X-Men : Apocalypse (2016) (3/5)


Erik Lensherr: Who the fuck are you?
 En Sabah Nur: Come and see. 

RottenTomatoes: 49% | IMDb: 7,1/10 | Metascore: 52/100 | NikenBicaraFilm: 3/5

Rated: PG-13
Genre: Sci-fi, Fantasy, Action & Adventure

Directed by Bryan Singer ; Produced by Bryan Singer, Lauren Shuler Donner, Simon Kinberg, Hutch Parker ; Screenplay by Simon Kinberg ; Story by Bryan Singer, Michael Dougherty, Dan Harris, Simon Kinberg ; Based on X-Men by Stan Lee, Jack Kirby ; Starring James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence, Oscar Isaac, Nicholas Hoult, Rose Byrne, Tye Sheridan, Sophie Turner, Olivia Munn, Lucas Till ; Music by John Ottman ; Cinematography Newton Thomas Sigel ; Edited by John Ottman, Michael Louis Hill ; Production companies Bad Hat Harry Productions, Kinberg Genre, The Donners' Company, Marvel Entertainment, Hutch Parker Productions ; Distributed by 20th Century Fox ; Release dates May 9, 2016 (London premiere), May 27, 2016 (United States) ; Running time 144 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $234 million

Story / Cerita / Sinopsis:
En Sabah Nur / Apocalypse (Oscar Isaac) yaitu mutan tertua dengan kekuatan yang luar biasa. Setelah bangun dari tidur panjangnya, pada tahun 1983 ia mengumpulkan tentaranya yang disebut The Four Horsemen, dimana salah satunya yaitu Magneto (Michael Fassbender) yang tengah berduka (kasihan, nasibnya selalu apes). Mengetahui bahwa dunia sedang terancam, Raven / Mystique (Jennifer Lawrence) menemui Professor X (James McAvoy) untuk kembali membentuk X-Men demi mengalahkan sang musuh yang berencana menghancurkan dunia. 

Review / Resensi:
Tahun 2016 ini saya tidak menanti Batman v Superman atau Captain America: Civil War, yang saya tunggu-tunggu dengan sangat yaitu X-Men: Apocalypse. Well, selain lantaran ada idola saya Michael Fassbender (haha obviously!), juga lantaran saya suka sekali dengan apa yang sudah Matthew Vaughn lakukan lewat X-Men: First Class (2011) yang keren itu, begitu pula dengan sekuelnya X-Men: Days Of Future Past (2014) yang ceritanya sangat cerdas. Menjadi kepingan selesai dari trilogi new generation of X-Men, tentu saja X-Men: Apocalypse yang menghadirkan mutan super tangguh berjulukan En Sabah Nur (Oscar Isaac) ini diharapkan menjadi pemungkas yang manis dan tidak gampang dilupakan. Aaaahh tapi sebagaimana yang huruf Jean Grey (Sophie Turner) katakan sendiri pada suatu adegan di film ini selepas menonton Star Wars VI: "Everybody know that the third movie sucks" (yang mungkin tidak hanya menjadi sindiran untuk film Star Wars, tapi juga sindiran untuk X-Men: The Last Stand), kalimat itu rupanya juga berlaku pada X-Men: Apocalypse. It sucks and disappointed. Teori yang ketiga selalu yang terburuk ternyata hampir selalu benar. 

X-Men: Apocalypse tidak hanya menjadi kemunculan En Sabah Nur dengan jadwal yang "maunya" menghancurkan dunia, namun juga menjadi dongeng awal berkumpulnya anggota-anggota X-Men yang muncul di franchise film X-Men generasi sebelumnya, menyerupai Cyclops (Tye Sheridan), Phoenix (Sophia Turner), Storm (Alexandra Shipp), Nightcrawler (Kodi Smith-McPhee), sambil juga kembali menghadirkan tokoh-tokoh familiar lain yang sempat muncul di First Class dan Days of Future Past menyerupai Havoc/Alex Summer (Lucas Till), biro CIA Moira McTaggert (Rose Byrne) dan Quicksilver (Evan Peters). Cerita persahabatan dan permusuhan antara Xavier/Professor X (James McAvoy) dan Erik/Magneto (Michael Fassbender) juga kembali menjadi salah satu fokus utama cerita. Finally, kita juga akibatnya tahu kenapa akibatnya Professor X gundul, dan jangan lupa akan ada kemunculan pula William Stryker dan sedikit cameo dari Wolverine (ini, ditambah post-credit scene-nya, menjadi petunjuk penting bagi film berikutnya yang kabarnya akan berkisah perihal Wolverine).

Dengan begitu banyaknya huruf (belum lagi huruf Beast (Nicholas Holt), Mystique (Jennifer Lawrence), Angel (Ben Hardy) dan Psylocke (Olivia Munn)), maka X-Men: Apocalypse seperti kebingungan dalam memberikan konflik dan emosi kepada penonton. Naskah terlalu ribet dalam memperkenalkan huruf gres satu persatu, sekaligus harus tetap memunculkan karakter-karakter usang yang memegang peranan penting sebelumnya, sehingga konflik utamanya sendiri terasa...... linier dan standar. Oh, musuh jahat sedang mengumpulkan kekuatan - mari kita cepat-cepat mengumpulkan kekuatan pula! Pertarungan good versus evil ini juga terasa datar, predictable, dan membosankan. 

Apakah Apocalypse yaitu film yang buruk? Mungkin tidak hingga sangat buruk, tapi kalau dibandingkan dengan pendahulunya menyerupai First Class dan Days of Future Past, maka Apocalypse terasa sangat medioker. Ada beberapa adegan yang terasa dipaksakan (Quicksilver anak Magneto?), disusun dengan malas-malasan (karena semuanya terasa too good to be true), dan kebodohan yang rasa-rasanya disebabkan oleh mereka itu sendiri (*spoiler* correct me if I'm wrong, buat yang udah nonton, bukankah yang menjadikan si Apocalypse bangun yaitu biro Moira yang dengan tololnya gag nutup pintu dan menjadikan cahaya matahari masuk dan ngebangkitin si Apocalypse? Arghh, saya tidak sabar untuk menonton Screen Junkies menciptakan Honest Trailer-nya). 

Dengan musuh yang katanya simbol God, nyatanya En Sabah Nur bukanlah the real villain yang benar-benar dapat menghancurkan dunia. Oke, En Sabah Nur mungkin memang yaitu mutan super besar lengan berkuasa yang sulit dikalahkan, tapi terang ia tidak cukup pintar dalam merancang taktik menguasai dunia. Selain itu, mereka beri judul film ini: Apocalypse, tapi dimana letak kiamatnya? Bryan Singer terang gagal dalam memberikan dampak ketegangan yang diharapkan kita akan kehadiran musuh yang mengancam dunia insan dan mutan lainnya. Belum lagi bagaimana penyelesaiannya yang dikerjakan dengan sangat buruk. Bagian fighting climax yang harusnya menjadi puncak action-scene malah menjadi adegan yang terasa useless dan buang-buang waktu. *spoiler* Saya masih tidak paham bagaimana Magneto (sekali lagi) dapat selabil itu (dan si Erik ini rupanya butuh sobat doank supaya ia gag bikin ulah, saya curiga ia cuma kesepian), demikian pula dengan bagaimana mutan yang sudah di-recharge oleh sang master Apocalypse (Angel dan Pyslocke) nyatanya dapat kalah sama mutan anyir kencur menyerupai Cyclops dan Nightcrawler. Belum lagi kehadiran Mystique yang (maunya) menjadi pemimpin genk X-Men kenyataannya tidak memberikan usaha yang berguna. *spoiler ends*

So anyway, satu-satunya yang menjadi kepuasan personal saya di luar keseluruhan film yang jelek hanyalah dapat menonton Michael Fassbender sebagai Erik yang tampak maskulin dengan baju flannel dan celana jeans-nya. Awww... (Am I the only one who glad that they killed his wife? yuk Erik, semoga dirimu labil baik-jahat-baik, saya tetap cinta. Mari kita buat keluarga gres supaya kita punya anak wanita mutan yang lucu. And then mari kita bentuk keluarga mutan untuk menguasai dunia dan bunuh saja si Charles Xavier yang lemah itu..).

Overview:
So, X-Men: Apocalypse menjadi salah satu bukti lagi bahwa film ketiga dari sebuah trilogi (hampir selalu) yang paling buruk. Kelemahan utamanya ada pada naskahnya yang membosankan dan tidak memperlihatkan sesuatu yang segar dan baru. Apocalypse juga terlalu banyak menghadirkan karakter-karakter (baru dan lama) sehingga justru terasa kedodoran dalam mengolah konfliknya dan memberikan aspek ketegangan yang diperlukan. Semakin bertambah jelek saat kepingan klimaksnya juga terasa konyol dan tidak seru. Ah, mengecewakan. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "X-Men : Apocalypse (2016) (3/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel