20Th Century Women (2016) (4/5)

"Having your heart broken is a tremendous way to learn about the world,"
RottenTomatoes: 88% | IMDb: 7,4/10 | Metascore: 83/100 | NikenBicaraFilm: 83/100

Rated: 7,4/10
Genre: Drama, Comedy

Directed by Mike Mills ; Produced by Anne Carey, Megan Ellison, Youree Henley ; Written by Mike Mills ; Starring Annette Bening, Elle Fanning, Greta Gerwig, Lucas Jade Zumann, Billy Crudup ; Music by Roger Neill ; Cinematography Sean Porter ; Edited by Leslie Jones ; Production companies Annapurna Pictures, Archer Gray, Modern People ; Distributed by A24 Release date October 8, 2016 (New York Film Festival) December 28, 2016 (United States) Running time 118 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $7 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Seorang single mother, Dorothea (Annette Bening), harus membesarkan anaknya sendirian, Jamie (Lucas Jade Zumann). Khawatir tidak dapat membesarkan anaknya dengan baik, ia kemudian meminta pinjaman Abbie (Greta Gerwig), seorang fotografer yang tinggal di rumahnya dan Julie (Elle Fanning), sobat Jamie. 

Review / Resensi :
Sejauh ini saya nggak pernah menyebut diri saya kritikus film, apalagi kritikus film yang baik, saya cuma penikmat film yang kebetulan hobi menuliskan isi otak saya. Ada perbedaan besar di antara keduanya, alasannya sebagai sekedar penikmat film, saya bebas mau menilai film secara subyektif. Sejauh ini, film-film yang saya suka dan dapet rating tinggi dari saya yakni film yang punya aspek emosional buat saya. Entah dapat bikin saya sedih, takut, cemas, atau gembira. Saya ini orang melankolis, jadi perasaan ini begitu sensitif *halah*. Karena itulah, ada film yang di atas kertas baik dan bagus, namun jikalau film itu tidak benar-benar menyentuh saya, saya nggak bakalan ngasih rate 5/5. Nah, 20th Century Women ini yakni salah satu contohnya. I know for sure this movie is a good movie, but I'm not emotionally related or attracted to it.... jadi entahlah, film ini terasa sedikit datar buat saya.

20th Century Women akan mengajakmu ke Santa Barbara, California, pada tahun 1979. Film ini terfokus kepada kedua abjad utama, seorang ibu non konvensional berjulukan Dorothea yang open minded dan cukup eksentrik (Annette Bening) dan sang anak lelaki yang beranjak remaja, Jamie (Lucas Jade Zumann). Keduanya besar pada periode yang berbeda, sehingga sang ibu yang merupakan single mother khawatir tidak dapat membesarkan anak lelakinya dengan baik. Ia pun meminta pinjaman Abbie (Greta Gerwig) - seorang fotografer dan punk enthusiast yang berdandan ala David Bowie dari film The Man Who Fell to Earth. dan Julie (Elle Fanning) sobat Jamie yang 2 tahun lebih tua, seorang gadis yang rebel dan subversif. Mereka juga tinggal bersama William (Billie Crudup), seorang mekanik dan tukang kayu yang berjiwa hippie.

Mike Mills yang tidak hanya menyutradarai namun juga menulis naskahnya ini menyampaikan bahwa baginya 20th Century Women menyerupai semi-autobiografi dirinya, dan memang film ini kerasa banget sentuhan dan sifat personalnya. Bahkan abjad Dorothea juga terinspirasi dari abjad ibunya sendiri, sedangkan abjad Abbie dan Julie sepertinya terinspirasi dari hidup Mills yang tumbuh besar bersama saudara-saudara perempuannya. Berhubung saya emang belum menonton film Mike Mills sebelumnya, yakni Beginners (2010) dan Thumbsucker (2005), jadi saya belum punya bayangan soal style sang sutradara. Namun menonton ini menyerupai mengingatkan saya akan sentuhan personal ala Richard Linklater dalam film Boyhood (2014).   

20th Century Women adalah sebuah coming of age story, namun filmnya sendiri tidak menyajikan suatu dongeng pembelajaran pendewasaan yang bermula dan berakhir dengan titik puncak yang "nonjok". Lebih sempurna dapat dibilang struktur film ini bersifat episodik, menyerupai menyajikan sepotong demi sepotong cara menjalani hidup yang bijaksana. Pembelajaran hidup itu nggak hanya melalui perspektif Jamie, remaja pemuda tanggung yang menjadi sentral film ini bergulir, namun juga melalui perspektif karakter-karakter lainnya yang juga masih dalam proses "mendewasakan" dirinya masing-masing. So... this movie has a lot of cool dialogue with "life lesson quote". For example, my favorite one:
Wondering if you're happy is a great shortcut to just being depressed.
atau
Whatever you think your life is going to be like, just know, it's not gonna be anything like that.
Dengan setting waktu tahun 70-an (one of the coolest periode for me), 20th Century Women yakni sebuah perayaan nostalgia bagi mereka yang besar di periode tersebut di Amerika. 20th Century Women menyisipkan elemen-elemen history event dan warta yang benar terjadi pada ketika itu: pidato Jimmy Carter, kejayaan musik punk (thankyou Mike Mills for introducing me to The Talking Heads and Black Flag), warta feminisme, dan hippie culture. Film ini, dengan sisipan komedinya yang ringan, juga membicarakan banyak soal kehidupan: cinta, pernikahan, sampai seksualitas. Setelah menonton film ini saya menyerupai terinspirasi untuk menuliskan kisah semacam ini dengan setting waktu 2010-an yang kelak akan saya ceritakan ke anak saya yang besar di periode 2030-an (mungkin saya akan bercerita kepada anak saya sebagai berikut: "Hey my son, berikut ini kisah hidup mama waktu masih muda dan besar di tahun 2010-an. Kami berdebat wacana agama di media sosial, kami berpikir Jokowi antek komunis, dan kami meributkan apakah Ayu Ting Ting beneran ada apa-apa atau enggak dengan Raffi Ahmad....").

20th Century Women juga dengan baik menmberikan ruang yang cukup bagi penonton untuk mengenal setiap karakter. Setiap abjad hadir sama besar lengan berkuasa dan memikatnya, thanks for the great cast! Annette Bening menawarkan performa memikat sebagai Dorothea. Ini mungkin tugas terbaiknya sehabis yang pernah ia lakukan di American Beauty (1999) dan The Kids are All Right (2010). Cast lain juga sama menawannya: ratu indie Greta Gerwig, Elle Fanning, Billy Crudup dan newcomer Lucas Jade Zumann yang mata polosnya mengingatkan saya dengan Frodo.

Akan tetapi... sebagaimana yang sudah saya bicarakan di awal, terlepas film ini memang cukup memikat dari aspek teknis, visual, naskah, dan cast... namun saya tetap saja merasa bahwa di final saya tidak punya kesan impresi yang cukup mendalam. Seperti kurang menggigit dan dramatis bagi saya. I don't know why. This movie is good, but not my favorite. 

Overview:
20th Century Women yakni sebuah selebrasi nostalgia yang terasa personal dari Mike Mills. Naskahnya memang cenderung datar tanpa sebuah titik puncak konflik yang benar-benar "nendang", namun ada banyak semacam life-lesson yang dapat diambil. Setting 70-annya memikat, scoring music dan aspek visualnya menawan, dan deretan cast-nya yang dipimpin oleh Annette Bening juga luar biasa. 20th Century Women memang sebuah film coming-of-age story yang menarik, tapi sayangnya film ini tidak punya aspek emosional yang saya harapkan. Good, but not my favorite. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "20Th Century Women (2016) (4/5)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel