King Arthur : Legend Of The Sword (2017) (4/5)



RottenTomatoes: 23% | IMDb: 7,2/10 | NikenBicaraFilm: 4/5


Rated:
Genre: Drama, Action, Adventure


Directed by Guy Ritchie ; Produced by Guy Ritchie, Akiva Goldsman, Joby Harold, Tory Tunnell, Steve Clark-Hall, Lionel Wigram ; Screenplay by Guy Ritchie, Lionel Wigram, Joby Harold ; Story by David Dobkin, Joby Harold ; Starring Charlie Hunnam, Àstrid Bergès-Frisbey, Djimon Hounsou, Aidan Gillen, Jude Law, Eric Bana ; Music by Daniel Pemberton ; Cinematography John Mathieson ; Edited by James Herbert ; Production companies Warner Bros. Pictures, Weed Road Pictures, Safehouse Pictures, Ritchie/Wigram Productions, Village Roadshow Pictures ; Distributed by Warner Bros. Pictures ; Release date May 12, 2017 (United States) ; Running time 126 minutes ; Country United States, Australia ; Language English ; Budget $175 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Arthur kecil terpaksa dilarikan oleh sang ayah, Raja Inggris Uther Pendragon (Eric Bana) sesudah sang adik Vortigern (Jude Law) membunuh untuk merebut kekuasaannya. Tumbuh menjadi anak nakal di rumah bordil, Arthur (Charlie Hunnam) kemudian berhasil menarik pedang legendaris Excalibur yang tertancap dalam kerikil dan konon hanya sanggup ditarik oleh keturunan pribadi Uther. Arthur pun harus memenuhi takdirnya dan mengalahkan pamannya yang kejam. 

Review / Resensi :
King Arthur : Legend of the Sword terasa menyerupai one of the biggest flop this year. Tidak hanya alasannya yaitu publikasi yang kurang, review jelek dari kritikus, tapi juga alasannya yaitu tayang bebarengan dengan film-film menyerupai Guardians of The Galaxy vol. 2 dan Alien : Covenant. Skor yang didapatkan di situs Rotten Tomatoes pun cukup sadis: cuma 23 % (sampai artikel ini aku tulis). Saya bekerjsama cukup murung alasannya yaitu hingga ketika ini belom nonton Guardians of the Galaxy vol. 2 dan Alien : Covenant, dan malah nonton King Arthur ini (karena ada yang nraktir! haha). Eh.... tapi di luar dugaan, alasannya yaitu aku masuk bioskop sekedar nonton tanpa ekspektasi apa-apa, aku justru menikmati setiap momen di film ini. Ga biasanya aku beda pendapat ama skor di RT, but as a summer popcorn movie, this movie is good enough for me.

Salah satu kritikan tajam dari King Arthur : Legend of Sword yaitu modernitas pada film yang diubahsuaikan lepas dari kisah epik kolosal legenda raja Arthur. Guy Ritchie memang membawa visinya mengakibatkan King Arthur sebagai film yang khas doi banget (ala Snatch (2000) banget lah). King Arthur : Legend of Sword yang rencananya akan menjadi installment pertama dari enam seri ini terasa sangat santai, sedikit humoris, dan penuh fantasi dengan pengaruh CGI. Berasa nonton Lord of The Rings versi Guy Ritchie. Dengan setting masa awal Masehi, obrolan dalam film ini dipenuhi aksen cockney-england (dan percakapan khas jaman kini alasannya yaitu mana ada Raja yang bilang "Fck"?) dan juga fashion style yang sedikit modern-hipster. Absurd banget kan. Well, for some people this is a major complain because it's too weird... but I don't really care because for me this movie still brings a lot of fun!

Emang sih kesan modern dan "trying-so-hard-to-look-cool" mengakibatkan King Arthur : The Legend of Sword terasa tidak masuk nalar dan agak "maksa", apalagi dongeng film ini diambil dari kisah legenda King Arthur. Namun entahlah, mungkin alasannya yaitu aku terpesona dengan cowok-cowok seksi beraksen Inggris, aku sama sekali nggak mengakibatkan itu masalah. Dan seenggaknya kesan "modern"-nya itu masih sanggup disajikan Guy Ritchie dengan style-nya yang sangat berkelas. Production design-nya menawan, desain kostumnya oke, pengaruh CGI-nya creepy-creepy asyik (biarpun agak lebay bagi sebagian orang), fighting scene-nya keren, dan ada beberapa momen intens yang juga sanggup dihadirkan dengan cukup menegangkan. Plotnya memang nggak nggak terlalu spesial, namun bagi aku masih tetap solid. Penyutradaraan khas Guy Ritchie juga sangat terasa: beberapa adegan agak melompat ke depan ke belakang, pergerakan kamera yang dinamis, dan juga sentuhan humornya. Saya juga sangat menyukai scoring music-nya yang keren banget dari Daniel Pamberton. Seperti adonan modern elektronik dan folk yang terasa sangat mewakili visi film ini sendiri. 

Salah satu kekurangan King Arthur : Legend of Sword mungkin ada pada pendalaman abjad yang kurang emosional. Arthur, yang harusnya menjadi tokoh sentral yang menggerakkan hati kita, nyatanya hadir sekedar sebagai laki-laki pahlawan yang nakal nan rebel (tapi seksi, jadi... sanggup dimaklumi). Selain itu ada banyak abjad yang juga kurang dikembangkan dengan baik dan kita menyerupai dituntut untut peduli dengan karakter-karakter dan hubungan mereka. Guy Ritchie juga menunjukkan multiras dengan hadirnya Dnjimon Hounsou dan Tommy Wu, which is.... ga masuk nalar juga (mungkin supaya ga dikritik white-washing). Terkadang ada beberapa subplot yang juga terasa agak melompat-lompat dan berbelit-belit dengan ending climatix-scene yang terasa agak "hah-gitu-doank?". Tapi endingnya juga cukup pandai dalam menarik hati penonton untuk menunggu sekuel selanjutnya. 

Overview:
It's definitely not a common colossal epic classic movie. Guy Ritchie memberikan sentuhan modern dan kekinian dalam mengadaptasi lepas dongeng awal Raja Arthur, dimana bagi sebagian orang itu menjadi kritikan utamanya. Namun aku sendiri loose dan enjoy banget nontonnya dari awal hingga akhir. Terlepas dari abjad dan faktor emosionalnya yang kurang dapet, King Arthur : Legend of the Sword tampil sangat menghibur. Khas summer popcorn movie. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "King Arthur : Legend Of The Sword (2017) (4/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel