Top 5 : Film Untuk Ditonton Di Halloween - Part 2

Terlepas dari Indonesia sebetulnya nggak ada hubungannya apa-apa dengan budaya perayaan Halloween, tapi budaya pop-culture Halloween menjadi semacam perayaan menyenangkan untuk dirayakan sebagai sekedar fun dan nggak usah terlalu dipikir serius. So? Mari merayakannya dengan nonton film horror! Saya rekomendasikan beberapa film horror non-mainstream untuk ditonton.

Anyway, saya pernah bikin artikel serupa - rekomendasi 5 film horror untuk ditonton di Halloween. Bisa dibaca di sini untuk Part 1 nya: https://wowowbanget.blogspot.com//search?q=5-film-untuk-ditonton-di-halloween.

#5
HOUSEBOUND
(Gerard Johnstone, 2014)



Bagaimana sebuah film bisa berhasil menyajikan nuansa horror dan komedinya dengan sangat berhasil? Shaun of The Dead mungkin ialah salah satu contohnya, but it's more comedic than horror, dan cenderung nggak ada serem-seremnya. Housebound, film garapan New Zealand ialah teladan yang benar-benar berhasil membaurkan genre komedi dan horror dengan cukup sempurna. Housebound bercerita ihwal Kylie (Morgana O'Reilly) yang sehabis melanggar aturan harus menjadi tahanan rumah di rumah ibunya selama 8 bulan. Rupanya, rumah masa kecilnya itu banyak menyimpan insiden misterius. Dari segi horror, Housebound bisa menyajikan momen-momen suspense, intens, dengan beberapa jumping scare moment dan bloody scene yang seru. Dan dari segi komedi sendiri, Housebound bisa menciptakan saya tertawa terbahak-bahak - tanpa menciptakan nuansa konyolnya merusak keseraman yang ada. Well, it's just a perfect blend!

#4
HUSH
(Mike Flanagan, 2016)


Sebenarnya Hush punya premis yang nyaris terlampau sederhana dan familiar: it's just like another house invasion terror show. Maddie (Kate Siegel), seorang penulis tuna rungu hidup terisolasi di sebuah rumah di hutan (well, seorang wanita muda hidup di tengah hutan sudah mengatakan bahwa kisah ini tidak akan berakhir baik). Suatu malam, ia diserang oleh seorang laki-laki bertopeng misterius (John Gallagher, Jr). Secara teknis, Hush harus diakui punya banyak kekurangan (terutama dari segi music scoring), namun Mike Flanagan sebagai sang sutradara dan penulis naskah tahu benar bagaimana menyajikan sebuah terror dengan cara yang efektif dan unpredictable. Hush adalah sebenar-benarnya terror, dan alih-alih berusaha menunjukkan sang penjahat dengan misterius, Hush justru memunculkannya begitu gamblang - dan ini justru membuat Hush menjadi tontonan terror yang seram, menegangkan, dan menyenangkan!

#3
WE ARE WHAT WE ARE 
(Jim Mickle, 2013)


Sebuah remake dari film Meksiko yang mengalami sejumlah perombakan dari dongeng aslinya, We Are What We Are bercerita ihwal sebuah keluarga religius di sebuah kota kecil. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah, dua anak perempuan, dan seorang anak laki-laki yang masih kecil. Keluarga ini rupanya menyimpan belakang layar misterius yang disimpan rapat-rapat. Apakah belakang layar misterius itu? Better not to tell you so it will be a little surprise. We Are What We Are ialah selayaknya film slow-building horror yang berjalan lambat, namun disampaikan dengan solid dan cukup menakutkan, dengan beberapa adegan yang cukup mengagetkan. Adegan gore-nya sih tidak terlalu memuaskan, namun masih tetap mengasyikkan dan disturbing. Secara visual juga cukup indah, cast-nya bermain cukup baik, terutama kedua anak perempuan.

#2
THE VVITCH
(Robert Eggers, 2015)


Bersetting era ke-16 di New England, sebuah keluarga harus terusir dari kaumnya alasannya ialah berselisih pendapat dengan gereja. Keluarga tersebut harus bertahan hidup secara berdikari di pinggir sebuah hutan yang menakutkan, namun insiden asing demi insiden asing kemudian menimpa keluarga mereka. Sebuah debut penyutradaraan yang mencuri perhatian dari Robert Eggers yang juga bertindak sebagai penulis naskahnya. Terinspirasi dari mitos dan legenda penyihir di era pertengahan, Robert Eggers berhasil membawa kita ke nuansa horror yang dingin, kelam, dan penuh kutukan yang menakutkan. Tidak hanya sukses dari aspek film horror, sebagai sebuah film sendiri The Witch (atau The VVitch) sendiri sangat artistik (semi art-house) dan autentik (nuansa fanatis religiusnya, serta obrolan yang benar-benar diubahsuaikan dengan bahasa yang dipakai pada era itu). It's a good horror movie show!

#1
A GIRL WHO WALKS HOME ALONE AT NIGHT
(Ana Lily Amirpour, 2014)



Awalnya sempat terkecoh mengira bahwa A Girl Who Walks Home Alone At Night asli film Iran, hingga karenanya tahu bahwa setting "Bad City" yang ada di film ini disyuting di California dan salah satu produsernya ialah Elijah Wood. Tapi kayaknya tetap saja bisa dikatakan bahwa A Girl Who Walks Home Alone At Night menyerupai versi Persian dari film-film vampir, alasannya ialah pemainnya berwajah Persia dan memakai obrolan dalam bahasa Farsi, dan dalam hal ini sang vampir berwujud wanita bagus misterius bergaya indie yang pake kerudung aneh. Sejujurnya buat saya sendiri film ini agak membosankan, alasannya ialah film ini bergerak cenderung lambat, monoton, dan juga berformat hitam putih. Tapi Ana Lily Amirpour sukses menyebabkan A Girl Who Walks Home Alone At Night sebagai film horror bercita rasa seni tinggi (jangan lupa soundtracknya yang sepakat pula), dan jangan lupakan pula kemunculan sang vampir juga bisa dikatakan cukup seram, misterius, namun sekaligus - indah.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Top 5 : Film Untuk Ditonton Di Halloween - Part 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel