutes ; Country United States, France ; Language English, Spanish ; Budget $125 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Callum Lynch (Michael Fassbender) dipaksa menjelajahi memori masa kemudian leluhurnya sebagai Aguilar, yang tergabung dalam organisasi rahasia Assassin Society dan terjebak pada perseteruan berabad-abad antara Templar vs Assassins. 

Review / Resensi :
Selama ini ada semacam kutukan bahwa film yang dibentuk menurut game nggak ada yang pernah benar-benar bagus. Mulai dari Mortal Kombat hingga yang tahun ini main, Warcraft. Sebagai salah satu game paling populer, Assassin's Creed dibutuhkan dapat mendobrak kutukan itu. Bertemakan kolosal (setting waktunya pas Inkuisisi Spanyol simpulan tahun 1400-an), produser memboyong tim yang ngegarap Macbeth (2015) yang cukup sukses itu: Justin Kurzel sebagai sutradara, duo Michael Fassbender - Marion Cotillard sebagai kedua pemeran utama, Jed Kurzel yang garap scoring music-nya, Adam Arkapaw sebagai sinematografer, serta nama Michael Leslie sebagai salah satu penulis naskahnya. Ibaratnya winning team dari Macbeth diboyong untuk ngegarap Assassin's Creed. Jadi ini semacam membawa impian segar bahwa balasannya akan ada film based on game yang sukses. Sayangnya, lagi-lagi kutukan itu tidak berhasil ditaklukkan.

Anyway, saya bukan gamer dan nggak pernah main game Assassin's Creed ini, jadi resensi di sini gag dapat dibandingkan ama game-nya. Alasan aku pun nungguin ini dari awal tahun cuma fakta Michael Fassbender akan menjadi bintang film utamanya (biarpun filmnya sampah, tapi kalo Fassy yang main aku bakal tetep ngebelain nonton - kalau tayang di bioskop pun aku rela buang duit buat nonton di layar gedhe!). Udah ditunggu-tungguin sepanjang tahun dan ekspektasi tinggi alasannya yaitu tim yang menggarap Assassin's Creed tampak menjanjikan. aku agak down waktu tau skor awal di RT cuma 16% (sempat naik 25% sih kemarin, kini drop lagi jadi 17%. Wajooor!). Tapi gpp-lah demi cinta aku tetep ngebelain nonton di premiere-nya (niat pol kok). 

Sebuah clue dari awal sudah dituliskan di depan: mengenai perseteruan antara Templar dan Assassins berabad-abad. Hal ini menjadi petunjuk terperinci yang membantu non-gamer untuk memahami garis besar filmnya. Assassin's Creed bercerita perihal Callum Lynch (Michael Fassbender), seorang narapidana yang divonis eksekusi mati. Namun ia rupanya diselamatkan (atau dihidupkan kembali? Idk) oleh Abstergo Industries. Dr. Sophia Rikkin (Marion Cotillard) menjelaskan bahwa Callum sesungguhnya yaitu keturunan Aguilar, seorang Assassin pada masa Inkuisisi Spanyol, Ia kemudian dibawa ke mesin Animus - melalui mekanisme memori genetika yang "ngarang" - ia disuruh menjelajahi memori masa lalunya sebagai Aguilar untuk menemukan "Apple of Eden".

Pada awal menonton, aku merasa cukup menyukai Assassin's Creed, hingga aku agak dibikin resah apanya sih dari film ini yang bikin kritikus hingga bilang film ini buruk? Lalu ketika itulah semuanya mulai berjalan konyol dan amburadul... Tapi mari bicara kebaikannya dulu: secara visual aku merasa Assassin's Creed cukup keren. Ada perbedaan visual yang cukup siginifikan antara masa kemudian dan masa kini. Masa kemudian ditampilkan dengan visual yang terasa gritty, dalam tone kecoklat-coklatan yang khas kolosal dan berdebu, sementara masa kini ditampilkan dengan gaya clean dan rapi. Adegan actionnya oke, cukup keren untuk main lompat-lompatan dan panjat-panjatan ala parkour (kakak ipar aku mendeksripsikan game ini sebagai game yang tokohnya manjat-manjat kayak monyet). Spanish dialogue (sementara di gamenya pake bahasa Inggris) juga cukup mengatakan kesan otentik yang meyakinkan. Scoring music dari Jed Kurzel juga baiklah - opening dan credit song dari The Black Angels dan Three D mengatakan kesan modern yang super cool. 

Lalu apa yang bikin film ini buruk? Pertama, adegan actionnya mungkin memang cukup oke. Saya nggak pernah nonton film based on game lain sih, tapi kata banyak orang action Assassin's Creed ini tidak mengecewakan dibanding yang lain. Namun bersama-sama action scene Assassin's Creed ini sangat medioker - tidak ada adegan intense yang super menegangkan. Adegan kejar-kejarannya sendiri nggak hingga bikin aku harap-harap cemas mereka akan mati atau gimana. Pun dengan adegan terjun bebas yang harusnya mengatakan kesan acrophobia, terasa tidak hingga bikin merinding (seperti film The Walk, misal, yang bikin ibu aku nggak mau nonton hingga akhir). No memorable action scene. 

Kedua, aku merasa pace film berjalan terlalu cepat. Terutama proses bagaimana seorang Callum yang dari resah ia ada dimana kemudian tiba-tiba bersedia masuk ke mesin Animus. Saya menyalahkan scriptwriters dalam hal ini. Motivasi Callum dan Rikkins terasa absurd, ditambah lagi obrolan yang agak nonsense dan overdramatic, bikin agenda Assassins dan Templar sama sekali nggak jelas. Harusnya obrolan ini punya nilai filosofis yang potensial sih, tapi sayang ngomongnya muluk-muluk. Ritme film yang terasa terburu-buru itu juga bikin huruf semua tokoh terasa bland dan bikin aku nggak peduli sama sekali dengan perseteruan mereka. Saya tidak tahu harusnya aku berpihak kepada siapa. Bahkan akting dari jajaran cast yang luar biasa menyerupai Michael Fassbender, Marion Cotillard, Jeremy Irons dan Charlotte Rampling juga nggak nolong. Dan konsep "Apple of Eden" itu sendiri terasa sangat konyol.... memuat instruksi genetika? eh dan di endingnya bersinar kehijauan menyerupai sebuah benda futuristik? hah? what the fuck is that?

Lalu yang bikin film ini makin failed adalah endingnya yang terasa digarap asal-asalan dan full of plot hole (*spoiler*: itu gimana ceritanya para Assassins dari Madrid tiba-tiba uda hingga London? trus kenapa security Abstergo gag dilengkapin senjata api? trus emangnya si Rikkins ga sadar apa kalo para Assassins berhasil kabur dari lab mereka? *spoiler ends*). Lalu dengan ending ngegantung menyerupai itu, terperinci banget kalau Assassin's Creed menjanjikan sebuah sekuel. But this movie sucks! Jadi tinggal nunggu prestasi Assassin's Creed di box office. Saya dibikin kaget ketika film berakhir - bukan alasannya yaitu Assassin's Creed menawarkan keseruan yang bikin lupa waktu, tapi alasannya yaitu film ini terasa "kosong" hingga aku merasa kesel kok tiba-tiba kelar. Oh Fassy, X-Men: Apocalypse, The Lights Between Oceans, and then Assassin's Creed? Tahun 2016 kayaknya bukan tahunmu!


Overview:
Assassin's Creed menyerupai punya the dream team di belakang layar, mulai dari sutradara hingga jajaran cast yang super keren - tapi tetap saja hal itu tidak berhasil. Sekali lagi, film menurut game yang gagal lagik. Action scenenya nggak jelek-jelek banget, tapi sangat medioker, kurang seru dan no intensity. Saya mendapat kesan film ini terasa "kosong", mungkin akhir ritme yang amburadul, motivasi yang nggak meyakinkan, tidak ada pendalaman karakter, dan obrolan dan plot yang terasa lebay dan kadang konyol. Dan endingnya aslik digarap asal-asalan! Satu-satunya kebahagiaan aku nonton ini cuma dapat ngeliat Fassbender berantem nggak pakai baju. Harusnya lebih banyak adegan ini.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Assassin's Creed (2016) (2,5/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel