Breaking Bad : Tv Series 5 Seasons (2008-2013)


Season 5 yang merupakan season terakhir Breaking Bad sudah berakhir tahun 2013, namun saya gres kelar nonton ahad lalu. Maafkeun, alasannya saya kurang update nonton serial televisi berhubung malas download dan nggak punya cukup waktu (*sok sibuk). Selain itu, saya sempet vakum dari season 3 ke season 4 saking stressnya nonton ini (*lebay, tapi apa daya saya hanyalah perempuan dengan hati yang sensitif). Saya tahu busuk banget nulis review soal Breaking Bad, berhubung kayaknya sebagian besar orang niscaya udah pernah nonton serial TV yang sering disebut sebagai serial TV terbaik yang pernah ada. Namun rasanya sayang banget kalau Breaking Bad yang saya tonton dengan penuh kecemasan, depresi, dan air mata ini harus berakhir tanpa menuliskannya dengan layak dan penuh hormat dalam sebuah review. So, ijinkan saya memperlihatkan kecintaan saya pada TV series ini dengan sebuah ulasan yang sedikit panjang, bermakna, dan penuh cinta

Ada banyak alasan yang bikin TV series ini menjadi salah satu series terbaik dan terkeren di dunia. Saya harus mengakui betapa tim produksi Breaking Bad yang dipimpin oleh sang creator Vince Gilligan ini perfect banget menghadirkan sebuat tontonan berkelas yang bisa dicintai oleh para hard-core fans-nya di setiap episodenya. So, yeah bitch! Ijinkan saya menjelaskan kenapa Breaking Bad ini sangat keren...




THE PLOT



Kurang lebih inti cerita Breaking Bad seperti ini: seorang laki-laki guru kimia di Sekolah Menengan Atas yang baik-baik berubah jadi bandar narkoba. Premisnya terdengar mudah, namun eksekusinya itu yang dahsyat. Walter White (Bryan Cranston) adalah seorang guru kimia yang terkena kanker paru-paru. Ia tidak punya cukup biaya untuk melaksanakan pengobatan, istrinya Skyler (Anna Gunn) sedang hamil, dan anak pertamanya (RJ Mitte) juga masih Sekolah Menengan Atas dan menderita cerebral palsy. So Walter melaksanakan apa yang seharusnya seorang laki-laki lakukan untuk keluarganya: provide his family. Sebagai seorang jenius di bidang kimia, ia kemudian memproduksi meth - yang ternyata menjadi meth berkualitas baik yang bisa dijual mahal. Ia mengajak Jesse Pinkman (Aaron Paul), mantan muridnya yang pembangkang untuk bekerjasama. Dalam perjalanan "karier"-nya, mereka kemudian juga dibantu Saul Goodman (Bob Odenkirk), seorang pengacara oportunis yang biasa menangani klien-klien penjahat kriminal.

Sepanjang 5 season, lika-liku hidup Walter pun berubah dari kondusif dan tentram layaknya seorang warga suburban yang hidup tenang di Alburquerque, New Mexico menjadi penuh serangkaian agresi kriminal dan penuh teror. Walter harus berurusan dengan preman-preman lokal hingga cecunguk level kartel. Belum cukup hingga di situ, Walter juga harus "bermain cantik" berhubung sang adik ipar, Hank (Dean Norris) yakni distributor DEA. Walter pun kelimpungan ketika sang istri menaruh curiga terhadap pekerjaan ilegalnya, dan lama-lama hal ini bikin kekerabatan kesepakatan nikah mereka yang serasi terancam awut-awutan (please ya, istri mana yang gag shock kalau tahu suaminya tiba-tiba jadi bandar narkoba!). 

THE STORY : REALISM



Salah satu kekuatan dari Breaking Bad adalah dari segi cerita. Setiap episode dibangun dengan baik, detail, solid, dan unpredictable. Breaking Bad hampir selalu punya opening sequence (scene sebelum title "Breaking Bad" muncul di layar) yang sangat keren. Pace-nya emang terbilang lambat, namun justru itu yang mengakibatkan setiap kejutan yang hadir di Breaking Bad punya momen yang nonjok dan nendang banget. Ada banyak adegan epik yang bisa bikin saya terperangah dan misuh-misuh saking seru dan kerennya. Saya nggak akan menuliskan contoh scene-scene itu di sini, berhubung artikel ini saya tulis untuk mereka yang belum nonton Breaking Bad. Saya nggak mau dilempar sandal gara-gara ngasih spoiler. Pokoknya buat yang belom nonton, siapin mental aja yak. 

Menurut saya, apa yang paling menarik dari Breaking Bad adalah bahwa Breaking Bad bisa membawakan unsur realisme-nya dengan sangat meyakinkan. Film-film kriminal yang sering kita saksikan di televisi atau bioskop biasanya ditampilkan dengan glamorifikasi kekerasan yang berlebihan dan terlihat asyik. Misal film Tarantino, yang adegan bacok-bacokannya berkelas dan sadis tapi saya dibentuk ketawa alasannya saya meyakini yang saya tonton itu cuma sekedar film. Sementara Breaking Bad ini bisa bikin penonton sangat related dengan karakternya, alasannya Walter White mewakili kita semua: seorang guru kimia yang biasa-biasa aja dan amatir dalam berbuat jahat. Lalu kemudian kita jadi ikutan tegang, cemas, dan depresi ketika ia harus melaksanakan sejumlah tindakan kriminal yang complicated. Kita menyaksikan bagaimana ia harus menutupi kejahatannya dari polisi dan dari istri dan keluarganya, harus bertahan hidup di bawah ancaman penjahat-penjahat kejam, hingga harus membunuh orang. Pada season 1, saya dibikin stress ketika Walter - yang baik hati dan membuat kita jatuh simpati - harus membunuh orang dengan tangannya sendiri untuk pertama kali. Sungguh, nonton Breaking Bad bikin spot jantung! (Ngomong-ngomong, mama saya aja ga tahan setiap saya ajak nonton ini saking stress-nya). 

Breaking Bad yakni kebalikan dari serial TV yang fun dan santai. Filmnya kelam, intens, dan depresif. Berhubung saya orangnya sensitif dan empathetic, ada banyak episode dimana saya ga besar lengan berkuasa untuk pribadi dikala itu juga ngelanjutin episode berikutnya (padahal biasanya bila marathon TV series saya bisa seharian nonton). Season 5 yakni season pemungkas yang bikin saya hingga murung dan beneran nangis... (*iya saya emang lebay kok). Pas episode terakhir berakhir pun saya hingga kebawa perasaan berhari-hari - mirip-mirip ABG-ABG cewek yang baper habis nonton drama Korea. Untungnya, biarpun filmnya depresif tapi Breaking Bad masih bisa menawarkan sisipan black comedy yang menyegarkan di tengah gempuran intensitas yang bikin deg-degan. Ini semualah yang bikin Breaking Bad makin keren dan sukar dilupakan.


THE CHARACTER



Keunggulan lain Breaking Bad adalah bahwa setiap masing-masing aksara punya ciri khas yang besar lengan berkuasa dan dibawakan dengan baik oleh masing-masing castnya. Saya aja hingga resah bila ditanya siapa aksara favorit saya di Breaking Bad. Setiap aksara juga terasa sangat manusiawi, punya unsur likeable sekaligus unsur yang bikin kita kesal. Setiap aksara Breaking Bad bermain di ranah problem moral yang ambigu, bikin kita nggak tahu harus berpihak kepada siapa. Dan chemistry di antara masing-masing aksara juga besar lengan berkuasa dan kerasa real banget. 

Walter White - diperankan dengan luar biasa oleh Bryan Cranston, adalah aksara utama yang bergerak di ruang moral abu-abu. Kita mengenal ia sebagai Walter White, seorang ayah yang baik dan sayang keluarga, penderita kanker yang menyedihkan, dan guru kimia yang berdedikasi. Siapa sih yang ga bakal simpati terhadap dirinya? Di lain sisi, kita pun melihatnya bertranformasi menjadi Heisenberg yang ambisius, manipulatif, dan megalomaniak. Awalnya ia mungkin seorang penjahat kelas teri yang bahkan tidak tahu cara mengangkut drum, namun lambat laun ia bisa memerintahkan pembunuhan dengan santai. Pengembangan karakternya juara banget deh. Ada banyak momen dimana saya merasa panik Walter bakal melaksanakan kebodohan, namun ia kemudian melaksanakan agresi keren menyerupai melempar dan merancang bom (Season 1 dan 4). Ada momen juga dimana saya benci ia setengah mati, namun ada banyak momen juga dimana saya jatuh iba dan memahami hal-hal jelek yang dilakukannya. Walter White adalah seorang pahlawan dan anti-hero sekaligus.


Jesse Pinkman (Aaron Paul) merupakan aksara yang melengkapi Walter White. Keduanya punya kekerabatan naik-turun yang sangat bikin gemas. Terlepas dari karakternya yang masih muda, labil, simpel dipengaruhi, kerap melaksanakan kebodohan, dan seenaknya sendiri, at least Jesse masih punya prinsip moral yang jauh lebih baik daripada Walter. Nggak heran bila karakternya merupakan aksara favorit di Breaking Bad, bahkan lebih disukai daripada sang aksara utama Walter itu sendiri. Sebagaimana Walt, ada banyak momen dimana saya memihak Jesse namun ada banyak momen juga dimana saya juga dibikin kesel setengah mati dengan tindakan-tindakannya yang emosional

Hmm... saya beneran nggak tahu siapa aksara favorit saya di Breaking Bad. Karena semuanya suka! (Kecuali karakter-karakter yang jahat macam Jack Welker). Bahkan Skyler (Anna Gunn), yang sering dianggap sebagai aksara paling annoying di film ini... saya suka! Saya bahkan nggak paham kenapa para laki-laki fans Breaking Bad membenci Skyler. Ia emang kadang nyebelin sih.. namun dari perspektif perempuan saya bisa memahami bahwa apa yang ia lakukan bekerjsama kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan Walt: mempertahankan keluarga dan melindungi anak-anaknya. Ia bahkan punya sisi badass yang bekerjsama bisa mengimbangi aksara suaminya. (*spoiler* dan plis donk, suami bisnis meth yang bikin keluarga mereka ancur... tapi kenapa orang-orang lebih banyak nyalahin Skyler cuma alasannya kesalahannya berselingkuh? *spoiler ends*).

Tapi kalo ditanya aksara yang paling menghibur, tentu saja saya akan menjawab Saul (Bob Odenkirk) dan Hank (Dean Norris). Karakter mereka berdua yang cenderung rileks dan santai memang semacam stress-reliever sehingga kemunculan mereka selalu saya tunggu-tunggu. I love their jokes! Pastinya menyenangkan ketika aksara Saul dibikinin spin-off series-nya sendiri lewat Better Call Saul yang dikala ini sudah hingga season 4 (yang bytheway, saya masih belom sempet nonton). Saya juga suka aksara Mike (Jonathan Banks) yang cerdas dan penuh perhitungan. Seorang kakek pembunuh berdarah dingin, tapi juga sayang banget sama cucu perempuannya. Kan kiyut!

THE VILLAIN



Apalagi istimewanya Breaking Bad? The villain!

Dimulai dari level meth dealer lokal nan ecek-ecek macam Krazy 8 (Maximino Arciniega) di season 1, seiring dengan semakin besar bisnis Walt dan Jesse, semakin sinting dan psycho pula villain-villain-nya. Setiap villain punya level sinting dan jahatnya sendiri-sendiri, serta masing-masing punya ciri khas dan karakterisasi yang memorable. Saya teringat betapa saya ikutan stress ketika Walt dan Jesse harus berhadapan dengan Tuco Salamanca (Raymond Cruz) di Season 1 dan 2, yang bagi saya si Tuco ini mewakili tipe preman yang punya anger management issue dan bisa memukuli dirimu hanya alasannya ia sedang bad mood. 

Kalau kau berpikir si Tuco ini brengsek, yang lainnya bekerjsama lebih parah. Ada The Cousins, si kembar Leonel dan Marco Salamanca yang menyerupai terminator. Ga banyak omong, mukanya datar kayak robot, tapi bisa menembakmu dengan akurat. Di Season 5 juga ada Todd Alquist (Jesse Plemons), yang mukanya terlihat lebih culun daripada Jesse Pinkman - tapi bisa membunuh orang dengan santai. Tampaknya ia mewarisi kebiadaban sang paman, Jack Welker (Michael Bowen), yang membentuk genk neo-nazi supremasi kulit putih yang aslik nih genk psycho parah. Oh yes, dan jangan lupakan juga si cantik, perfeksionis dan high-maintenance girl Lydia Rodarte-Quayle (Laura Fraser) yang biarpun terlihat simpel cemas, namun bekerjsama brengseknya kebacut. Semua villain di Breaking Bad itu pokoknya memorable banget lah! Bahkan termasuk Hector Salamanca (Mark Margolis) yang juga bisa tampil mengancam walau dalam kondisi stroke dan duduk di dingklik roda. Aktingnya dengan mata melotot dan nafas memburu panjang sambil ngebunyiin bel itu impresif banget. 

Tapi terperinci donk, villain terbaik di Breaking Bad adalah Gus Fring (Giancarlo Esposito). Level kejeniusannya bisa mengimbangi kejeniusan Walt, dan ia terperinci lebih menang pengalaman. Sekilas Gus tampak tidak berbahaya dan mencurigakan dengan kedoknya sebagai seorang pengusaha restoran cepat saji Los Pollos Hermanos, padahal bekerjsama ia bos besar kartel yang menguasai pasar Amerika Serikat bab Selatan. Gayanya tenang, halus, dan kalem, namun bekerjsama manipulatif dan bisa menggorok leher orang tanpa alasan yang jelas. Ketika kau dibikin kesal dengan kejahatan-kejahatannya, Breaking Bad cuma butuh 1 episode di season 4 untuk mengubah sosoknya dari bos meth yang nggak punya tenggang rasa - menjadi seorang insan biasa dengan masa kemudian yang menyedihkan. Awesome  

THE MORALITY


Apa yang paling saya tangkap dari Breaking Bad adalah serial ini berusaha mempertanyakan batas-batas nilai moral kita. Vince Gilligan, sang kreator Breaking Bad dalam satu wawancaranya menyampaikan bahwa konsep Breaking Bad yakni ia ingin membuat program dimana protagonisnya kemudian berkembang menjadi antagonis. Judul Breaking Bad sendiri dipilih alasannya merupakan istilah yang sempurna untuk menggambarkan transformasi Walter White. 

Moralitas rupanya tidak berdiri pada dikotomi hitam putih. Show ini kayak pengen nunjukin: bahwa setiap orang rupanya punya alasan untuk berbuat jahat, atau bahwa sulit untuk selalu suci setiap saat. Ada kala dimana saya kesal dengan keputusan-keputusan ngawur Walt dan Jesse, namun ada kala dimana saya juga pengen teriak "kill that asshole, Walt!". Dilema moral ini paling kerasa dalam menyikapi tindakan Walt dan ambisinya. Kita melihat ia berubah dari guru kimia yang baik hati, menjadi seorang meth dealer amateur yang harus melaksanakan banyak agresi jelek demi bertahan hidup, berubah lagi menjadi meth king yang ambisius dan super menyebalkan, hingga kemudian diakhiri pada momen menyedihkan pada bab ending yang membuat sosoknya menjadi dicintai lagi.

Tema lain yang juga melingkupi Breaking Bad yakni tema keluarga. Apa yang Walt lakukan, -terlepas bahwa situasinya kemudian menjadi sangat jelek - pada awalnya bermula dari motivasinya untuk menghidupi keluarganya. Tidak hanya soal Walt dan keluarganya, film ini juga menggambarkan keluarga-keluarga yang lain. Keluarga Salamanca yang sinting semua tapi rekat sebagai keluarga, Mike dan cucu perempuannya, Lydia dan anak perempuannya, atau bahkan Todd dan pamannya yang psycho Jack. 

Kesimpulannya, apa yang kau lakukan demi keluarga belum tentu hal yang mulia.....

....

Tapi terlepas dari betapa kerennya Breaking Bad, saya ragu apakah saya mampu untuk nonton serial ini dua kali - alasannya film ini sangat menguras emosi! Mungkin saya aja yang lebay ya, alasannya banyak juga orang yang nonton Breaking Bad dan merasa TV series ini membosankan dan overrated. Tapi buat saya, segala kebanggaan soal Breaking Bad tidak berlebihan. This show is super awesome! 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Breaking Bad : Tv Series 5 Seasons (2008-2013)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel