It Comes At Night (2017) (4,5/5). Review & Penjelasan.


You can't trust anyone but family. 
RottenTomatoes: 88% | IMDb: 6,6/10 | Metascore: 78/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: R | Genre: Horror, Mystery


Directed by Trey Edward Shults ; Produced by David Kaplan, Andrea Roa ; Written by Trey Edward Shults ; Starring Joel Edgerton, Christopher Abbott, Carmen Ejogo, Kelvin Harrison Jr., Riley Keough ; Music by Brian McOmber ; Cinematography Drew Daniels ; Edited by Trey Edward Shults, Matthew Hannam ; Production company Animal Kingdom ; Distributed by A24 ; Release date April 29, 2017 (Timberline Lodge), June 9, 2017 (United States) ; Running time 91 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $2.4–$5 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari sang ayah Paul (Joel Edgerton), ibu Sarah (Carmen Ejogo) dan sang anak cukup umur Travis (Kelvin Harrison Jr.) mengisolasi diri di sebuah kabin sehabis sebuah tragedi misterius terjadi.

Review / Resensi 
Nama Trey Edward Shults menjadi perbincangan sehabis menggarap film Krisha, sebuah film psychodrama eksperimental ihwal seorang perempuan mantan pecandu yang berusaha untuk sanggup diterima kembali oleh keluarga besarnya. Cerita di diam-diam Krisha juga begitu hebat: film itu dibentuk dengan budget cuma 14 ribu dollar, digarap di rumah keluarga sang sutradara, dan hampir seluruh cast-nya, termasuk pemain film utamanya, bukan professional actor. Kesan yang saya dapatkan sehabis nonton Krisha yaitu film yang sejatinya film drama itu terasa menyerupai film horror. Maka, saya membayangkan kalau sang sutradara menciptakan film horror beneran, niscaya akan jadi film horror yang keren! It Comes at Night menjawab khayalan saya. Ini yaitu salah satu film horror terbaik tahun ini!

It Comes at Night dibuka dengan seorang wajah laki-laki bau tanah yang sepertinya sedang sekarat tanggapan sebuah penyakit misterius. Sang anak, Sarah (Carmen Ejogo), mengenakan masker di wajahnya, mengucapkan salam perpisahan sambil berlinangan air mata sebelum sang suami, Paul (Joel Edgerton), membawa laki-laki bau tanah tersebut ke tengah hutan untuk.... ditembak mati. Setelahnya kita kemudian mengetahui bahwa sepertinya ada sebuah tragedi simpulan zaman misterius yang menciptakan insan menderita penyakit absurd (luka borok pada badan dengan pupil mata menghitam dan membesar), dan keluarga kecil Paul mengisolasi diri mereka di sebuah pondok kayu di dalam hutan untuk bertahan hidup. 

It Comes at Night adalah sebuah post-apocalyptic movie yang punya pendekatan berbeda. Sebuah slow burning thriller movie yang lebih fokus pada dilematika moral dan situasi chaos yang sanggup terjadi ketika tragedi simpulan zaman menimpa manusia. Naluri bertahan hidup yaitu salah naluri paling primitif dari manusia, dan Trey Edward Shults berusaha menggali seberapa nekad insan akan melaksanakan apapun demi bertahan hidup. Seperti yang menjadi caption dalam trailernya, fears make men become monsters. Tanpa memperlihatkan dengan terang apa itu "it" dan tragedi apa yang sesungguhnya terjadi, It Comes at Night dengan mahir berusaha mempertontonkan bahwa terror yang paling mengerikan sesungguhnya yaitu kecemasan di dalam otak kita sendiri.

Walaupun sayangnya tidak seeksperimental Krisha, It Comes at Night masih mengatakan kesan yang sama. Ada kesan klaustrophobia, paranoid, dan situasi cemas nan menegangkan yang bikin stress. It Comes at Night tidak mengandalkan adegan jump scare, scene horror-nya juga biasa, namun tension building-nya itu yang bikin stress selama nonton. Shults memainkan itu semua lewat atmosfer yang kelam, lampu redup dan temaram di dalam pondok kayu yang tertutup rapat, koridor-koridor sepi yang gelap dan menakutkan, hutan misterius yang asing dan bikin merining, situasi krisis nan dramatis ihwal siapa yang sanggup dipercaya, sampai mimpi-mimpi sureal Travis yang sepertinya menjadi simbolisme dari kecemasan dan paranoid. 

Selain Joel Edgerton, It Comes at Night tidak memasang artis-artis populer, namun seluruh cast-nya bermain dengan cukup baik. Bonding antar huruf juga cukup baik dan realistis, dimana hal ini penting untuk meyakinkan penonton bahwa mereka yaitu sebuah keluarga yang solid. Sayangnya durasi film ini cuma satu jam 30 menit, sehingga kita tidak diberikan eksplorasi yang lebih luas untuk mengenal masing-masing karakter. Yang juga menarik yaitu bagaimana Shults kembali membawa Brian McOmber yang sebelumnya juga menggarap scoring music Krisha, dan ini menyebabkan It Comes at Night sempurna dari segi music dan sound editingnya. Seram. Perfecto!

Overview:
One of my favorite horror movie this year! Trey Edward Shults mengajak kita mengikuti perjalanan mencekam nan menegangkan, dimana terror sesungguhnya dari sebuah tragedi yaitu prasangka buruk, dilematika moral, kecemasan, dan paranoia. Visualnya cantik, musik-nya keren, cast-nya bermain dengan cukup baik. Penikmat film horror mainstream mungkin akan sedikit kecewa alasannya yaitu narasinya yang terbilang lambat dan ceritanya yang kurang jelas, but it's not duduk masalah for me.. 

...
PENJELASAN IT COMES AT NIGHT
(SPOILER)

Sebenarnya ini bukan klarifikasi sih, lebih ke arah pedoman eksklusif saya soal film ini. Malah, saya merasa sesungguhnya film ini ga perlu klarifikasi juga..

Saya merasa film ini memperlihatkan sesuatu yang saya sebut: the beauty of the unknown. Maksudnya, keindahan dari sesuatu yang tidak diketahui. Jadi, kesengajaan Shults untuk tidak menjelaskan dengan gamblang segala misteri ihwal apa yang sesungguhnya terjadi dalam It Comes at Night justru menciptakan film ini elegan dan.... keren. Saya tahu hal ini terkadang sanggup menciptakan penonton sebal, namun segala misteri "ketidaktahuan" ini memang menjadi dasar kisah dari It Comes at Night yang sejatinya yaitu ihwal anxiety dan paranoia. Bukankah ancaman akan sesuatu yang tidak kita ketahui justru terasa makin menakutkan? Dan bukankah, realita hidup kita sendiri memperlihatkan banyak misteri yang tidak sanggup dijelaskan? Ada banyak hal dalam hidup ini yang menuntut klarifikasi daripada sekedar "rahasia Illahi", namun pada kesudahannya kita harus sanggup mendapatkan kenyataan bahwa banyak hal yang sepertinya memang tidak akan pernah kita ketahui. Tidak akan pernah.

Karena itulah, It Comes at Night memang tidak berusaha memperlihatkan klarifikasi apapun soal apa itu "It", penyakit mematikan apakah itu, atau bagaimana wabah itu bermula... Shults memang sama sekali tidak berniat untuk menceritakan itu kepada penonton.

Ketika mencari klarifikasi soal film ini di internet, saya membaca argumen yang bilang kalau mimpi-mimpi Travis yaitu bukti bahwa ia sesungguhnya telah tertular penyakit itu sebelumnya kemudian menularkan kepada keluarganya dan keluarga Will. Hmmm.. saya rasa ini bukan argumen yang tepat, alasannya yaitu dalam salah satu percakapan disebutkan bahwa gejala penyakit itu akan muncul dalam 24 jam (itulah kenapa si Paul mengisolir Will ketika Will mendobrak masuk rumah mereka). Jadi, argumen ini harus dibantah. Dan bagi saya, mimpi-mimpi menyeramkan Travis lebih ke arah simbolisme alam bawah sadar dirinya yang dihantui ketakutan.

Nah, kemudian siapa yang membuka pintu merah itu? Apakah si kecil Andrew yang menularkan penyakit itu kepada keluarga mereka? Siapakah yang dikejar anjing Stanley masuk ke hutan? Apa yang sesungguhnya terjadi di bab klimaks?

Lagi-lagi, inilah misteri yang memang sengaja tidak diungkap oleh Shults. Inilah "the beauty of the unknown". Apa yang sesungguhnya terjadi sesungguhnya tidak lagi relevan: alasannya yaitu mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi tidak mengubah kenyataan bahwa mereka semua kesudahannya akan mati. Hey, bukankah rahasia maut yaitu salah satu misteri terbesar bagi manusia? 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "It Comes At Night (2017) (4,5/5). Review & Penjelasan."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel