Arrival (2016) (5/5)


"Remember what happened to the aborigines. A more advanced race nearly wiped them out," 

RottenTomatoes: 94% | Metacritic: 81/100 | NikenBicaraFilm: 5/5

Genre: Drama, Science-Fiction
Rated: PG-13

Directed by Denis Villeneuve ; Produced by Shawn Levy, Dan Levine, Aaron Ryder, David Linde ; Screenplay by Eric Heisserer ; Based on "Story of Your Life" by Ted Chiang ; Starring Amy Adams, Jeremy Renner, Forest Whitaker, Michael Stuhlbarg, Tzi Ma ; Music by Jóhann Jóhannsson ; Cinematography Bradford Young ; Edited by Joe Walker ; Production companies Lava Bear Films, 21 Laps Entertainment, FilmNation Entertainment ; Distributed by Paramount Pictures ; Release dates September 1, 2016 (Venice Film Festival), November 11, 2016 (United States) ; Running time 116 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $47 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Sebanyak 12 pesawat luar angkasa misterius tiba di bumi. Louise Banks (Amy Adams) diminta untuk mengetahui apa maksud dan tujuan kedatangan alien itu. 

Review / Resensi :
Jika menonton film diibaratkan sebagai sexual pleasure, maka fetish saya merupakan film bertemakan alien dan luar angkasa (but no, not that kind of Star Wars!). Setelah Gravity (2013), Interstellar (2014), dan The Martian (2015), maka tahun 2016 ini ada film Arrival, disutradarai oleh Dennis Villeneuve yang saya nantikan dengan sangat. Ketika dirilis bulan November 2016, saya sudah sempat hopeless apakah bioskop di Indonesia mau menayangkan Arrival, berhubung ceritanya nggak terlalu mainstream. Tapi biasanya film-film model alien gini cukup laku di pasar Indonesia dan Sicario (2015) yang disutradarai juga oleh Dennis Villeneuve sebelumnya juga berhasil tayang di sini - jadi harusnya ada kemungkinan jaringan 21 mau menayangkan Arrival. Maka saat seorang sobat mengabarkan bahwa Arrival akan tayang tanggal 6 Januari, ga pakai pikir panjang saya pribadi nonton di premiere-nya. Dan penantian saya selama terbayarkan sudah. Arrival is masterpiece!

Film-film bertemakan alien selama ini menampilkan alien yang baik hati (E.T., Avatar) atau jahat (Alien's franchise). Arrival mengambil pendekatan yang berbeda, mungkin yang agak mirip yaitu film Contact (1997) yang diambil dari buku berjudul sama karangan astronom Carl Sagan. Bagi yang membayangkan akan menonton versi berkualitas dari Independence Day, maka Arrival sangat jauh dari itu. Please, this movie has no action scene at ALL! Kalau sudah terbiasa sama gaya penyutradaraan Dennis Villeneuve niscaya tidak akan mengalami dilema (sejauh ini saya selalu suka semua filmnya).

Arrival dimulai dengan Louise (Amy Adams) yang menceritakan hidupnya bersama anak perempuannya dalam alunan syahdu musik dari Max Richter - On The Nature of Daylight, yang sukses menciptakan mata saya berkaca-kaca bahkan semenjak 5 menit film dimulai. Lalu film berlanjut saat diceritakan 12 kapal luar angkasa misterius tiba di 12 titik yang berbeda di bumi. Louise yang seorang professor bahasa kemudian diminta oleh Kolonel Weber (Forest Whitaker) bergabung bersama tim yang dipimpin oleh fisikawan teoritis Ian Donelly (Jeremy Renner) untuk mengetahui maksud kedatangan para alien itu ke bumi. Are they come in peace? Or want to start a war? Are they scientist or more like tourist?

Tidak ada yang masuk kebijaksanaan dari alien yang tiba ke bumi dan bisa bahasa Inggris, maka Arrival lebih fokus bercerita bagaimana kita berkomunikasi dengan alien yang sangat jauh berbeda penalarannya dari kita. Atmosfer khas Dennis Villeneuve begitu terasa: suram, dingin, kelam dan menegangkan (tipikal film yang saya banget deh). Momen saat Louise pertama kali tiba di pesawat luar angkasa itu begitu mendebarkan. Dennis Villeneuve dengan sumbangan sinematografi dari Bradford Young dan visual effect-nya juga berhasil menghadirkan penampakan alien dan pesawat luar angkasa dengan sangat manis sekaligus menakutkan. Saya juga harus mengakui bahwa dukungan sound effect dan scoring music dari Johann Johansson sangat mendukung keseluruhan Arrival menjadi sebuah film yang impresif dan mengesankan.

Arrival yang merupakan penyesuaian dari dongeng pendek berjudul Story of Your Life-nya Ted Chiang juga yaitu sebuah film yang sangat filosofis. It's really challenge our mind. Arrival mengajak kita berpikir ihwal humanity, ihwal evolusi perang dan peradaban, persepsi kita akan waktu, dan kemudian bagaimana kita menjalani takdir. Terdengar rumit? Santai, naskah yang dikerjakan oleh Eric Heisserer ini bekerjsama nggak rumit banget kok. Saya yang nggak seberapa arif ini cukup bisa pribadi menangkap maksudnya, Arrival sendiri bukan film yang ambigu dan multi-intrepretasi. Tapi terperinci bahwa bagi sebagian orang Arrival cukup bikin mikir dan agak segmented (but this is totally worth it!).

*Spoiler alert* *kalo belum nonton ga usah baca*
Menyaksikan Arrival sedikit-banyak mengingatkan saya dengan film Dennis Villeneuve sebelumnya, Enemy (2013). Enemy berisi fragmen-fragmen dongeng yang tampak acak-adut sehingga cukup membingungkan. Arrival sedikit mirip itu - saat dongeng bagaimana perjuangan Louise meneliti bahasa para alien disusupi oleh adegan "kilas-balik" Louise dan anak perempuannya, yang tampak mirip imbas halusinasi. Film-film Dennis Villeneuve hampir selalu mempunyai twist, dan cara ia mengolah twist-nya cukup unik. Biasanya twist mirip film The Prestige, Oldboy atau Memento dihadirkan dalam sebuah adegan yang pribadi bikin shock penonton. Sementara Villeneuve selalu mempunyai pendekatan halus dalam menghadirkan twist-nya. Dan inilah yang ia lakukan lagi dalam Arrival, saat kemudian penonton lambat laun dibentuk menyadari bahwa adegan Louise dan anak perempuannya bukanlah sebuah kenangan.

Saya juga menemukan bahwa dialog-dialognya cerdas. Penempatannya juga bisa dengan baik membentuk susunan clue demi clue bagi keseluruhan kejutan untuk kita pada karenanya bisa memahami ceritanya. Percakapan dongeng bohong ihwal arti "kangaroo", obrolan mengenai bahwa bahasa mensugesti kemampuan berpikir insan (dan menjadi clue bahwa untuk bisa "mengendalikan" waktu kita harus berguru bahasa para alien heptapod ini), paliandrom nama Hannah, dan sedikit singgungan bahwa ayah anak wanita Louise yaitu seorang scientist. 

Satu hal yang menarik yaitu saya tidak menerka bahwa Arrival yaitu sebuah drama (trailernya cukup mengecoh lho, saya tidak menyangka bahwa unsur dramanya akan cukup dominan). 24 jam semenjak nonton film ini dan saya belum bisa move-on. Biasanya film yang mirip itu yaitu film yang bisa menyentuh saya secara emosional. I'm a melancholic person, dan salah satu tema film yang bikin saya suka "menghayati" yaitu film ihwal loss and grieving. This sci-fi movie has a point. Akhirnya kita mengetahui bahwa semua adegan yang menunjukkan Louise dan anak perempuannya yaitu sebuah kisah di masa depan dan bagaimana Louise telah mengetahui keseluruhan hidup anak perempuannya bahkan sebelum anaknya ada. Arrival seperti mengajak kita untuk mencoba mendapatkan takdir. Louise Banks ini menyerupai dongeng Mama Lauren yang kabarnya sudah meramal kematian anaknya saat anaknya lahir. Sounds depressing? Ian Donelly (Jeremy Renner) mengungkapkannya dalam satu momen : semua orang toh bakalan mati juga.
Dr. Louise Banks: If you could see your life from start to finish, would you change things? 
Ian Donnelly: Maybe I would say what I felt more often. I don't know.
(For me this dialogue is so deeply sweet. Kinda remind me of American Beauty (1999). Well, hidup itu serangkaian tragedi, tapi mari kita rangkul kebahagiaan dan menemukan keindahan pada hal-hal yang remeh). 

Amy Adams bermain luar biasa sebagai Louise Banks. Ga biasanya saya demen huruf wanita jagoan, tapi Amy Adams menciptakan saya jatuh cinta dan tenggang rasa pada huruf dan hidupnya. Dengan twist yang demikian, Amy Adams bisa menciptakan kita merasa rancu pada beberapa emosi dan ekspresinya. Saya juga menyukai chemistry yang terjalin antara dirinya dan anak perempuannya, Hannah. Oh my God, film gres 5 menit mulai tapi mata saya udah pribadi berkaca-kaca di bab awal. Lantas chemistry-nya dengan Jeremy Renner juga hadir dalam keintiman yang subtil namun masih terperinci terbaca. It was sweet and romantic.. Duh, saya pribadi jatuh cinta sama Ian Donelly-nya Jeremy Renner.
"You know I've had my head tilted up to the stars for as long as I can remember. You know what surprised me the most, it wasn't meeting them. It was meeting you," - Ian Donelly.
Ini rayuan gombal kurun ini but OH MY GOD PLEASE MARRY ME AND LET'S MAKE A BABY, IAN! (Ian Donelly ya, bukan Ian Kasela).

*Spoiler ends*

Overview:
Saya lemah pada film bertemakan alien & luar angkasa, film thriller-suspense yang cenderung kelam, serta film melankolis yang bisa menyentuh secara emosional. Arrival has it all. Dennis Villeneuve - dengan sumbangan maksimal dari jajaran produksi (efek visual dan audio, production designer, sinematografi, scoring music) bisa menghadirkan Arrival menjadi sebuah film yang menegangkan dan mengesankan. Ceritanya sendiri cukup masuk kebijaksanaan (more science than fiction) dengan naskah yang cerdas. Kejutan yang menyenangkan dari dramanya juga sangat menyentuh perasaan. Amy Adams bermain luar biasa. This is one the best in 2016 for sure! 

...
O ya, berhubung banyak yang sepertinya masih belum memahami dongeng Arrival. Berikut saya buatkan klarifikasi ending Arrival. Bisa dibaca disini. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Arrival (2016) (5/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel