V/H/S/2 (2013)



RottenTomatoes: 70% (6/10)
IMDb:  (6.1/10)
Metacritic: 49/100
NikenBicaraFilm: 3,5/5


Rated: R

Genre: Horror, Mystery and Suspense

Directed by Simon Barrett (Tape 49), Adam Wingard (Phase I Clinical Trials), Eduardo Sánchez and Gregg Hale (A Ride in the Park), Timo Tjahjanto and Gareth Huw Evans (Safe Haven), Jason Eisener (Slumber Party Alien Abduction) ; Produced by Roxanne Benjamin, Gary Binkow, Kyle David Crosby, Brad Miska, Jamie Nash ; Written by Simon Barrett (Tape 49 and Phase I Clinical Trials), Jamie Nash (A Ride in the Park), Timo Tjahjanto and Gareth Huw Evans (Safe Haven), John Davies (Slumber Party Alien Abduction) ; Music by James Guymon, Steve Moore, Aria Prayogi, Fajar Yuskemal ; Cinematography Tarin Anderson, Abdul Dermawan Habir, Stephen Scott, Seamus Tierney, Jeff Wheaton ; Editing by Jason Eisener, Gareth Huw Evans, David Geis, Bob Rose, Eduardo Sánchez, Adam Wingard ; Studio Bloody Disgusting, The Collective, Haxan Films ; Distributed by Magnet Releasing ; Release dates January 19, 2013 (Sundance), July 12, 2013 (United States) ;  ; Running time 92 minutes ; Country United States, Canada, Indonesia ; Language English, Indonesian
  
Review / Resensi:
Ada baiknya sebelum nonton film garapan The Mo Brothers, Killers, yang dikala ini sedang tayang di bioskop, kau dapat menonton dulu V/H/S/2. Kenapa? Karena salah satu dari duo The Mo Brothers, Timo Tjahjanto (Rumah Dara) bersama Gareth Evans (The Raid) menjadi sutradara di salah satu segmen di V/H/S/2 yang merupakan sekuel dari V/H/S yang dirilis setahun sebelumnya. Dan asal tahu saya, segmen yang disutradarai keduanya yakni segmen paling sick (baca: cool) dari 5 segmen yang ada di V/H/S/2. Anyway, saya bekerjsama belum nonton V/H/S, dan alesan saya pribadi nonton sekuelnya yakni ingin tau dengan segmen Safe Heaven yang digarap Timo dan Evans. Lagian film pertama sama film keduanya nggak begitu nyambung kok, jadi gag perlu nonton film sebelumnya juga.

V/H/S/2 yakni sebuah antologi alias omnibus bergaya found-footage (atau mockumentary). Kebetulan, style found-footage ini cukup beken sehabis kesuksesan The Blair Witch Project (1999) dan sedang jaya-jayanya dipakai di genre horror dikala Paranormal Activity (2007) terbilang laku di pasaran. Fyi, buat yang belum tahu, mockumentary adalah style penyutradaraan dari kisah fiksi yang dibentuk seakan-akan menyerupai film dokumenter – dan found-footage yakni salah satu teknik penyutradaraan yang “seolah-olah” memakai rekaman adegan (footage) yang belum diedit. Jelas saja teknik penyutradaan macam begini paling cocok dipakai dalam film horor sebab efeknya yang seakan-akan faktual buat penonton. Ibarat nonton program Dunia Lain.

Ada total 5 segmen di V/H/S/2 ini, dengan satu segmen (Tape 49) merupakan benang merah dari keempat segmen lainnya. Sebenarnya tidak ada relevansi antara masing-masing segmen, semuanya yakni segmen yang bangkit sendiri dan satu-satunya kesamaan dari segmen-segmen tersebut yakni kelima segmen tersebut yakni film horror. Horror yang saya maksud terang bukan horror ala Asia dengan hantu Sadako yang mengendap-ngendap dari sumur ke ruang tamumu, namun horror kesukaan Barat yang menampilkan zombie, alien, iblis, dan tentu saja – darah muncrat di sana sini.

TAPE 49
Sutradara: Simon Barret

Kisah dimulai dari Tape 49, menampilkan 2 orang detektif yang menyelidiki misteri hilangnya seorang mahasiswa. Penyelidikan keduanya membawa mereka ke rumah si mahasiswa (yang tentu saja dibentuk sengeri mungkin: gelap dan berantakan). Keduanya menemukan rumah si mahasiswa kosong, dan ada setumpuk video VHS berserakan. Video-video inilah kemudian yang ditonton oleh mereka dan merupakan segmen-segmen yang membentuk antologi ini. Kisah ini sendiri selain beraksi sebagai opening, juga nantinya akan menjadi penutup. Menurut saya, bila dibandingkan dengan segmen-segmen lainnya, Tape 49 bukan segmen yang paling menarik namun twist di belahan balasannya cukup asyik lah. Skor: 3,5/5

Phase I Clinical Trials
Sutradara: Adam Wingard

Story / Cerita :  
Seorang laki-laki pulang dari klinik dengan bola mata gres – sebuah kamera. Melalui matanya inilah kisah akan digulirkan. Rupanya, mata barunya ini mengundang tragedi – sebab ternyata ia dapat melihat penampakan-penampakan yang seharusnya tidak ia lihat.

Review / Resensi : 
Kalau kau sudah pernah menonton The Eye, mungkin kau akan merasa segmen ini ada kemiripan kisah dengan film korea itu. Penampakan-penampakannya sendiri cukup creepy, tapi enggak ada sesuatu yang gres bekerjsama dari segmen ini. And to be honest, hantu-hantu ala western sebenarnya tidak terlalu menakutkan. Untungnya kemunculannya boleh dikatakan cukup mengagetkan untuk membuatmu meloncat dari kursi, dan penggunaan kamera pada mata si tokoh utama membuatmu dapat mencicipi kengerian yang ada – kau dapat mendengar debaran jantung, dan nafas tokoh utama yang tersengal-sengal. Skor: 3.5/5

A Ride in the Park
Directed by Eduardo Sánchez and Gregg Hale

Story / Cerita : 
Seorang laki-laki sedang bersepeda ketika tiba-tiba bertemu perempuan yang minta tolong sehabis digigit zombie.
Review / Resensi : 
Yes, segmen ketiga ini melibatkan zombie. Hadeh, zombie. dari sekian banyak makhluk – makhluk langganan film horror, saya selalu merasa Zombie yakni makhluk yang paling enggak menakutkan. Mematikan iya, namun penampakan berdarah-darah dan langkahnya yang gontai dan terkesan kolot masih saja menciptakan saya ingin tau kenapa masih ada aja orang yang dapat ditangkap zombie di film. Maka dari itulah saya merasa segmen ini berjalan membosankan – kau sudah dapat menebak semuanya: kalau ada orang yang minta ditolong sehabis digigit zombie, jangan ditolong, larilah pulang sebab orang yang minta tolong itu akan menjadi zombie. Poin uniknya mungkin yakni penggunaan kamera pada kepala si zombie, sehingga kita dapat melihat kisah berjalan dari sudut pandang zombie. Selain itu, pembantaian berupa usus terburai dan daging yang terkoyak menyerupai semacam alasan bagi sumpah serapah yang dapat kau keluarkan. Namun secara keseluruhan, tidak ada sesuatu yang benar-benar menarik saya dari segmen ini. Skor: 3/5.

Safe Heaven
Sutradara: Timo Tjahjanto dan Gareth Evans.

Story / Cerita : 
Sekelompok kru jurnalis meliput sebuah sekte berjulukan Pintu Surga – tanpa mengetahui misteri apa yang bekerjsama ada di sekte itu.

Review / Resensi: 
Dibandingkan segmen-segmen lainnya, harus diakui bahwa segmen inilah yang paling nendang dan sick banget. Terutama dalam level sadisme dan bergalon-galon “darah” yang diberikan. Belum lagi atmosfer misterius yang ada pada sekte pimpinan the father, (diperankan Epy Kusnandar) – dalam balutan busana putih – putih dan muka datar yang sok-sopan dan itu-yang-bikin menyeramkan. Klimaks film ini juga menyerupai pameran mimpi buruk: bunuh diri massal, satanic face, insan yang meledak, perempuan kesurupan yang berjalan di dinding, – oh, terang membuatmu menyumpah-nyumpah. Settingan rumah sekte sesat itu dan pembunuhan yang brutal sekilas mengingatkanmu pada apa yang pernah dilakukan Timo sebelumnya lewat Rumah Dara, namun siapa yang menyangka ketika ada “makhluk” yang balasannya muncul dari badan seorang perempuan – memporakporandakan segala praduga yang ada dalam benak saya sebelumnya dan di situlah berdasarkan saya Timo dan Gareth berhasil “menendang” saya. (Ya, walaupun agak sedikit menggelikan dikala melihat Epy Kusnandar yang sebelumnya saya kenal lewat si hansip poligami di sitkom Suami-suami Takut Istri menjadi bapak sekte yang hanya mengenakan pakaian dalam, dengan torehan simbol setan di dadanya dan bermandikan darah). Skor: 4/5.


Slumber Party Alien Abduction
Directed by Jason Eisener.

Story / Cerita : 
Randy, Gary dan Jen menikmati waktu bersama teman-temannya sehabis kedua orang renta mereka pergi dari rumah untuk berlibur. Masa senang-senang itu kemudian berubah drastis ketika sejumlah makhluk abstrak – yes, an alien – muncul.

Review / Resensi: 
Well, sehabis “berpesta” sebelumnya melalui segmen Safe Heaven, frankly, segmen ini menjadi segmen yang jauh tidak menarik. Bahkan bila dibandingkan dengan ketiga segmen lainnya, segmen ini justru yang paling lemah, tidak mengesankan dan paling gampang dilupakan. Penampakan aliennya bahkan tidak begitu meyakinkan, menyerupai seseorang yang hanya mengenakan kostum di pesta Halloween dengan kacamata hitam. Tidak ada adegan berdarah di sini, digantikan oleh pencahayaan yang asing dan suara-suara asing (yang memang ceritanya berasal dari luar angkasa) dan mungkin ini yang membuatnya tidak berhasil menjadikan kengerian yang seharusnya terjadi. Agak sulit dimaklumi bila mengingat segmen ini disutradarai oleh Jason Eisener yang sebelumnya menyutradarai Hobo with a Shotgun. Jika saya berhak beropini, saya rasa kesalahan besar yakni pada penempatannya di belahan akhir, dimana seharusnya V/H/S/2 berakhir dengan titik puncak yang paling mencekam – mungkin Safe Heaven milik Timo dan Gareth-lah yang seharusnya diletakkan di belahan akhir. Terutama sebab segmen ini yang korelasinya paling menyimpang bila hendak dikaitkan dengan segmen Tape 49 yang menjadi benang merah V/H/S/2 dan bagaimana nantinya V/H/S/2 berakhir. Sehingga, penempatannya di belahan simpulan ini justru membuatmu terjun payung ke level adrenalin yang paling rendah. Skor: 2,5/5

Overview:
Pada akhirnya, V/H/S/2 yakni parade film horror gore, slasher dan thriller yang cukup menghibur. Found-footage yang ada pada masing-masing segmennya cukup unik dan pintar. V/H/S/2 terang bukanlah film yang menyajikan satu konklusi besar mengenai apa yang bekerjsama terjadi – dan saya rasa kita tidak perlu repot-repot menebak apa yang terjadi sebab ini bukan film dengan kisah tertentu (dan sepertinya ini dapat menjadi alasan V/H/S punya peluang jadi franchise). Tidak semua segmennya cukup worth it untuk disaksikan, namun bagi pecinta genre horror dan slasher, segmen Safe Heaven yakni alasanmu untuk menontonnya. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "V/H/S/2 (2013)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel