Chasing Amy (1997) : Review & Analysis

A little note for me :
Hai, guys. Ga kerasa sudah hampir 2 bulan semenjak terakhir kali saya nulis artikel di blog ini. Yang terjadi ialah menyerupai ini:  saya terbentur dengan kenyataan bahwa nulis blog tidak menghasilkan uang. Jadi, terpaksa deh blog ini jadi agak terbengkalai. Selama 2 bulan ini saya disibukkan dengan kasus pragmatis keduniawian sehingga ga sempat nulis blog. Bahkan nonton film (apalagi di bioskop) sudah jarang-jarang. Ditambah lagi, ga ada lagi unlimited wifi di rumah (So, selamat tinggal film-film nominasi Oscar...). Dan sekalinya saya nganggur, saya cuma sanggup melirik koleksi film-film lawas saya yang belum sempat saya tonton dan berusaha memaksakan diri untuk mulai nulis blog lagi.

Oh, I know you miss me.. *cuih.
Maafkan ya kalo goresan pena kali ini rada kacau, begitu usang nggak nulis otak saya jadi mampet.




"Since you like chicks, right, do you just look at yourself naked in the mirror all the time?"


RottenTomatoes: 88% | IMDb: 7,3/10 | Metascore: 71/100 | NikenBicaraFilm: 4/5

Rated: R
Genre: Drama, Comedy, Romance

Directed by Kevin Smith ; Produced by Scott Mosier ; Written by Kevin Smith ; Starring Ben Affleck, Joey Lauren Adams, Jason Lee, Dwight Ewell, Jason Mewes, Kevin Smith ; Music by David Pirner ; Cinematography David Klein ; Edited by Scott Mosier, Kevin Smith ; Production company View Askew Productions ; Distributed by Miramax Films ; Release date April 4, 1997 ; Running time 113 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $250,000

Story / Cerita / Sinopsis :

Holden (Ben Affleck) dan Banky (Jason Lee) ialah sahabat usang sekaligus comic artist yang menulis komik bersama. Suatu hari Holden bertemu seorang perempuan menarik, Alyssa (Joey Lauren Adams) dan jatuh cinta kepadanya - bahkan sesudah mengetahui kalau Alyssa ialah seorang lesbian. Hal ini kemudian tidak hanya mensugesti hidup Holden namun juga persahabatannya dengan Banky. 

Review / Resensi :

Saya bahwasanya belum familiar dengan film-film Kevin Smith, dan ini ialah film pertama doi yang saya tonton. Selain indie-movie Clerks (1994), Chasing Amy sering disebut sebagai salah satu film terbaik dari Kevin Smith - dan konon katanya merupakan salah satu film tahun 1997 yang menjadi favorit Quentin Tarantino. Ga cukup bertindak sebagai penulis naskah sekaligus sutradara, Kevin Smith juga jadi bintang film yang memerankan Silent Bob - salah satu anggota dari duo Jay and Silent Bob - yang merupakan huruf fiksi yang nongol di hampir setiap film-film Kevin Smith dan membentuk universe sendiri: Askewniverse. 

Dengan plot mengenai protagonis cowok yang jatuh cinta dengan perempuan lesbian, kau mungkin sudah sanggup menebak kalau Chasing Amy ialah sebuah film romance-comedy drama yang berbeda dari film-film sejenis kebanyakan. Melalui Chasing Amy, Kevin Smith nggak cuma ngomongin soal cinta, tapi juga membahas wacana seksualitas, persahabatan, serta garis batas abu-abu antara seks dan cinta. Saya sih bahkan merasa film ini jauh melampaui masanya - which is tahun 1997, yang artinya sudah 20 tahun lalu. Isu LGBT dan gender mungkin sudah merupakan informasi yang telah usang didengungkan di Amerika Serikat, namun saya rasa bahkan sampai 20 tahun kemudian informasi ini masih menjadi informasi yang memicu pro kontra di Amerika Serikat (dan apalagi Indonesia dengan kaum bigot homophobicnya yang mendadak jadi agamis dikala ngomongin homoseksual tapi khilaf dikala menikmati girl-on-girl action).

Saya mungkin ga familiar dengan film Kevin Smith, namun menonton film doi untuk pertama kali saya eksklusif sanggup membaca ciri khasnya yang mengakibatkan Chasing Amy sebagai sebuah drama unik yang "Kevin Smith" banget. Selain performa manja-seksi dari Joey Lauren Adams, kekuatan utama Chasing Amy hadir melalui naskahnya yang cerdas dan nonjok. Sentuhan humornya yang pintar dan sedikit sarkastik merupakan unsur hiburan tersendiri. Film ini juga punya dialog-dialog yang ramai, seru, dan asyik. Bahasanya mungkin kelewat kasar dan dengan istilah-istilah slang yang buat saya pribadi agak membingungkan, tapi overall masih sanggup dinikmati. Cuma saya rasa ga banyak orang yang sanggup menikmati film yang terlalu "berisik" ini. 

But anyway, setau saya di kalangan LGBT community sendiri Chasing Amy mendapatkan protes keras sebab mereka menuduh Kevin Smith seolah-olah hendak menyampaikan bahwa seorang lesbian hanya butuh laki-laki yang sempurna untuk mengubahnya ke jalur yang "lurus" (Just like Banky said: "All every woman really wants, be it mother, senator, nun, is some serious deep-dickin',"). Lesbian tampaknya cuma sekedar fase dari seorang perempuan yang bereksperimen dengan kehidupan seksualnya. Tapi coba simak obrolan renungan Alyssa kepada Holden:
"And while I was falling for you I put a ceiling on that, because you *were* a guy. Until I remembered why I opened the door to women in the first place: to not limit the likelihood of finding that one person who'd complement me so completely. So here we are. I was thorough when I looked for you. And I feel justified lying in your arms, 'cause I got here on my own terms, and I have no question there was some place I didn't look. And for me that makes all the difference,".
Saya rasa di sini Kevin Smith berusaha mendobrak batas standar yang tidak hanya diterapkan oleh heteroseksual yang homophobic, namun juga dari komunitas LGBT sendiri: bahwa stop melabeli diri sendiri dengan straight, gay, atau bahkan biseksual. Mungkin orientasi seksual insan tidak semuanya biner. Gampangnya: jikalau emang cinta, ya cinta aja! Inilah kenapa saya rasa Chasing Amy mengangkat kisah yang jauh melampaui masanya.

Dilihat dari perspektif lain, Kevin Smith juga tampaknya tidak ingin terjebak pada dikotomi lebih banyak didominasi (heteroseksual - cissgender) yang berkuasa dan diktatorial dan minoritas (LGBTQ) yang kasihanatau politik seksual dengan propagandanya yang mencitrakan LGBT sekedar sebagai komunitas sosial korban diskriminasi yang patut dikasihani. Tengok scene ketika Alyssa mendapatkan balasan yang tidak mengenakkan dari teman-teman lesbiannya ketika ia menyampaikan bahwa ia jatuh cinta dengan seorang pria. Bagi saya ini menyerupai sindiran bahwa kaum LGBT sanggup juga bersikap sama menyerupai kaum heteroseksual yang mengucilkan temannya yang mengaku gay.

Oke, selanjutnya ulasan ini akan mengandung spoiler sebab saya pengen ngebahas endingnya yang sepintas kayak ga masuk akal. Saya.... bahwasanya cukup shock dengan endingnya, atau dalam hal ini keputusan Holden (Ben Affleck) yang mengusulkan untuk melaksanakan threesome antara dirinya, Alyssa dan Banky untuk memperbaiki hubungan di antara mereka. Saya merasa tawaran ini terdengar menyerupai lelucon. But is it? Saya tahu Kevin Smith niscaya sudah memikirkan ending filmnya dengan cukup baik, sehingga ilham threesome dari Holden ini niscaya ada maksudnya.

Lalu inilah yang kemudian saya simpulkan...

Pertama, Kevin Smith kayaknya memang berusaha untuk tidak menciptakan Chasing Amy berakhir klise. Jikalau klise, maka endingnya kurang lebih akan menyerupai ini: Holden merasa ia telah melaksanakan kesalahan, ia akan meminta maaf pada Alyssa, berusaha mendapatkan masa kemudian Alyssa dan menyadari bahwa di luar petualangan seksual Alyssa yang sebelumnya liar, ia tahu bahwa Alyssa menemukan cinta pada dirinya. Yap. That's very cliche yang mungkin akan kau temukan di banyak film romantis lainnya.

Kedua, undangan threesome itu terdengar konyol... sebab Holden memang konyol dan tidak dewasa. Sepanjang film kita akan merasa bahwa Holden dan Banky mempunya huruf dan pedoman yang berbeda. Banky cenderung lebih homophobic dan pemarah - ia bertingkah sangat kekanak-kanakan. Sementara Holden tampak sebagai laki-laki open minded dan lebih dewasa. Namun rupanya Holden kemudian terjebak pada pedoman yang sama konyolnya: ia tidak terima ketika menyadari bahwa ia bukan satu-satunya laki-laki dalam hidup Alyssa. Alyssa boleh meniduri banyak perempuan di dunia, namun dengan egoisnya Holden ga terima ketika ternyata Alyssa pernah meniduri lelaki lain (atau lebih tepatnya: dua lelaki sekaligus). Ini menyerupai konsep serupa betapa banyak lelaki yang terlalu memuja keperawanan dan bergairah memerawani perempuan.

Seperti yang sudah saya bahas pada kesimpulan pertama, sebuah ending yang klise akan menciptakan Holden sanggup mendapatkan masa kemudian Alyssa. Ia akan merasa gembira jikalau dirinya sanggup menyadari bahwa di antara banyak petualangan seks Alyssa, Alyssa justru menemukan cinta sejati pada dirinya: seorang laki-laki membosankan. Dan ini menyerupai cita-cita yang diidam-idamkan perempuan yang mengasihi laki-laki playboy. Mungkin perempuan naif itu akan berpikir seperi ini: Oh.... that bad boy was fooled around but then suddenly fell in love with me! Sang playboy tobat, dan sang perempuan sanggup gembira ia sanggup "menaklukkan" cowok liar. But then again, perspektif laki-laki dan perempuan dipengaruhi standar ganda hasil budaya patriarki. Kita jauh lebih permisif terhadap laki-laki yang main perempuan, namun sekalinya perempuan ada yang berani mengeksplorasi seksualitasnya, oh... she's a slut. Tak peduli ia sudah "tobat" atau tidak, gambaran yang menempel tetaplah murahan. Dan inilah yang tidak sanggup dihilangkan dari benak Holden.

Karena itulah ia kemudian mengusulkan ilham yang beneran konyol: threesome. Ia mendengar kisah Chasing Amy dari Silent Bob kemudian menyadari bahwa dirinya yang kalah jumlah dan variasi petualangan seks dibandingkan pacarnya membuatnya merasa insecure. Namun alih-alih mendapatkan kenyataan itu, ia justru berusaha mencari petualangan seks yang sama. Ia mengajukan undangan threesome - dengan bodohnya - tanpa menyadari bahwa Alyssa sudah bukan lagi perempuan menyerupai dulu.
I love you, I always will. Know that. But I'm not your fucking whore.
Holden rupanya, masih seorang laki-laki dengan pandangan sempit.


Overview :

Sebuah drama dengan kisah yang unik dari tahun 90-an yang pastinya wajib ditonton bagi penggemar film. Kevin Smith cukup berani untuk mengeksplorasi cinta, seksualitas, orientasi seks dan hubungan asmara lewat filmnya ini. Dialognya asyik, seru, nakal, namun juga dalam dan nonjok di dikala yang diperlukan. Sentuhan humornya cerdas sekaligus konyol. Joey Lauren Adams memperlihatkan performa menarik sebagai gadis yang manja-dan seksi dan Ben Affleck mengingatkan saya bahwa ia bahwasanya bintang film yang cukup baik. Chasing Amy juga dipenuhi tumpuan pop-culture yang terasa sangat 90's sampai jikalau seseorang bertanya kepada saya film apa yang 90's banget? Saya mungkin akan merekomendasikan film ini.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Chasing Amy (1997) : Review & Analysis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel