3 Salah Kaprah Perawatan Estetika Pemicu Facial Overfilled Syndrome
Filler berlebih menciptakan bentuk wajah orisinil berubah (ilustrasi Deposit Photos)
TABLOIDBINTANG.COM - Menjalani perawatan kecantikan memakai botoks, filler, atau ultherapy boleh saja. Namun terlalu sering menyuntikkan filler menyebabkan sejumlah risiko yang tak diinginkan. Para dokter estetika setuju menyebut perubahan wajah orisinil akhir terlalu banyak suntik filler sebagai Facial Overfilled Syndrome (FOS). Hal ini terungkap dalam gelar wicara bersama pendiri Jakarta Aestethic Clinic, dr. Olivia Ong, Dipl, AAAM di Jakarta, belum usang ini. Menurut Olivia, FOS dipicu oleh banyak faktor.
Pertama, dominan kaum hawa memandang wajah mereka dua dimensi. Setelah itu perempuan berkeliling ke klinik estetika untuk mencapai standar kecantikan yang mereka menetapkan sendiri.
“Yang harus dipahami, wajah insan itu bukan 2 melainkan 3 dimensi plus ekspresi, jadi 4 dimensi,” ujar Olivia Ong kepada tabloidbintang.com. Kedua, dominan perempuan terpaku pada standar dari luar negeri. Seperti diketahui, hidung dan bibir Angelina Jolie hingga sekarang masih menjadi harapan dominan perempuan sejagat.
Terkait hal ini Olivia mengingatkan, struktur wajah perempuan Asia dan bule (kaukasia) sangat beda. “Tapi alasannya ekspos terhadap figur publik Hollywood sangat tinggi, maka ketika bicara bibir seksi orang pribadi memikirkan Angelina Jolie. Padahal, bentuk bibir perempuan Asia dan bule beda. Bule bibir atasnya lebih tipis ketimbang bawah. Perbandingannya atas 1, bawah dapat 1,6. Kalau Asia beda lagi. Kenapa kaukasia terlihat pantas saja mempunyai bibir ala Angelina Jolie? Karena struktur muka mereka panjang,” beri tahu Olivia Ong.
Ketiga, dominan perempuan Asia mendamba wajah simetris sebagai manifestasi kecantikan sempurna. Pada umumnya wajah dibagi tiga yaitu atas, tengah, dan bawah. Saat hendak menjalani perawatan estetika, ketiga bab wajah ini akan dicek kemudian dilihat pula penampakan dari depan. Tujuannya bukan untuk menbuat struktur wajah bab kiri dan kanan menjadi simetris. Bagian wajah yang asimetris ini, kata Olivia Ong, jikalau tak dirawat kekencangan kulitnya akan melorot.
“Jadi yang perlu diluruskan di sini, bab kanan dan kiri wajah bukan twins melainkan sisters. Kalau dipaksa jadi simetris alias twins maka wajah tampak membosankan. Akhirnya seluruh dokter estetika setuju bahwa wajah dapat dirawat tanpa kehilangan identitas aslinya. Untuk mencapai hasil yang menyerupai ini harus dirawat di klinik yang tepat,” Olivia Ong mengulas. Salah kaprah ini yang menciptakan perempuan kerap terjebak pada standar kecantikan yang keliru. Akibatnya hasil final perawatan estetika tidak menyerupai yang diharapkan.
Olivia Ong melanjutkan, perawatan estetika seumpama meracik nasi goreng. Sebelum memasak, pastikan ada nasi bekas kemarin, bawang merah, bawang putih, cabai, telur, lada, dan garam tapi jangan kebanyakan garam. Pun ketika hendak memulai perawatan estetika pastikan bahwa Anda mempunyai pengetahuan anatomi yang mendalam, memahami konsep penuaan seutuhnya, tahu apa itu ulteraphy, botoks, filler, dan ditangani oleh ahli. Tapi jangan kebanyakan fillernya.
Lebih lanjut Olivia Ong mengingatkan bahwa FOS terjadi perlahan dan tidak disadari oleh pasien. “Pada pasien muda, FOS tidak terlihat hingga ia tersenyum. FOS menciptakan senyuman melampaui garis wajah yang sebenarnya. Pada pasien yang lebih senior, pipinya keberatan alias pillow face. Atau garis senyumnya lebih dalam dan matanya menyerupai tergencet. Sering kali orang menjalani perawatan dengan filler hanya untuk bab tengah wajah yaitu bawah mata, garis senyum, dan pipi. Kita mestinya melihat wajah secara keseluruhan,” pungkasnya.
(ray / ray)
Rekomendasi
from Berita Gosip Terbaru Hari ini, Kabar Artis Terkini - Tabloidbintang.com kurang lengkap baca artikel nya di samping https://ift.tt/2LV2LlS
0 Response to "3 Salah Kaprah Perawatan Estetika Pemicu Facial Overfilled Syndrome"
Post a Comment